Sepanjang 2020 apa yang dirasakan LSP Broker Properti Indonesia?
Tahun 2020 kemarin harus kita akui banyak perubahan terjadi karena pandemi Covid-19. Dulu semua kita lakukan dengan offline. Tiba-tiba ketika terjadi pandemi kita berubah, salah satunya dalam hal ujian dari semula offline menjadi online. LSP BPI memberikan
pelayanan kepada broker-broker properti, seperti ujian karena untuk menjadi broker harus kompeten. Sehingga mereka perlu memiliki sertifikasi kompetensi. Untuk melayani mereka ini kita pada 2020 kemarin mengubah ujian menjadi online
Dari pihak BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi-red) sebagai pihak yang berwenang, ternyata memiliki persyaratan yang lumayan banyak untuk menyelenggarakan ujian online. Mau tidak mau kita harus mengubah untuk menyesesuaikan dengan ujian online. LSP
BPI berusaha mengikuti aturan yang sudah ditetapkan dengan kerja keras teman-teman di bagian edukasi karena mutu sangat berperan sekali. Akhirnya ujian online oleh LSP BPI diakreditasi oleh BNSP. Ini prosesnya panjang untuk mendapatkan izin ujian online. Bahkan, kita menjadi contoh model ujian online karena yang dimiliki LSP BPI
paling rapi dan baik.
Perubahan yang dilakukan karena ujian sistem online, harga untuk peserta ujian bisa turun sekarang menjadi Rp1,5 juta. Walaupun ujian online tidak mengurangi esensi dan persyaratan untuk peserta. Semua persyaratan untuk ujian offline sama dengan ujian online.Yang terpenting kita tetap menjaga kualitas dari ujian online karena harus betul-betul kompeten. Enaknya lagi ujian online, daftar kapan saja bisa ujian kapan saja, jadi lebih fleksibel. Tidak perlu menunggu peserta harus 20-30 orang. Lima orang saja sudah bisa ikut ujian online, tidak perlu harus menunggu dulu hingga pesertanya banyak.
Selama tahun 2020 berapa jumlah peserta ujian LSP BPI, apakah terjadi penurunan dibandingkan 2019?
Tidak juga karena waktu free online saja kita sudah menerima 50 peserta pendaftar ujian. Minat para broker untuk ikut ujian online tidak berkurang. Malah ada peluang dengan harga yang sudah turun. Kalau dibandingkan dengan tahun 2019 memang turun jauh, tetapi kalau mengingat kondisi saat pandemi ini ternyata para broker masih berminat untuk meng-upgrade diri mereka agar bisa kompeten. Menurut saya kesadaran untuk memiliki sertifikasi LSP BPI semakin bagus.
Hampir tidak ada hambatan bagi peserta saat ujian online karena sebetulnya ujian online dimudahkan. Sudah kita buat sedemikian rupa supaya yang gaptek pun bisa ikut ujian. Di atas 90 peserta bisa mengikuti ujian online karen teknologi yang kita pakai sangat mudah
diikuti. Kalaupun ada yang tidak lulus bukan karena teknologinya, tetapi dari pesertanya yang karena score minimal yang harus diperoleh 70 persen untuk dinyatakan lulus. Jadi, walaupun online kita tetap mencari kualitas bukan kuantitas. Kita ingin profesi ini
makin berkualitas karena masyarakat memakai jasa mereka untuk bertransaksi properti.
Bagaimana dengan tahun 2021?
Target tahun 2021 peserta LSP mencapai seribu peserta. Saya optimis akan makin banyak broker yang ikut ujian kompetensi. Kita akan semakin mengedukasi masyarakat, mendorong master franchise dan kantor-kantor broker yang belum ikut ujian. Kita
mendorong team marketing untuk ikut ujian LSP BPI. Sehingga level marketing naik. Dengan punya sertifikasi akan lebih professional. Kita perlu edukasi dan lebih kencang. Tetapi yang ingin kita gencarkan di sini adalah bahwa LSP BPI terbuka untuk semua, tidak
hanya dari anggota AREBI. Asal memenuhi persyaratan. Tujuan kita agar para broker menjadi professional.
Masih menggunakan ujian online tahun ini apabila pandemi reda?
Kita bisa dua pilihan, mau offline atau online. Kalau mau offline pun kita masih bisa. Tetapi kalau melihat kondisi sekarang kita anjurkan untuk memilih online. Ini tergantung BSP juga. Perubahan pasti terjadi, kebiasaan terbentuk. Kalau saya lihat future akan lebih
banyak online. Karena online pun kita lebih happy karena jangkauan online lebih luas sampai seluruh Indonesia. Peserta juga lebih hemat karena tidak perlu datang, kita juga tidak perlu datang ke luar kota. Sehingga biaya sertifikasi bisa kita tekan. Biaya Rp1,5 juta itu bagus sekali.
Tantangan terbesar kita adalah bagaimana mengedukasi dan bagaimana pemerintah bisa membantu kita. Kita mendorong para broker untuk memajukan industri properti. Kita bahagia kalau misalnya, pemerintah mendorong semua transaksi melalui broker
yang punya sertifikat.●