Propertyandthecity.com, Jakarta – Pandemi Corona (Covid-19) terbukti telah melemahkan ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Salah satu bisnis yang juga terkena dampak wabah ini adalah sektor properti. Padahal, properti di Indonesia sudah menampakkan geliat pertumbuhannya sejak Desember tahun lalu.
Alvin Andronicus, Commercial & Business Development Director AKR Land mengungkapkan, secara makro, pandemi Corona telah menghambat ekonomi secara global. Apalagi dengan diberlakukannya pembatasan transportasi, ekspor/impor, hingga lockdown di beberapa negara.
Baca: Corona Hantam Properti Tanpa Stimulus
Banyak produk kebutuhan dalam negeri yang masih diimpor dari berbagai negara, terutama Cina. Bahkan beberapa material untuk sektor properti dan industri turunannya pun berasal dari China, sehingga tentu akan berdampak pada bisnis ini.
“Jadi secara mikro di Indonesia juga pasti terdampak. Makanya pemerintah kita memberikan banyak stimulus, seperti pelonggaran pajak, bunga bank yang diturunkan, dan lainnya. Karena bagaimanapun, secara ekonomi, target pencapaian Indonesia juga pasti akan turun, tidak lagi di 5 persen, pasti turun, mungkin di 4,5 persen,” ujar Alvin ketika dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (25/3/2020).
Tidak hanya kepada konsumen, stimulus yang sama juga harusnya diberikan kepada pengembang, terutama kelonggaran di perbankan, seperti bunga bank yang lebih ringan atau masa pinjaman diperpanjang.
Alvin memprediksi, imbas dari pandemi Corona ini akan lebih terasa sekitar Mei 2020 hingga akhir tahun mendatang. Dimana saat itu harga material yang akan naik dan terpaksa harga unit juga akan terkerek naik.
Baca: Metland Tutup Operasional Mal, Mulai 27 Maret
Namun demikian, kata dia, peluang bisnis di sektor properti akan tetap ada, karena properti juga merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Apalagi sampai saat ini juga kekurangan pasokan masih banyak.
“Saat ini publik masih fokus kepada parahnya Covid-19. Apalagi pergerakan kurs dolar juga sempat naik ke level Rp17.000. Sehingga mungkin ini juga akan mempengaruhi user punya buying power. Jadi pasar masih wait and see and keep cash money better dan invest,” terang Alvin.
Untuk ini, menurut Alvin, pengembang harus lebih fokus ke pasar, lebih pro aktif mendekatkan diri kepada user dengan menawarkan berbagai kelonggaran, baik berupa promo atau gimik-gimik lainnya.
Baca: 4 Tower Wisma Atlet Kemayoran Siap Digunakan Sebagai RS Darurat COVID-19
“Artinya pengembang harus atur strategi baru untuk terobos pasar yang sudah berubah,” ujarnya.
Menurut dia, user yang paling terbuka peluangnya dan paling banyak adalah mid-low dengan harga dibawah Rp2 miliar, serta pasar dibawah Rp1 miliar. Sementara pasar dari segmen mid-high tidak bergerak.
“Untuk mid-high, properti bagi mereka adalah kebutuhan secondary, bukan primer. Kalau end user yang mid-low ke bawah tentu sebagai kebutuhan primer,” ungkap Alvin.
Strategi yang sama juga diterapkan di AKR Land pada sejumlah proyeknya yang sedang berjalan. Seperti lebih gencar mengaktifkan pemasaran dan promo melalui media online atau social media, terutama dalam masa social distancing.
“Meskipun kami di rumah saja, tapi tetap melakukan komunikasi dengan loyal consumer, juga konsumen lainnya yang punya potensi. Disitulah kami tawarkan gimik-gimik yang menarik,” sebutnya.
Beberapa proyek AKR Land yang sedang dipasarkan saat ini, seperti apartemen dan perkantoran di Gallery West di Jalan Panjang, Jakarta Barat. Proyek ini sebenarnya sudah rampung dan memasarkan unit tersisa. Seperti apartemen yang hanya 80 unit lagi.
Baca: Dukung Pemkot Surabaya, Rucika Peduli Gerakan Cuci Tangan
“Beberapa proyek kita yang lainnya juga tetap jalan. Seperti di Manado ada dua, luasnya 220 hektar. Kemudian di Jawa Timur sekitar 300 hektar. Kami tetap melakukan pendekatan pasar. Fokus ke pasar, karena masih banyak peluang,” jelas Alvin.