BOOMING DI 2022 Bisa digambarkan kondisi properti tahun 2020 lalu dan bagaimana dengan prediksi untuk tahun 2021?
Properti tentu bergantung pada jenisnya namun secara general pastinya semua terhambat. Tetapi yang paling berat adalah yang berhubungan dengan tourism, seperti hotel, praktis hampir tidak ada kunjungan. Sementara office, karena berkurangnya interaksi, sehingga kebutuhan ruang juga pasti berkurang. Dan mal, dengan adanya pembatasan aktivitas dan kunjungan orang, pastinya juga berdampak pada aktivitas bisnisnya.
Sementara residensial boleh dibilang yang terbaik di antara jenis lainnya. Kalaupun terdampak Covid-19, hanya pada segmen-segmen tertentu, seperti adanya pengurangan karyawan pada beberapa industri, kemudian pemotongan gaji, sehingga kemampuan mereka menjadi berkurang atau terhambat. Oleh karenanya, mereka menunda untuk beli rumah. Kondisi ini lebih banyak terjadi pada segmen menengah bawah. Untuk pasar atas, mungkin bagi mereka tidak begitu mendesak, bisa ditunda terlebih dahulu. Tetapi karena kebutuhan rumah itu masih sangat dominan, karena pemenuhan kebutuhan backlog perumahan, sehingga residensial masih bergerak.
Sedangkan untuk di tahun 2021 ini saya pikir residensial harusnya lebih baik. Ada beberapa hal yang mempengaruhi ini, seperti adanya vaksinasi yang sudah mulai dilakukan. Pastinya aktivitas kegiatan sudah mulai kembali, walaupun tidak bisa 100 persen. Kepercayaan diri orang juga sudah mulai meningkat, karena melihat adanya titik terang dari pemulihan ekonomi kita. Tetapi untuk yang lainnya, yang berhubungan dengan tourism dan hiburan, tentu masih perlu waktu. Hotel, recovery-nya mungkin memakan waktu lebih lama. Sementara untuk mal dikarenakan sudah mulai adanya vaksinasi dan pembatasan kegiatan juga akan berkurang, tentu juga akan pulih.
Bagaimana Ciputra Group menyesuaikan diri dengan kondisi
new normal?
Untuk Ciputra tidak begitu lama, karena kami sudah melihat tren perubahan lifestyle atau gaya hidup orang, terutama para milenial. Sehingga sebelum pandemi kami sudah mulai melakukan perubahan-perubahan ke arah itu. Seperti misalnya dalam bentuk desain mal kami di Tangerang. Presentasi toko-tokonya juga sudah berkurang, karena sekarang banyak orang belanja melalui online. Namun untuk lifestyle dan experience-nya, seperti untuk di F&B, restoran, atau tempat rekreasinya, itu yang kami tingkatkan.
Kemudian pada sistem digitalisasi juga sudah kami lakukan sebelum pandemi melanda Indonesia. Mulai dari cara pemasaran, promosi online, maupun membangun sistemnya. Ketika muncul pandemi, justru kami percepat. Dengan demikian, tanpa orang datang pun, mereka tetap bisa melihat produk kami secara online. Termasuk dengan menyediakan fasilitas virtual tour.
Beberapa proyek kami yang melakukan launching cluster barunya, juga sudah menggunakan sistem digital tersebut. Semuanya sudah secara online, mulai launching, penjualan, hingga transaksi. Semua ini sudah kami lakukan sejak sebelum pandemi masuk Indonesia.Sehingga tidak terlalu sulit bagi kami untuk menyesuaikan dengan kondisi kebiasaan baru atau new normal. Dan ternyata dengan caracara seperti ini kami juga mendapatkan respon yang sangat baik dari pasar.
Mungkinkah properti akan booming di 2021?
Mungkin belum bisa disebut sebagai booming tetapi trend recoverynya sudah pasti akan positif. Kita lihat juga tren di beberapa bulan terakhir ini, meskipun mulai tumbuh tetapi tidak bisa dikatakan sudah pulih kembali kondisinya. Jadi mungkin baru akan terasa di semester kedua 2021. Sehingga saya lebih yakin baru akan terjadi booming di tahun 2022. Karena kelihatannya semua sudah mengarah ke percepatan vaksinasi, sehingga bisa mengembalikan kegiatan seperti semula.
Bagaimana dengan dorongan pemerintah berupa stimulus–stimulus yang diberikan?
Stimulus pastinya sangat membantu, namun kita lihat kembali stimulus ini banyak itemnya. Baik dari segi aturan-aturan di financing-nya, down payment, LTV, kemudian cicilannya, juga perpajakan dan lain-lain. Stimulus-stimulus berlaku untuk yang baru, tetapi kita juga tidak boleh menutup mata terhadap yang eksisting. Karena mereka juga pastinya punya problem, sehingga stimulus pemerintah yang memberikan kesempatan pada perbankan untuk memberi restrukturisasi, baik ke korporasi maupun ke konsumen langsung dalam hal keringanan cicilan dan lain-lain, tentu sangat membantu. Jika tidak, bisa kolaps semuanya.
Lantas, bagaimana dengan aturan-aturan seperti perpajakan,
apakah sebaiknya lebih dilonggarkan?
Bisa juga dilakukan seperti misalnya PPN-nya untuk non FLPP, tetapi sampai berapa ratus juta. sehingga pasti akan sangat membantu dalam hal mengurangi harga dari properti tersebut, kemampuan konsumen menjadi lebih baik. Jika semua ini lebih dibuka pasti akan bagus juga untuk percepatan pemulihan ekonomi nasional. Saya rasa pemerintah juga melihat hal ini, karena yang terlibat banyak sekali. Ada sebanyak 170-an industri yang terkait dengan properti. Juga employment, tenaga kerja yang terlibat sangat besar sekali. Dan praktis boleh dibilang hampir tidak terlihat adanya bahan bangunan impor, sehingga devisa tidak ada yang keluar. Jadi kontribusi properti terhadap pemulihan ekonomi cukup besar.
Apakah Ciputra Residence akan meluncurkan proyek baru di
tahun ini?
Kalau proyek belum ada, tetapi cluster-cluster baru akan selalu ada,karena pasarnya selalu ada. Ada yang terganggu tetapi ada juga pendatang baru. Misalnya, tadinya konsumen berencana beli rumah yang berukuran 200 m2, tetapi karena menghadapi kondisi seperti saat ini sehingga mereka memilih rumah dengan ukuran yang lebih kecil seperti 100 m2. Artinya bahwa mereka tetap membutuhkan rumah.
Selain digital marketing, strategi apalagi yang diperkuat Ciputra Residence untuk menggenjot penjualannya tahun ini? Digital marketing akan terus kami upgrade, karena ini juga terbilang baru dan ternyata direspon positif oleh pasar. Disamping itu juga hal-hal basic, seperti cara pembayaran, atau hal-hal lain yang berkaitan dengan financing. Tentunya kami akan lebih sesuaikan terutama dengan kemampuan pasar saat ini. ● [Pius Klobor]