TREN MELAMBAT SEPANJANG 2014
Prediksi Indonesia Property Watch mengenai tren perlambatan pasar perumahan di tahun 2014 terbukti dalam angka pertumbuhan penjualan perumahan di wilayah Jabodebek-Banten. Sampai triwulan III tahun 2014, pasar anjlok mencapai 70% lebih dengan penurunan terbesar terjadi di segmen menengah atas. Pasar agaknya mulai bergeser ke segmen menengah di tengah kejenuhan yang terjadi di segmen menengah atas. Selain harga yang sudah terlalu tinggi, jumlah pasar di segmen ini pun semakin terbatas.
Namun ternyata memasuki triwulan IV tahun 2014 pasar terdongrak dengan nilai penjualan sebesar Rp1.678.427.100.546 atau meningkat 29,8% (qtq). Meskipun pertumbuhan pada triwulan ini meningkat, namun belum mematahkan tren perlambatan yang akan berlanjut.
Beberapa alasan kenaikan tersebut ditengarai karena banyaknya proyek yang diluncurkan di akhir tahun. Nilai penjualan di Jakarta misalkan naik fantastis 7 x lipat dikarenakan adanya beberapa proyek yang sukses diluncurkan. Untuk wilayah Depok dan Tangerang, proyek segmen menengah bawah kembali diserbu konsumen sehingga membukukan nilai pertumbuhan positif dibandingkan wilayah lain yang relatif tetap pada tren perlambatan.
Hal ini juga diperkirakan banyak konsumen menengah yang tidak mau ketinggalan untuk membeli rumah ditengah isu adanya kenaikan BBM yang ‘ditakutkan’ akan membuat harga rumah semakin menggila lagi. Momen ini disikapi pengembang dengan meluncurkan proyek-proyek akhir tahunnya. Sasaran bukan ke segmen atas melainkan ke segmen menengah. Pasar bergeser ke menengah secara umum.
Bukan tanpa alasan bahwa tren perlambatan ini akan berlanjut di tahun 2015. Kondisi internal pasar properti sendiri dengan pertumbuhan yang sudah terlalu tinggi tiga tahun terakhir membuat pasar harus mencari keseimbangan baru mengingat pasar sekunder dan pasar primer masih mempunyai spread harga yang tinggi.
Dengan diturunkannya suku bunga acuan BI nya menjadi 7,5% akan memberikan harapan untuk pasar properti bersiap-siap dalam jalur percepatan yang diperkirakan akan terjadi di semester II tahun 2015.
Di sisi lain pasar menengah atas relatif masih riskan untuk menambah kapasitas pembelian propertinya di tengah kegaduhan politik yang sangat sensitif terhadap motif investasi. Kondisi ini membuat pasar investasi properti menjadi semakin lama untuk bergerak.
Namun melihat kedewasaan pasar properti di Indonesia, maka pasar sepertinya tidak terlalu terpengaruh besar pada situasi politik saat ini. Pasar
perumahan akan segera bergerak naik. Semoga . . .(Jkt, 18/3/2015)
{jcomments on}