Manajemen strategis sebagai disiplin ilmu formal muncul pada abad ke-20, berkembang seiring dengan kebutuhan bisnis untuk beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar, persaingan, dan tantangan organisasi. Manajemen Strategis awalnya berfokus pada bagaimana perusahaan menanggapi faktor lingkungan eksternal, namun secara bertahap memasukkan lebih banyak pertimbangan internal. Dua teori dasar yang telah membentuk perkembangan ini adalah model Industrial Organization (IO) dan Resource Based View (RBV). Kedua teori ini menawarkan perspektif yang berbeda tentang bagaimana perusahaan memperoleh keunggulan kompetitif. Model IO menekankan kondisi lingkungan eksternal dan RBV yang berfokus pada sumber daya dan kemampuan internal perusahaan.
EVOLUSI MANAJEMEN STRATEGIS DAN MODEL INDUSTRIAL ORGANIZATION
Sejarah manajemen strategis sangat dipengaruhi oleh pengembangan teori ekonomi dan meningkatnya kompleksitas lingkungan bisnis. Sebelum pertengahan abad ke-20, manajemen bisnis terutama berfokus pada efisiensi operasional, pemotongan biaya, dan kelangsungan hidup jangka pendek. Namun, seiring meningkatnya persaingan dan perluasan pasar secara global setelah Perang Dunia II, perusahaan mulai mencari pendekatan yang lebih terstruktur untuk strategi jangka panjang.
baca juga, Maruarar Sirait Salurkan Bantuan Stimulan Rumah Swadaya di Buleleng
Model IO muncul sebagai kerangka kerja yang dominan pada tahun 1950-an dan 1960-an, sebagian besar didorong oleh ekonom seperti Edward Chamberlin dan Joan Robinson, yang memperkenalkan konsep-konsep seperti struktur pasar dan persaingan monopolistik. Model IO kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh para akademisi seperti Michael Porter, yang menyempurnakannya menjadi paradigma Structure Conduct Performance (SCP). Model ini menyatakan bahwa struktur suatu industri –seperti jumlah pesaing, hambatan masuk, dan tingkat diferensiasi produk – menentukan strategi dan perilaku perusahaan dan, pada akhirnya, akan menentukan kinerja mereka.
Karya Porter pada tahun 1980-an, khusus bukunya “Competitive Strategy”, dibangun di atas prinsipprinsip IO dan memperkenalkan kerangka kerja Five Forces yang sangat terkenal. Kerangka kerja ini menunjukkan bahwa persaingan industri dibentuk oleh daya tawar pemasok dan pembeli, ancaman pendatang baru, ancaman produk pengganti, dan tingkat persaingan di antara pesaing yang ada. Porter berpendapat bahwa perusahaan dapat mencapai keunggulan kompetitif dengan menganalisis kekuatankekuatan ini dan memposisikan diri secara strategis dengan cara yang mengurangi tekanan persaingan.
Kasus klasik yang menggambarkan model IO adalah Ford Motor Company pada pertengahan abad ke-20. Keberhasilan Ford didorong oleh posisinya dalam industri otomotif, di mana skala ekonomi, hambatan masuk, dan permintaan konsumen yang tinggi memberi
perusahaan struktur pasar yang menguntungkan. Dengan memproduksi mobil secara massal dengan biaya rendah, Ford memanfaatkan karakteristik industri ini, mencapai profitabilitas dan pertumbuhan yang tinggi. Keberhasilan strategis Ford merupakan hasil langsung dari respons yang efektif terhadap kekuatan persaingan eksternal dalam industri otomotif.
MUNCULNYA RESOURCE BASED VIEW (RBV)
Sementara model IO menekankan faktor eksternal, Resource Based View (RBV) muncul pada tahun 1980-an sebagai teori alternatif yang berfokus pada sumber daya internal perusahaan sebagai sumber utama keunggulan kompetitif. RBV sebagian besar dipopulerkan oleh para akademisi seperti Jay Barney, yang berpendapat bahwa perusahaan dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dengan memiliki sumber daya yang berharga, langka, tak ada bandingannya, dan tak tergantikan, kriteria yang secara kolektif dikenal sebagai kerangka kerja VRIO (Valuable Rare Inimitable & well Organized).
RBV berfokus pada aset unik perusahaan, termasuk sumber daya fisik (misalnya, teknologi, modal), modal manusia (misalnya, tenaga kerja terampil), budaya organisasi, dan kekayaan intelektual (misalnya, paten, merek dagang). Sumber daya ini, menurut RBV, memungkinkan perusahaan untuk melakukan aktivitas secara lebih efisien atau berbeda dari pesaing, sehingga sulit bagi perusahaan lain untuk meniru keberhasilan mereka. Tidak seperti model IO, yang melihat ke luar pada struktur pasar, RBV menekankan pemanfaatan kemampuan internal untuk mencapai tujuan strategis.
Kasus RBV yang menonjol dalam praktiknya adalah Apple Inc. Keberhasilan Apple yang berkelanjutan sebagian besar disebabkan oleh kemampuannya untuk memanfaatkan sumber daya internal yang unik, khususnya mereknya, kemampuan desain, dan budaya inovasinya. Apple telah menciptakan merek yang kuat dan berbeda yang dikenal di seluruh dunia karena produk-produk premiumnya dan desain yang mudah digunakan. Sumber daya yang tidak berwujud ini, seperti loyalitas merek dan budaya organisasi yang sulit ditiru oleh pesaing, sehingga memberi Apple keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dalam industri teknologi. Lebih jauh lagi, kendali Apple atas ekosistemnya, termasuk perangkat keras, perangkat lunak, dan layanan, memiliki
MENYANDINGKAN IO DAN RBV: STUDI KASUS DAN APLIKASI
Meskipun model IO dan RBV sama-sama memberikan wawasan berharga tentang strategi, keduanya berfokus pada aspek keunggulan kompetitif yang berbeda. Model IO menggaris-bawahi pentingnya menganalisis struktur industri dan mengadaptasi strategi agar sesuai dengan kondisi eksternal, sementara RBV menekankan pembangunan dan perlindungan sumber daya unik untuk menciptakan keunggulan jangka panjang. Kedua teori tersebut tidak saling eksklusif, dan banyak perusahaan modern memadukan kedua perspektif tersebut saat mengembangkan rencana strategis mereka.
Misal, Microsoft telah berhasil menggunakan kombinasi kedua teori tersebut. Pada tahun 1990-an, Microsoft memanfaatkan kekuatan industri eksternal yang diidentifikasi dalam Lima Kekuatan Porter, seperti menciptakan hampir monopoli dalam sistem operasi dengan Windows. Namun, kemampuan internal perusahaan, seperti inovasi dalam pengembangan perangkat lunak, pengenalan merek yang kuat, dan efek jaringan, merupakan contoh RBV. Kekuatan internal ini telah memungkinkan Microsoft untuk tetap kompetitif bahkan saat industri telah berkembang dengan munculnya komputasi awan, teknologi seluler, dan pesaing perangkat lunak baru.
Contoh lain adalah Alfamart, yang menerapkan kombinasi prinsip IO dan RBV. Alfamart menyadari kondisi industri yang menguntungkan, seperti tumbuhnya warungwarung yang menjual barang kebutuhan sehari-hari dan peluang untuk diferensiasi
melalui layanan yang lebih modern. Pada saat yang sama, Alfamart memanfaatkan sumber daya internalnya, termasuk kemampuan
mengembangkan jaringan toko dan kemampuan operasi supply chain yang efisien, untuk mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Model bisnisnya yang mampu menjangkau semua lapisan dan lokasi, yang didorong oleh manajemen sumber daya
yang efisien, telah memungkinkannya untuk mengungguli dan mempertahankan posisi bersaing dalam industri minimart selama beberapa dekade.
#manajemenstrategis #teoriIO #teoriRBV #industrialorganization #resourcebasedview #sejarahmanajemenstrategis #strategibisnis #keunggulankompetitif #analisisswot #lingkunganeksternal #sumberdayainternal #perencanaanstrategis #pengambilankeputusan #teoriorganisasi #manajemenperusahaan #modelbisnis #propertystrategy
