“Setiap agen pasti mempunyai cara sendiri-sendiri untuk dapat meyakinkan calon konsumennya”
Saya teringat beberapa tahun lalu ketika saya diundang oleh salah satu agen properti yang sedang mengadakan acara awarding untuk top sales mereka. Setelah acara makan malam diiringi dengan artis penyanyi, tibalah saatnya untuk membacakan siapa-siapa saja yang berhak memeroleh penghargaan untuk para agen yang telah membukukan penjualan tertinggi selama 1 tahun.
Beberapa orang pun bergantian naik panggung untuk menerima penghargaan. Saya sempat mengamati setiap gestur tubuh para pemenang yang menerima penghargaan tersebut. Dan waktunya untuk diumumkan penghargaan best of the best untuk agen yang telah berprestasi dan memberikan omset penjualan tertinggi selama setahun. Ada yang menarik perhatian saya…
Baca juga
Tepuk tangan riuh menyambut kehadiran si agen tersebut. Dia berjalan gontai hampir tanpa ekspresi, hanya senyum malu-malu menaiki panggung. Panitia pun langsung memberikan plakat tertinggi top sales kepadanya dan memberikan waktu untuk berpidato sekadar sharing apa yang telah dilakukannya. Sehingga dapat memeroleh omset sangat tinggi waktu itu, namun saya lupa berapa kira-kira nilainya. Tapi yang pasti cukup tinggi pada waktu itu.
Dengan sedikit agak gugup dia pun mulai berpidato. Kesan yang ditangkap jauh dari seorang superior yang dapat meyakinkan calon konsumennya untuk membeli rumah atau properti. Pidatonya terbata-bata. Tapi apa rahasianya sehingga dengan keluguannya mampu mengalahkan para agen senior yang lebih berpengalaman.
Singkat kata, pada saat acara ramah tamah setelah selesai acara, saya pun menyempatkan menyapa dia sekaligus ingin menghilangkan rasa penasaran saya. “Selamat ya Pak,” sapa saya. Tanpa berlama-lama raut mukanya langsung terkaget-kaget.
“Eh, Pak datang juga ke acara ini. Saya selalu mengumpulkan artikel-artikel Bapak,” balasnya sambil tersenyum canggung. Saya yang sedikit kaget saat itu. Suasana pun menjadi cair dan kami mengobrol kesana-kemari. Jadi apa rahasianya?
Ternyata setiap dia bertemu dengan calon konsumen dia selalu membawa artikel-artikel yang menurutnya dapat menjelaskan mengenai kondisi pasar terkini, prospek pasar wilayah, kondisi ekonomi, dan lainnya, tanpa dia sendiri yang menjelaskan. Dia selalu rajin menggunting artikel-artikel tersebut dari koran, dan majalah cetak (dulu belum secanggih sekarang dengan hanya bermodal handphone android). Tidak hanya artikel dari saya namun dari tokoh-tokoh lain termasuk pengamat ekonomi dan perbankan semua lengkap dia pantau. Dengan kekurangannya berkomunikasi secara verbal, maka dia berpikir harus menyiapkan strategi agar orang lebih percaya. Karena jika dia yang menjelaskan mungkin orang tidak akan percaya, maka dia ‘memanfaatkan’ orang lain yang bisa lebih menjelaskan lebih detail meskipun hanya melalui artikel yang diperlihatkan kepada calon konsumennya. Mau dicoba? ●