Modernisasi adalah keniscayaan bagi insani sekaligus peradaban. Pengembangan modernisasi membutuhkan pemikiran yang
komprehensif, tetapi jika hendak disederhanakan maka sesungguhnya modernisasi adalah sebuah ekspresi anti tesis dari keprimitifan. Primitifisme sendiri adalah sebuah semangat menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan. Mereka yang ingin keluar dari
keprimitifannya maka otomatis cenderung memilih modernitas sebagai opsinya. Bagaimana dengan sektor bisnis properti? Sudah cukup modernkah? Atau masih terkukung keprimitifan banget?.
baca juga, Luncurkan Program “Smart Move”, Sinar Mas Land Berikan Stimulus Subsidi Bunga Bank
Sektor bisnis properti memang sektor besar sekali (sangat strategis), tetapi besarnya sektor properti ini apakah hanya bersifat bongsor semata atau memang gagah perkasa bagi pengembangan peradaban di Indonesia. Idealnya pengembangan sektor bisnis properti menjadi gerak luhur bagi pengembangan peradaban di Indonesia. Tetapi memang cuanisme pada bisnis properti ini seringkali mengaburkan arah nilai – nilai luhur pada pengembangan bisnis properti.
Cuanisme pada sebuah bisnis memang tidak bisa dihindari karena memang basis sebuah bisnis itu bersifat utilitarianistik, yakni berorientasi bagi pengembangan dan pemanfaatan terbaik. Bisnis properti itu sendiri juga memang sebuah sektor yang padat modal sekaligus padat karya. Jadi memang orientasi cuan terbaik wajar hadir mengingat besarnya sumberdaya yang dikembangkan dan potensi resiko pada bisnis ini. Tetapi sesungguhnya kita masih tetap bisa memilih cuan terbaik tanpa harus terjebak menjadi primitif pada bisnis ini, yakni berbasis value creation
(penciptaan nilai).
Value creation merupakan potensi solusi bagi pengembangan modernitas pada sektor bisnis properti. Melalui prinsip value creation maka pengembangan bisnis properti dapat keluar dari jebakan pragmatisme yang pada akhirnya mendorong kepada arah primitifisme. Value creation dapat menjadi roh kebaikan yang lincah pada sektor bisnis properti. Value creation itu sendiri dapat dikembangkan pada tataran;

1. Mindset Pelaku Bisnis Properti; pelaku bisnis properti harus mengembangkan profesionalisme guna melayani kebutuhan profesional organisasi bisnis dan pasarnya. Agar insan bisnis properti tidak sekedar terjebak menjadi “pedagang” saja.
2. Arah Strategis Perusahaan; sektor bisnis properti sudah pasti memiliki profitabilitas yang tinggi, sehingga justru ini menjadi sumberdaya perusahaan untuk mengembangkan berbagai mimpi masa depan untuk mengembangkan peradaban baik.
3. Pengembangan Organisasi Bisnis Properti; organisasi bisnis properti harus berorientasi menjadi centre of excellence. Sehingga para
profesional dunia properti memiliki rasa bangga bekerja pada sektor ini.
4. Kepuasan Pelanggan; pengembangan bisnis properti harus berorientasi menjadikan pembelinya sebagai sahabat. Sehingga pengembangan sebuah proyek properti bisa hadir secara kolaboratif bersama – sama (co creation).
5. Kepuasan Stakeholder; pengembang properti harus punya semangat bertumbuh bersama-sama dengan segenap stakeholder. Sehingga posisinya sebagai sektor strategis nasional dapat menjadi arah distribusi kesejahteraan yang baik bagi segenap anak bangsa.
6. Kepuasan Shareholder; profesionalitas pada sebuah bisnis sudah pasti akan mendorong manfaat yang optimal bagi pada shareholder (pemegang saham). Profesionalitas adalah ruang terbaik untuk bertemunya pada shareholder dengan para profesional pada organisasi bisnis
Pastinya value creation bukanlah antitesis bagi profit terbaik bagi organisasi bisnis. Justru melalui value creation maka profit yang dihasilkan pada sebuah organisasi bisnis akan hadir secara elegan karena semua pihak happy. Value creation dapat menjadi pijakan awal bagi arah pengembangan modernisme yang penuh tantangan pada sektor bisnis properti di Indonesia. Salam cuan, sekaligus salam value creation
sektor bisnis properti Indonesia!.•
