Perlambatan ekonomi global yang terjadi hingga akhir 2015 ditambah adanya aturan dari Bank Indonesia (BI) terkait syarat kredit menjadi salah satu kendala terbesar pertumbuhan properti PT Summarecon Agung Tbk.
“Sepanjang tahun 2015, Summarecon mengamati bahwa calon pembeli properti di Indonesia masih menghadapi masalah keterjagkauan karena pembatasan dari BI untuk pemenuhan syarat kredit yang dikeluarkan pada Oktober 2013,” ujar Direktur Utama Summarecon Andrianto P Adhi kepada media usai menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahuan (RUPST) di Klub Kelapa Gading, Kamis, (23/6/2016).
Secara umum, perseroan mengalami penurunan kinerja pada 2015, diantaranya pendapatan yang turun 2% dibanding tahun lalu menjadi sebesar Rp 5,62 triliun dan laba kotor turun 5% menjadi Rp 2,91 triliun. Sementara laba bersih yang didistribusikan ke pemilik entitas induk sebesar Rp 0,86 triliun atau mengalami penurunan 38% dibandingkan tahun lalu.
Lebih jauh menyinggung soal aturan BI, menurut Adrianto, adanya aturan terkait KPR (Kredit Pemilikan Rumah) hanya untuk rumah pertama juga ternyata sangat memberatkan konsumen. Dengan adanya pembatasan tersebut, konsumen sangat sulit mendapatan rumah kedua. “Padahal di Indonesia masih banyak masyarakat kelas menengah. Jadi mereka kesulitan mendapatkan rumah kedua jika menggunakan skema KPR ini,” tandasnya.
Tulang Punggung
Unit bisnis pengembangan properti mencatat pendapatan Rp 3,98 triliun, turun 5% atau Rp 0,23 triliun dari pendapatan tahun 2014 sebesar Rp 4,21 triliun. Unit bisnis ini memberikan kontribusi sebesar 71% terhadap total pendapatan perseroan di tahun 2015.
Pendapatan dari unit bisnis pengembangan properti tersebut berupa pendapatan atas rumah sebesar Rp 1,35 triliun; ruko Rp 0,95 triliun; tanah kavling Rp 0,04 triliun; dan apartemen Rp 1,63 triliun.
Sementara berdasarkan lokasi, pendapatan tersebut berasal dari Summarecon Bekasi sebesar Rp 1,78 triliun; Summarecon Bekasi Rp 1,59 triliun; dan Summarecon Kelapa Gading Rp 0,60 triliun.
Sepanjang tahun 2015, perseroan berhasil mencatat pra-penjualan marketing sebesar Rp 4,3 triliun atau mencapai 95% dari target. Hasil tersebut diperoleh dari proyek-proyek di Serpong sebesar Rp 63%, Bandung 17%, Bekasi 14%, dan Kelapa Gading 6%.
Sedangkan unit bisnis properti investasi, rekreasi, dan perhotelan yang memberikan pendapatan berkelanjutan bagi perseroan mencatat pendapatan sebesar Rp 1,64 triliun, meningkat 11% dibandingkan tahun 2014. Peningkatan pendapatan terutama berasal dari pusat perbelanjaan di Kelapa Gading, Gading Serpong, dan Summareson Bekasi. Ketiga pusat perbelanjaan ini mendatangkan total sekitar 87% juta pengunjung di sepanjang tahun 2015.
“Jadi proyek Serpong ini tetap menjadi tulang punggung pengembangan usaha kami. Sementara Summarecon Bekasi adalah ikon di timur Jakarta yang telah menjadi destinasi rekreasi dan tujuan belanja masyarakat Bekasi dan sekitar Jakarta Timur,” tegas Adrianto.
[Baca: Gaet Pelanggan, Summarecon Mal Bekasi Gelar “Funtastic January”]
Proyek Summarecon Bandung, lanjut Adrianto akan dikembangkan menjadi kota dan pusat bisnis, serta pusat kreatifitas di Bandung dan Jawa Barat.
Strategi
Melihat kondisi yang ada, Summarcon, sebut Adrianto telah melakukan beberapa langkah untuk terus menarik minat pembeli. Diantaranya adalah melalui perpanjangan program pembayaran hingga menyediakan rumah-rumah di bawah Rp 2 miliar.
“Salah satunya perpanjangan program pembayaran tunai bertahap dari sebelumnya 24 bulan menjadi 60 bulan. Dan sudah terbukti, produk pertama dari proyek Summarecon Karawang langsung habis terjual hanya dalam waktu 3 jam,” katanya.
[Baca: KARAWANG SIAP BERGOYANG]
Melihat kondisi yang ada, sambung Adrianto, Summarecon menargetkan pra-penjualan marketing pada 2016 sebesar Rp 4,5 triliun atau naik 3% dibandingkan tahun 2015. “Sampai pertengahan Juni 2016 ini sudah sekitar Rp 1,4 triliun dari target tersebut,” tegas Adrianto.
Penjualan tersebut berasal dari kontribusi properti di Summarecon Serpong sebesar 54%, Summarecon Bekasi 9%, Summarecon Kelapa Gading 5%, Summarecon Bandung 16% dan Summarecon Karawang 16%. [pio]