Minggu, April 27, 2025

Top 5 This Week

Related Posts

PENTINGNYA PEMILIHAN MATERIAL YANG BERKUALITAS PADA PENGEMBANGAN PROPERTI DAN RUANG TERBUKA HIJAU PERKOTAAN

Pentingnya pemilihan material yang berkualitas pada pengembangan properti dan ruang terbuka hijau perkotaan di kota besar dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi seperti di Kota Jakarta, ruang terbuka adalah bagian penting dari sebuah penataan kota. Menurut situs jakartasatu.jakarta. go.id, Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kota Jakarta saat ini hanya 5,214%, masih jauh dari standar RTH di kawasan perkotaan seperti yang tertulis dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 05/PRT/M/2008 tentang penyediaan dan pemanfaatan RTH di kawasan perkotaan, yaitu sebesar 30% yang terdiri dari 20% RTH Publik dan 10% RTH Privat.

Dalam kondisi seperti saat ini, menambahkan RTH sangatlah sulit karena RTH telah menjadi area terbangun yang kebanyakan adalah berupa perkerasan seperti infrastruktur kota dan bangunan. Untuk mengembalikan fungsi ekologis RTH pada area terbangun adalah minimal dapat mengembalikan fungsi RTH sebagai resapan air pada area perkerasan. Terkait dengan hal ini, material yang berkualitas memiliki peran penting dalam mengembalikan kondisi tersebut.

Implementasi dapat dilakukan melalui penggantian material yang sebelumnya tidak dapat menyerap air menjadi material yang dapat menyerap air, sehingga pada saat musim hujan, limpasan air tidak hanya mengandalkan fungsi dari saluran kota saja. Penggantian material tersebut dapat dilakukan pada saat pemeliharaan ataupun pada saat terjadinya perbaikan pada material yang sudah tidak dapat berfungsi dengan baik, sehingga lambat laun perkerasan yang dapat menyerap air akan menjadi semakin meluas.Selain itu, perkerasan seperti plasa, areaparkir terbuka, taman bermain ataupun koridor pejalan kaki dapat ditanami pohon dengan menggunakan tree grate, sehingga area tanam pohon dapat tetap dilalui oleh pejalan kaki dengan nyaman.

Material perkerasan yang dapat mendukung proses tersebut, di antaranya adalah aspal berpori, beton berpori, paving berpori, dan grass block. Agar mendapatkan pencapaian yang terukur, maka perhitungan nilai Faktor Hijau Jakarta yang ada pada material tersebut dapat melalui perhitungan Indeks Hijau Jakarta. Indeks Hijau Jakarta adalah indikator pembangunan dan pengembangan RTH Jakarta melalui pendekatan konsep ruang hijau. Penyelenggaraan RTH dilakukan sebagai upaya pemenuhan ketersediaan dan pemanfaatan RTH yang sejalan dengan rencana tata ruang dan bertujuan mewujudkan RTH Publik 20% dan RTH Privat 10% di Provinsi DKI Jakarta seperti yang tertulis pada Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 9 Tahun 2022 Tentang RTH.

Pentingnya pemilihan material
Penggunaan material Cross Laminated Timber sebagai material utama pada prototype Tiny House yang memiliki jejak karbon negatif merupakan salah satu alternatif pilihan material ramah lingkungan untuk bangunan tempat tinggal.

Selain material perkerasan pada permukaan, fungsi ekologis juga dapat ditambahkan dari Daerah Hijau Bangunan berupa taman atap dan dinding hijau dengan perhitungan maksimum 25% dari batasan Koefisien Dasar Hijau seperti yang diatur pada Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 135 Tahun 2019 tentang Pedoman Tata Bangunan. Untuk bangunan tinggi yang berfungsi sebagai bangunan perkantoran, material juga memiliki peran penting dalam memberikan kenyamanan terhadap lingkungan sekitarnya, maupun terhadap pengguna bangunan itu sendiri. Material tersebut di antaranya adalah material selubung bangunan yang didominasi oleh material transparan berupa kaca.

Pada umumnya material kaca yang digunakan adalah double glazing atau kaca insulated (Insulated Glass Unit) yang merupakan material dengan proses penggabungan dua kaca menjadi satu kaca dengan alumunium spacer. Kegunaan material tersebut adalah untuk insulasi panas dan insulasi suara. Selain itu material kaca juga sangat berpengaruh pada nilai OTTV (Overall Thermal Transfer Value), yaitu konservasi energi pada bangunan yang mengatur perpindahan panas pada fasade dinding bangunan. Dalam hal ini nilainya tidak boleh melebihi 35 watt/m2 karena semakin tinggi nilai OTTV, maka semakin besar watt/m2 energi yang diterima oleh suatu bangunan, sehingga beban energi yang dibutuhkan oleh pendingin udara di dalam bangunan tersebut akan semakin besar.

Pemilihan material pada atap bangunan dan tapak di sekitar bangunan juga perlu diperhatikan karena setiap material memiliki nilai koefisien albedo yang merupakan daya refleksi panas matahari. Pada perangkat penilaian Greenship Bangunan Baru 1.2 Tahun 2024 dari Green Building Council Indonesia pada kategori Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development), kriteria iklim mikro memiliki tolok ukur dalam penggunaan berbagai material untuk menghindari efek heat island pada atap dan perkerasan non-atap gedung, sehingga nilai albedo minimum adalah 0,3 sesuai dengan perhitungan.

Baca juga , Inovasi Tanpa Batas, RB SHERA Siap Penuhi Kebutuhan Pasar Indonesia

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, terkait dengan keamanan struktural bangunan terutama keamanan kebakaran, material disyaratkan dengan nilai TKA (Tingkat Ketahanan Api) berdasarkan tipe konstruksi, terutama material yang digunakan pada jalur evakuasi. Hal ini dimaksudkan agar material tersebut dapat bertahan untuk beberapa waktu tertentu pada saat terjadinya kebakaran, sehingga proses evakuasi dapat berjalan baik tanpa bangunan tersebut mengalami kerusakan berat yang mengakibatkan bangunan rubuh.

Selain itu efek gas yang dihasilkan oleh kebakaran juga dapat sangat berbahaya terkait dengan masih banyaknya material yang menggunakan bahan kimia yang memiliki efek buruk pada saat terbakar. Oleh karenanya penggunaan bahan baku material diharuskan menggunakan bahan yang tidak mengandung CFC (Chlorofluorocarbon), asbes, merkuri dan VOC (Volatile Organic Compound) tinggi, sehingga keamanan dapat tetap terjaga. Pada saat syarat keamanan material tersebut telah tercapai, maka dapat mulai dilakukan pemilihan penggunaan material yang juga mempertimbangkan faktor estetikanya. Sejumlah inovasi dalam proses pengolahan material dan juga penggunaan teknologi dalam menciptakan material yang berkualitas sering kali kita jumpai saat ini. Banyak pilihan material yang telah memiliki sertifikat ramah lingkungan. Dalam pemilihan material kita juga perlu memperhatikan Penilaian Daur Hidup atau LCA (Life Cycle Assessment) dalam penggunaannya.

Dalam Pedoman Penyusunan Laporan Penilaian Daur Hidup Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2021, Daur Ulang Hidup merupakan pendekatan dari hulu ke hilir untuk menilai suatu sistem produk secara kuantitatif, yang juga diintegrasikan dengan upaya penurunan dampak lingkungan. Salah satu contoh hasil inovasi terhadap material adalah Kayu Laminasi Melintang atau CLT (Cross Laminated Timber), yaitu panel kayu multi-lapis di mana setiap lapisan berorientasi melintang ke lapisan yang berdekatan untuk meningkatkan stabilitas dimensi dan kinerja strukturalnya. Material ini dapat digunakan hingga ketinggian 12 lantai, dan dapat berfungsi sebagai elemen struktural maupun sebagai elemen arsitektural. Menarik untuk disampaikan juga bahwa material tersebut merupakan salah satu alternatif material yang memiliki jejak karbon negatif.

Mengingat banyaknya faktor yang perlu dipertimbangan terkait pemilihan material seperti yang telah dijelaskan di atas, pada akhirnya kita dapat lebih memahami kebutuhan akan pentingnya penggunaan material yang berkualitas. Tidak hanya untuk pertimbangan terhadap nilai keamanan dan kenyamanan di dalam bangunan, namun juga termasuk pada ruang-ruang luar dan lingkungan sekitarnya di mana kita melakukan berbagai macam aktivitas sehari-hari. Selain itu, yang terpenting adalah pertimbangan yang harus dilakukan terkait dengan keberlangsungan alam semesta yang sampai saat ini terus menerus dimanfaatkan sebagai sumber utama dari bahan baku material yang tidak berkelanjutan. Perlu ditekankan kembali bahwa alam semesta ini bukanlah merupakan warisan dari nenek moyang kita, melainkan merupakan pinjaman dari generasi yang akan datang, sehingga keberlangsungannya perlu untuk kita jaga bersama dengan baik.

RIZQI KHAIRUL FUADY Senior Urban Designer / Senior Architect PT TOWNLAND INTERNATIONAL

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles