Tidak hanya suguhan pasir putih di biru muda laut Mingar, tradisi adat pengambilan Nale di bibir pantai pun menjadi momen yang sangat menarik untuk disaksikan. termasuk sea food bercita rasa magis.
Mengunjungi eksotisme alam dan budaya di Timur Indonesia, bak untaian intan yang belum terasah. Banyak destinasi alam dan budaya yang mungkin belum pernah Anda ketahui, menyimpan sejuta pesona yang tak dijumpai di belahan dunia mana pun. Datanglah ke Lembata dan jadilah saksi beragam atraksi budaya dan wisata alami di sana. Keramahan alam dan penduduknya akan menyambut kehadiran Anda.
Lembata yang berada di gugusan Timur Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur sudah cukup dikenal, bahkan hingga ke mancanegara lantaran keperkasaan masyarakat nelayan di Desa Lamalera menaklukan monster laut bernama “koteklema” (paus raksasa). Atraksi syarat budaya berburu paus secara tradisional masih tetap dipertahankan hingga kini. Namun tidak hanya itu, sebagai petualang sejati, sejatinya pun Anda menikmati beragam tradisi adat budaya dan pariwisata lainnya di sana. Sebut saja Pantai Pasir Putih Bean, Pantai Pasir Putih Wowong, Pantai Lewolein, Pantai Rekreasi Tanah Treket, Sumber Gas Alam Karun Watuwawer, Rumah Adat, dan Ritus Pesta Kacang Jontona, yang juga mesti dikunjungi. Disarankan perjalanan dilakukan pada musim panas, karena Anda pun dapat menyaksikan beberapa acara adat termasuk proses penangkapan ikan paus yang biasanya dimulai dengan doa dan seremoni adat pada 1 Mei.
Okey, siapkan perjalanan Anda karena waktu tempuh lumayan melelahkan. Perjalanan dari Jakarta ke Lembata bisa ditempuh dalam waktu satu hingga dua hari dengan menggunakan transportasi udara melalui Kupang, ibukota provinsi NTT. Dari Kupang butuh waktu sekitar 45 menit hingga mendarat di Bandara Bandara Wunopito, Lembata. Setidaknya dalam sehari ada dua maskapai penerbangan yang melayani rute ke Lembata, yakni TransNusa Air Services dan Susi Air. Tentu pesawat ini berukuran yang lebih kecil lantaran bandara hanya memiliki landasan pacu sepanjang 1.200 meter. Di sinilah salah satu pintu masuk untuk mulai mereguk lebih banyak kemurnian alam dan pengalaman penuh kesan.
Namun bagi yang ingin bertualang panjang, bisa juga menempuh perjalan darat yang tentunya memakan waktu lebih panjang melalui Pulau Bali, Lombok, Flores, hingga Lembata. Alternatif kedua ini jika Anda hendak menikmati beberapa obyek wisata sepanjang perjalanan itu, mulai dari Bali, hingga ke beberapa tempat wisata di Lombok. Menyeberang ke Komodo di Pulau Komodo, selanjutnya di Pulau Flores pun ada beberapa tempat wisata yang bisa Anda singgahi. Mulai dari Labuan Bajo, Desa Adat Wae Rebo di Kabupaten Manggarai Barat, danau tiga warna Kelimutu di Kabupaten Ende, hingga wisata religi di Larantuka yang merupakan peninggalan sejak zaman Portugis. Ini adalah beberapa destinasi wisata yang mesti Anda kunjungi ketika melintasi daerah-daerah tersebut. Dari Larantuka di ujung Timur Pulau Flores, Anda dapat menempuh perjalanan laut ke Pulau Lembata sekira 75 menit menggunakan kapal cepat atau 3 jam dengan kapal motor penyeberangan reguler.
Terdapat beberapa tempat penginapan hotel ketika Anda sudah tiba di Lewoleba, kota Kabupaten Lembata. Keesokan harinya petualangan menuju destinasi Pantai Mingar bisa dilakukan. Ada beberapa alternatif kendaraan yang bisa digunakan, bisa dengan kendaraan sewaan, atau angkutan umum, atau juga menggunakan sepeda motor. Perjalanan sejauh 36 km itu ditempuh selama sekira 2,5-3 jam, jika menggunakan mobil, atau 1,5 jam dengan sepeda motor. Maklum saja, infrastruktur di wilayah ini masih sangat terbelakang. Tidak semua jalan tersentuh aspal, sehingga boleh dibilang Anda akan ‘berdisko’ sepanjang perjalanan ini.
Perbukitan Savana
Dalam perjalanan menuju Pantai Pasir Putih Mingar ini pun Anda akan disuguhi pemandangan yang sangat memukau, baik di sisi kiri maupun kanan jalan. Siapkan kamera Anda untuk mendokumentasikan perjalanan menantang penuh akan cerita ini. Baru sekitar 10 km meninggalkan Kota Lewoleba, Anda akan tiba di Pantai Rekreasi Pasir Putih Waijarang. Pantai yang terletak di Desa Waijarang ini tak kalah indah menyuguhkan panorama alami berlatar Gunung Boleng di Pulau Adonara. Obyek wisata pantai yang tak jauh dari Kota Lewoleba ini pun mendapat perhatian penuh pemerintah untuk mengembangkannya menjadi taman rekreasi pantai. Sayang, minimnya dana masih menjadi hambatan pengembangannya. Sebagaimana diutarakan oleh Wakil Bupati Lembata, Viktor Mado Watun minimnya anggaran pemerintah daerah menjadi hambatan terbesar saat ini. Karena itu, dia berharap adanya campur tangan pihak ketiga, dalam hal ini investor untuk turut berpartisipasi.
elanjutnya, eksotisnya savana dapat Anda saksikan di sisi kiri jalan yang membentang luas di seantero perbukitan cadas. Ayunan ilalang kecokelatan itu seakan menarikan tarian selamat datang sembari mengiringi perjalanan panjang Anda. Boleh lah mendokumentasikan panorama yang satu ini. Padang savana tersebut pun akan terus menemani perjalanan Anda hingga menggapai puncak di Bukit Cinta, atau yang lama disebut Wolor Pass. Tepat di puncak bukit terdapat sebuah pelataran kokoh bertuliskan “love” yang sungguh menyajikan pemandangan yang sangat indah, apalagi bersama pasangan Anda. Sunset Point Wolor Pass menjadi tempat terindah menyaksikan panorama mentari terbenam menemani keagungan Gunung Ile Boleng di Adonara.
Dan tak jauh dari Bukit Cinta, atau sekira 3 km, terdapat pula Bukit Doa Watomiten yang merupakan salah satu tempat wisata rohani di Lembata. Namun tidak seperti Bukit Wolor Pass, untuk ,mencapai puncak Bukti Doa Anda harus berjalan kaki sekitar 1 km, menaiki anak-anak tangga yang melewati 14 perhentian (stasi) – yang melambangkan kisah sengsara Yesus. Dari atas puncak bukit yang dibaluti hamparan savana ini pun Anda dapat menikmati terbenamnya matahari di lataran Gunung Boleng.
Pantai Pasir Putih Mingar
Menempuh perjalanan panjang, destinasi utama, Pantai Mingar di Desa Pasir Putih, Kecamatan Nagawutung pun menyambut Anda. Aroma pantai dengan gulungan ombak khas pesisir selatan menjadi penanda sahabat traveler telah tiba desa yang juga terkenal dengan tradisi penangkapan Nale (Nyale) – koloni ikan yang mirip dengan cacing.
Hamparan pasir putih yang panjangnya tak kurang dari 3 km itu menyajikan pemandangan yang sangat memukau. Biru muda laut Mingar memiliki tinggi gelombangnya mencapai 3 meter sehingga sangatlah cocok untuk traveler yang ingin berselancar. Selain menawarkan ombak yang menantang, di sini juga menjadi tempat yang sangat cocok untuk snorkeling, diving, dan berjemur. Dan bagi pecinta fotografi, tentu Anda tak boleh melewatkan momen berharga dengan berburu obyek-obyek terbaik.
Di depan hamparan pantai terdapat sebuah ‘gundukan’ tanah bebatuan tak begitu besar yang oleh masyarakat setempat dinamakan dengan Pulau Swanggi. Panorama alam bawah laut nan indah dengan berjuta biotanya ada di sekitar pulau itu. Sementara di sisi kanan terdapat Tanjung Naga yang juga tak kalah dengan sajian gua alam berpenghuni ratusan burung walet dan kelelawar liar di dalamnya.
Pemerintah Daerah pun telah menetapkan kawasan Pantai Pasir Putih Mingar menjadi prioritas dikembangkan sebagai obyek pariwisata. Bahkan pada 2013 lalu, Pantai Pasir Putih Mingar ini menjadi tempat penyelenggaraan Rally Wisata Bahari. Selain Pantai Pasir Putih Mingar, kata Viktor Mado, Lamalera, Puncak Gunung Ileape, Kampung Adat Jontona, dan Pantai Pasir Putih Bean dan Lewolein juga masuk dalam klaster 1 pengembangan pariwisata Lembata.
Warga Mingar pun menyambut baik jika kelak kampung mereka kebanjiran wisatawan. Seperti dikatakan Ama Beda, pemuda setempat. Pantai Pasir Putih Mingar tak kalah jika dibandingkan dengan obyek wisata pantai lain. Bahkan baginya, pesona Pantai Pasir Putih Mingar lebih menarik dibandingkan dengan Pantai Kuta di Bali. Untuk itu dia berharap, pemerintah daerah kabupaten, maupun provinsi haru lebih serius menangani obyek wisata tersebut, agar wisatawan dapat dengan mudah menjangkaunya.
Nale, Sang Raja
Bagi Anda yang datang disaat yang bertepatan dengan upacara Nale, maka Anda akan menjadi saksi tradisi adat yang unik ini. Oleh masyarakat setempat ikan sehalus benang itu disebut dengan Nale (Nyale) atau cacing laut. Nale hanya boleh diambil pada purnama ketujuh atau pada musim Weten Kewaru Olot. Pada siklus tertentu – biasanya pada bulan Februari hingga April, ikan-ikan halus berwarna hijau tua itu bermigrasi dan terdampar di sepanjang pantai Pasir Putih Mingar.
Konon, Nale disebutkan tetua adat sebagai jelmaan dari Wujud Tertinggi, atau sebagai Ikan Raja. Kehadiran koloni ikan ini dipercaya membawa tanda baik, bahwa Yang Maha Kuasa berkenan memberi kesejahteraan bagi semua orang yang mengalami kesulitan hidup, juga memberkati hasil ladang orang Mingar. Oleh karena itu, masyarakat pun tidak sembarangan mengambilnya karena harus melewati tata cara adat dan sejumlah pantangan. Ikan ini hanya boleh diambil pada purnama ketujuh atau pada musim Weten Kewaru Olot.
Nah, mungkin Anda ingin merasakan nikmatnya hidangan laut “sea food” bercita rasa magis dari Mingar ini? [pio] .