Top 5 This Week

Related Posts

TOD DARI BALKON, INDAHNYA LAMPU-LAMPU KRL

Untuk pertama kalinya di Indonesia akan berdiri apartemen di atas stasiun KRL (Kereta Api Listrik), hasil kerjasama dua BUMN, Perum Perumnas bersama PT Kereta Api Indonesia (KAI).

Bayangkan Anda tinggal di apartemen yang di bawahnya terdapat jalur commuter line. Saat malam hari, dari atas apartemen, Anda bisa melihat sorot lampu KRL menembus kegelapan malam dengan suara derit rel kereta api sayup-sayup terdengar menembus kamar apartemen Anda. Bagi penggemar kereta pemandangan seperti ini memberi keasyikan tersendiri. Apalagi Anda melihatnya cukup dari balkon apartemen sambil duduk di kursi santai.

Cerita di atas bakal Anda rasakan sebentar lagi setelah Perum Perumnas dan PT KAI meresmikan dimulainya proyek rusunami dengan konsep Transit Oriented Development (TOD) di Stasiun Tanjung Barat Jakarta, Jakarta Selatan.  Konsep TOD marak dibicarakan belakangan ini setelah pembangunan infrastruktur untuk transportasi massal gencar dilakukan pemerintah seperti LRT (light rail transit) dan MRT (mass rapid transit).

Konsep TOD ini mengintegrasikan hunian apartemen dengan akses moda transportasi massal. Kalau apartemen konsep TOD di LRT masih mungkin harus berjalan kaki cukup jauh. Bahkan, masih harus dengan kendaraan lagi. Sementara apartemen di stasiun KRL cukup turun dari apartemen, Anda sudah sampai ke stasiun commuter line.

Pembangunan apartemen rusunami di atas stasiun KRL Tanjung Barat ini  merupakan bentuk inovasi hunian yang terintegrasi dengan sarana tranportasi massal commuter line jabodetabek. Harapannya orang yang tinggal di apartemen tidak perlu lagi menggunakan kendaraan pribadi, cukup naik commuter line. Selain menghemat waktu juga menekan biaya transportasi. Apalagi, pasarnya pun sangat menjanjikan karena pengguna commuter line di Jabodetabek setiap harinya mencapai 900 ribu penumpang menuju tempat kerjanya.  

Ada tiga tower yang akan berdiri di atas Stasiun Tanjung Barat dengan total jumlah unit mencapai 1232 unit apartemen, serta tinggi tower mencapai 29 lantai. Unit apartemen yang ditawarkan terdiri dari tipe studio satu kamar tidur luas 22 meter persegi, dan dua kamar tidur luas 32 meter persegi. Harga terjangkau untuk MBR dipatok Rp9,2 juta per meter persegi dan untuk yang komersial atau non subsidi harga per meter mencapai Rp16-18 juta. Rusunami di atas stasiun KRL ini sekitar 25 persen diperuntukan untuk MBR, sisanya untuk non MBR atau yang komersial.  

Walaupun tipikal rusunami, tetap memperhatikan kebutuhan penghuni. Sehingga tidak perlu juga penghuni keluar apartemen jauh-jauh untuk mencari kebutuhan pokok. Di bawah apartemen terdapat area komersial seperti kios, food and beverage, retail modern dan tradisional. Tersedia juga fasilitas tempat parkir yang diprioritaskan untuk para penghuni rusunami, yang total luasnya mencapai kurang lebih 4186 meter persegi.

Menurut Direktur Utama Perum Perumnas, Bambang Triwibowo, rusunami konsep TOD yang terintegrasi dengan stasiun KRL merupakan yang pertama kali ada di Indonesia. Rencananya, setelah di Stasiun Tanjung Barat, berikutnya konsep yang sama juga akan dibangun di atas Stasiun Pondok Cina, Depok. Bahkan, akan terus meluas ke stasiun-stasiun  KRL seperti di kawasan Bogor hingga Tangerang.

Harga apartemen konsep TOD di atas stasiun KRL harusnya bisa murah karena memanfaatkan lahan milik BUMN atau BUMD setelah dikerjasamakan antar BUMN. Mungkin ini sedikit berbeda dengan apartemen konsep TOD dekat stasiun LRT yang kabarnya harganya lebih mahal. Alhasil, sulit mendapatkan apartemen yang murah, walaupun sama-sama mengusung konsep TOD. [Hendaru] 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles