Jusuf Ngadri, Senior Manager MURI (kedua dari kiri), menyerahkan penghargaan rekor MURI kepada Nanda Widya, Direktur Utama PT Harmoni Dinamika (kedua dari kanan) di Grand Diara Hotel, Cisarua, Bogor, Selasa, 20 Maret 2018. (Pius Klobor)
Saat ini ada lebih dari 300 hotel tersebar di wilayah Puncak, Kabupaten Bogor. Persaingan bisnis tentu sangat tinggi. Berbagai strategi pun dilakukan manajemen perhotelan. Termasuk terobosan dan gebrakkan baru guna merebut pasar.
Grand Diara Hotel, salah satunya yang merasakan beratnya persaingan bisnis perhotelan di kawasan Puncak. Nanda Widya, Direktur Utama PT Harmoni Dinamika, pemilik Grand Diara Hotel mengakui itu.
“Di seluruh puncak ada lebih dari 300 hotel, mulai dari bintang 1 sampai bintang 5. Belum lagi villa dan rumah warga yang juga disewakan. Sehingga kami sudah pikirkan apa yang akan dilakukan, terutama di hari biasa,” kata Nanda di Grand Diara Hotel, Cisarua, Selasa (20/3/2018).
Untuk mengatasi hal ini, lanjutnya, Grand Diara menyediakan beberapa fasilitas tambahan. Seperti ruang pertemuan atau kegiatan lainnya (MICE), juga ada fasilitas bermain anak.
Baca Juga:
- Sinar Mas Land Luncurkan Lifestyle Hotel Pertama di Semarang
- Hotel dengan Konsep Unik, Kini Ada di Gading Serpong
- Uniknya Hotel Kapsul Gaya Jepang di Makassar
“Jumat sore sampai Sabtu kita aman. Tapi mulai Minggu sampai Kamis, semua hotel di Puncak bermasalah. Sehingga hari biasa kami alihkan ke MICE. Kemudian weekend fokus ke keluarga yang menginap. Ada fasilitas anak, sehingga mereka sangat betah. Bahkan yang kembali lagi juga cukup tinggi,” terangnya.
Senada dikatakan Listura Samsudin, General Manager Grand Diara Hotel. Meski sebagai pendatang baru, hotel yang baru beroperasi dua tahun ini cukup diminati pengunjung dari Jakarta, Bogor, dan Bandung, termasuk juga wisatawan dari luar negeri. Hal ini ditandai dengan rata-rata tingkat keterisian atau okupansi di atas 50 persen.
“Rata-rata yang datang keluarga muda dan ternyata adanya fasilitas tersebut memang sangat ampuh, dan itulah kebutuhan mereka di sini,” kata Listura.
Adapun tahun pertama hotel bersoprasi, tingkat keterisian sudah mencapai 58 persen. Tahun kedua meningkat menjadi 60 persen, kemudian tahun ini (Januari-Maret) sudah mencapai 63 persen.
“FIT (Free Independent Traveler-red) kami juga masih kuat. Bulan lalu FIT masih 60 persen,” tambahnya.
Rekor MURI
Kiri-kanan: Listura Samsudin, General Manager Grand Diara Hotel; Jusuf Ngadri, Senior Manager MURI; Nanda Widya, Direktur Utama PT Harmoni Dinamika; Editha, Smaracita (Arsitek Grand Diara Hotel). Foto: Pius Klobor
Optimisme akan peningkatan pengunjung hotel kian bertambah setelah Grand Diara Hotel mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) sebagai “Hotel Dengan Dekorasi Batik Nusantara dari Asal Daerah Terbanyak”.
Saat ini lebih dari 60 koleksi motif batik terpampang di setiap koridor hotel yang dikumpulkan dari 26 provinsi di Indonesia. Bahkan ada koleksi batik tertentu yang sudah berusia lebih dari 40 tahun.
“Selama satu tahun kami kumpul batik dari 26 provinsi. Ternyata ada provinsi yang belum punya batik. Dan semua yang terpajang di hotel ini punya makna filosofi tersendiri,” jelas Nanda.
Nanda berharap, melalui penghargaan tersebut, Grand Diara menjadi salah satu pelopor dalam pelestarian batik sebagai bagian dai budaya Nusantara.
“Siapapun yang ingin mengetahui tentang batik, bisa datang ke Grand Diara. Bahkan seluruh koleksi batik di hotel ini sudah kami bukukan dalam buku berjudul, ‘Batik Negeriku-Koleksi Batik Grand Diara Hotel’,” jelasnya.
“Semoga hotel ini juga dapat memberikan kontribusi kepada bangsa dan negara akan support memperkenalkan salah satu produk dan budaya kebanggaan kita bersama,” lanjutnya.
Penghargaan MURI tersebut diserahkan langsung oleh Jusuf Ngadri, Senior Manager MURI. MURI menilai Grand Diara Hotel menjadi satu-satunya hotel di Indonesia bahkan dunia yang punya koleksi batik asal daerah terbanyak, yakni dari 26 provinsi.
“MURI biasanya memberikan penghargaan dalam kategori terbanyak, terunik, dan tentunya punya manfaat positif. Grand Diara menghargai karya adhiluhur bangsa ini yang bahkan sudah diakui Unesco. Lebih dari itu memberikan edukasi kepada pengunjung. Ini yang kami lihat sangat menonjol, di samping pengumpulan dari daerah terbanyak,” kata Jusuf.
Grand Diara Hotel merupakan hotel bintang 3 yang memiliki 81 kamar dan 4 ruang pertemuan dengan kapasitas hingga 250 orang. Hotel ini juga dilengkapi dengan restoran Chinchilla Sky di lantai 6 dengan view panorama Gunung Salak, Gunung Gede, dan Gunung Pangrango.
Rencananya, Grand Diara berikutnya akan dibangun di daerah Cileungsi, Bogor dalam waktu 2-3 bulan ke depan.
“Tapi namanya Diara saja, kelas bintang 2 dengan 60 kamar. Kami targetkan untuk para supervisior yang bekerja di kawasan industri di sekitar Cileungsi,” pungkas Nanda. [Pius Klobor]