Beranda Property Trend MENANTI ERA TEKNOLOGI SMARTHOME

MENANTI ERA TEKNOLOGI SMARTHOME

0

Allied Market Research memperkirakan, pasar untuk bangunan rumah atau gedung dengan konsep rumah pintar (smarthome) di tahun 2020 akan tumbuh hingga mencapai USD 35,5 miliar. Pertumbuhan itu merupakan representasi tiap tahunnya dengan kenaikan hingga 29,5%. Pada periode yang sama, wilayah Asia Pasifik diperkirakan akan mengalami pertumbuhan tertinggi yakni 37,7%.

Teknologi rumah pintar terdiri dari beberapa perangkat multifungsi yang terkoneksi dengan internet pemilik rumah. Rumah pintar sudah diterapkan secara global. Lalu seperti apakah konsep rumah pintar? Pemilik rumah bisa mengontrol rumah dari jarak jauh. Rumah bisa dikontrol lewat smartphone maupun gadget. Konsep rumah pintar alias smarthome ini semakin ramai jadi bahasan di mancanegara.

Smarthome terus mendapat perhatian khusus. Sejumlah perusahaan besar mulai mengembangkan produk untuk Smarthome. Contohnya Google yang tahun ini merogoh kocek sebesar USD 3,2 miliar untuk membeli Nest Labs demi mengembangkan proyek rumah pintar.

Apple juga tengah mengembangkan platform pengelolaan berbagai peralatan di rumah, seperti lampu, kunci, dan lain sebagainya. Begitu pula perusahaan seperti Insteon, yang meluncurkan produk yang mengintegrasikan sensor dan teknologi remote control.

Tak bisa dipungkiri, faktor keamanan adalah faktor yang paling penting bagi mayoritas konsumen. Selain sistem keamanan, smarthome juga memberikan kenyamanan rumah berbasis teknologi. Segalanya serba praktis dan mudah. Ingin menghidupkan AC sepulang kerja? Atau meredupkan lampu tanpa bangun dari sofa ruang keluarga? Anda bisa melakukannya dengan hanya menekan tombol pada smartphone.

Di Indonesia, konsep smarthome masih terhitung baru karena masih banyak miskonsepsi yang beredar tentang definisi konsep smarthome. Bagi sebagian besar orang, konsep smarthome dinilai masih terlalu mahal untuk diwujudkan.

Saat ini, target smarthome kebanyakan ditujukan untuk level komersial seperti bangunan tinggi dan perkantoran. Namun dalam waktu singkat, teknologi ini diperkirakan segera diterapkan oleh para end-user mengingat Indonesia adalah negara yang cepat mengadaptasi teknologi.

Rumah pintar menggunakan teknologi smartsystem, khususnya meminimalisasi penggunaan listrik. Dengan gadget yang dimiliki, pemilik rumah bisa mengatur pengelolaan lampu atau mengecek penggunaan listrik dari jarak jauh.

Tidak hanya dari sisi perangkat teknologi, rumah pintar juga akan mendorong para produsen material bangunan untuk menciptakan produk-produk dengan teknologi nano, tahan kotor, sekaligus mampu menyesuaikan dengan suhu tubuh secara otomatis. Sebab, bangunan yang sesuai dengan visi 10-20 tahun ke depan adalah model hunian yang hemat energi yang menggunakan material yang ramah lingkungan, sehat, nyaman, tidak banyak menggunakan bahan kimia serta mampu meningkatkan produktivitas penghuninya. Jadi, tidak semata-mata orang berpikir memiliki rumah yang bagus secara desain dan kuat secara struktur.

Bagaimanapun juga harus diakui bahwa sistem rumah pintar ini masih mahal. Namun, konsumen mulai berpikir untuk berinvestasi dengan hunian seperti ini. Tahun ini saja, diperkirakan pendapatan dari pasar rumah pintar melebihi angka 48 miliar Dolar AS. Pada 2019 diprediksi pemasukan dari sektor ini akan naik hingga 115 miliar dolar AS. Pada akhir dekade ini, diperkirakan hampir 12 persen dari rumah tangga di seluruh dunia akan memiliki setidaknya satu tipe dari teknologi pintar di rumahnya.

Tony Fadell, CEO Nest, perusahaan yang memproduksi produk rumah terintegrasi yang telah dibeli Google pada awal tahun memprediksikan bahwa dalam satu dekade ke depan, semua peralatan listrik di rumah akan memakai konsep Internet of Things (IoT). Konsumen di wilayah Asia Pasifik, termasuk Indonesia, disebutkan sangat antusias menyambut teknologi terhubung ini. Icontrol Network, perusahaan yang bergerak di teknologi rumah pintar, pun telah melebarkan sayap bisnisnya di Asia.

Bekerja sama dengan provider dari Jepang, mereka menawarkan sistem rumah pintar yang bisa dipasang sendiri oleh konsumen. Konsep ini pada dasarnya terbagi dua yaitu untuk otomatisasi dan pengoperasian perangkat dari jarak jauh, misalnya menyalakan lampu, televisi, memanaskan air dan sebagainya, serta untuk keamanan. Misalnya penggunaan password atau kode-kode khusus untuk membuka pintu.

Di Indonesia, konsep rumah pintar sejak beberapa tahun silam mulai ditawarkan oleh beberapa pengembang. Hal ini dilakukan untuk menarik minat pasar yang terus menginginkan inovasi pada huniannya. Namun, bisakah rumah yang sudah ada saat ini diubah menjadi smarthome? Jawabannya, tentu bisa. Rumah anda menjadi tempat tinggal yang praktis, aman, dan nyaman. Penggunaan sumber daya dan infrastrukturnya juga lebih efisien serta dapat mengontrol rumah dari jarak jauh.

Website | + posts
Artikulli paraprakIni Dua Klaster Anyar Citra Maja Raya, Harga Mulai Rp 149 Juta
Artikulli tjetërJika Harga Tidak Naik 26%, Pengembang Ini Siap Kembalikan Uang Konsumen

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini