Minggu, April 27, 2025

Top 5 This Week

Related Posts

KASIH IDE-IDE AGAK GILA KE SAYA

figure-edisi-37Apa arti 27 tahun mengabdi di Bank BTN untuk seorang Suryanti Agustinar. Inilah bagian dari episode hidupnya yang terentang sejak lahir pada hari Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1965. Ia tidak bicara soal gaji, tetapi merasakan atmosfir lingkungan kerja yang menyenangkan dan rasa kekeluargaan yang tinggi, merasa dihargai dengan tantangan kerja yang selalu muncul untuk memajukan BTN. Ibu satu putri ini bercerita banyak soal bisnis BTN yang penuh tantangan di 2017 namun BTN tetap bisa berkinerja sangat baik. Beliau juga tetap memiliki keyakinan bahwa BTN tetap on the track sesuai target di tahun politik 2018.

Bertepatan dengan Bulan April yang selalu diperingati sebagai Hari Kartini, wanita jebolan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, menilai sudah cukup banyak bankir wanita yang menduduki posisi strategis di dunia perbankan. Tinggal porsinya ditambah. Menurutnya, dukungan suami mutlak bagi wanita yang ingin berkarir di dunia kerja, tanpa harus kehilangan jati dirinya sebagai seorang ibu di rumah. Lantas, apa katanya soal dirinya yang selalu menjadi tempat curhat anak buahnya, mulai dari putus pacar sampai isterinya yang sedang mengidam. Berikut petikan wawancaranya dengan Property and the City di ruang kerjanya Menara BTN.

Apakah tahun 2017 pencapaian kredit KPR BTN sesuai target?

Alhamdulillah, perkembangan BTN di 2017 bisa dibilang sangat bagus. Pertumbuhan aset, dana dan pertumbuhan kredit BTN di atas rata-rata perbankan nasional. Pertumbuhan kredit bank lain single digit, di BTN tumbuh 27 persen. Pertumbuhan kredit BTN memang masih didominasi kredit KPR, khususnya KPR subsidi. Pertumbuhan KPR subsidi sekitar 31 persen di 2017. Untuk yang non subsidi berkisar 21 persen. Masih perlu momen yang bisa membangkitkan kembali properti non subsidi.

Tahun 2018 kita optimis akan lebih baik dari 2017 karena semua target kita tumbuh mulai dari target dana, kredit KPR subsidi dan non subsidi. Kredit KPR rumah subsidi tahun 2017 dari target 170 ribu telah tercapai hampir 200 ribu unit rumah, dengan unit tercapai pasti realisasi kredit tercapai. BTN memiliki keinginan untuk dapat menyerap semua potensi perumahan yang ada dipasar karena backlog perumahan masih sangat tinggi. Masalahnya supply perumahan juga harus diperhatikan. Ada banyak kendala kenapa supply perumahan khususnya rumah subsidi tidak seperti yang kita harapkan.

Selama ini BTN menjadi andalan pemerintah untuk KPR subsidi. Apakah ini sudah optimal pencapaiannya?

Untuk tahun 2017, hampir 200 ribu unit yang sudah disalurkan BTN. Artinya, 94 persen masih dari BTN sebagai penyaluran KPR subsidi. Pemerintah ingin agar unit yang terserap lebih banyak lagi oleh BTN dan bisa dapat mengajak bank-bank yang lain. Hanya saja bank lain mungkin perlu waktu. Kenapa pemerintah ingin mengajak semua bank, supaya daya serap rumah subsidi lebih besar lagi. Padahal kendalanya tidak hanya daya serap, tetapi supply di lapangan, developer bisa tidak menyiapkan sampai 1 juta unit dalam satu tahun. Ini masalahnya, jadi tidak hanya dari segi demand, supply juga harus kita perhatikan. BTN sendiri tahun 2018 ini inginnya yang tersalurkan bisa sampai 270 ribu unit, naik dibandingkan 2017.

Tahun 2018 banyak yang menyebut tahun politik yang bisa memengaruhi bisnis. Apakah BTN masih optmis dengan pencapaian kredit KPR?

Ini juga jadi pertimbangan. Untuk segmen atas yang membeli rumah kedua atau ketiga untuk investasi pasti wait and see melihat kondisi ini. Ada anggapan sekarang rajanya adalah yang memegang duit. Sementara yang punya duit bukannya tidak mampu atau tidak mau beli, tetapi mereka menunggu dulu melihat situasi. Kalau ada apa-apa lebih baik pegang uang cash dulu. Tetapi ada pasar yang tetap butuh rumah. Apakah ada pemilu atau pilkada, mereka tetap butuh rumah. Mereka inilah yang kita sasar. Fokus BTN segmen menengah bawah yang di bawah Rp1 miliar yaitu mereka yang memang butuh rumah tinggal pertama. Artinya, kebutuhan rumah di 2018 tetap akan bagus.

Apalagi para milenial yang baru menikah, gajinya sudah lumayan besar bila digabung dengan pasangannya. Mereka membutuhkan hunian dan dapat membeli apartemen atau rumah di harga Rp700 jutaan. Berdasarkan data, orang yang membeli rumah lewat proses KPR masih menjadi alternatif pembiayaan yang masih sangat diminati. Jadi, KPR merupakan salah satu yang dibutuhkan konsumen untuk dapat membeli rumah idaman saat ini.

Sekarang banyak pengembang ikut-ikutan menawarkan DP nol persen. Bagaimana Anda melihat fenomena DP nol persen?
Isu DP nol persen mencuat saat Pilkada DKI Jakarta. Sementara bank tidak dapat melanggar ketentuan dari BI yaitu LTV (loan to value-red). Bagi Bank, ada ketentuan dari BI seperti harus ada uang muka. Bank tidak dapat membiayai seratus persen. Sebetulnya ini merupakan cara atau gaya marketing pihak developer untuk dapat menarik konsumen. Mungkin ada subsidi dari pihak pengembang. Misalnya DP nol persen, Pengembang yang memberikan subsidi uang muka, jadi yang membayar adalah pengembang, misalnya, dalam bentuk diskon atau cash back. Ini bentuk-bentuk inovasi dan menjadi fenomena dari pengembang agar propertinya laku. Apalagi persaingan antar pengembang juga ketat sehingga pengembang harus kreatif. Salah satu daya tariknya adalah menawarkan DP nol persen.

Ada fenomena pengembang menawarkan cicilan tidak perlu lewat bank. Apakah ini menjadi ancaman bagi bank?

Awal dari model pembiayaan seperti ini, yaitu pengembang membuka cash bertahap. Ini sebagai inovasi pengembang setelah BI melarang pembelian rumah kedua dan ketiga dengan cara inden. Ternyata banyak pembeli apartemen atau landed house adalah sebagai pembelian kedua atau ketiga. Artinya, tidak boleh inden, harus ready stock. Sementara ready stock pembangunannya bisa dua tahun atau lebih. Akhirnya, keluarlah cash bertahap lewat pengembang. Sebetulnya ini juga bentuk inovasi pengembang. Ternyata belakangan model seperti ini bertambah banyak.

Bagi bank yang seharusnya potensial menjadi konsumen KPR atau KPA malah ke pihak developer. Sebetulnya bisa disebut sebagai ancaman karena mengurangi porsi bank. Inginnya developer fokus mengurus pembangunan properti dan penjualan saja, untuk pembiayaannya diserahkan saja ke bank. Kita bahkan sampai mengadakan Focus Discussion Group (FGC) dengan BI mengenai hal ini dan kaitannya dengan perlindungan konsumen. Akhirnya ada relaksasi dari BI untuk pembelian landed house atau apartemen kedua boleh inden. Ini bukan protes dari pihak bank tetapi sebagai bentuk masukan dari perbankan agar pertumbuhan kredit perbankan khususnya KPR/KPA dapat tumbuh dan kepentingan konsumen juga dapat terlindungi.

Kalau semua proses melalui developer maka kontrolnya tidak ada. Belum lagi pihak developer mungkin mengenakan bunga juga. Bunganya biasanya lebih mahal dari bank. Developer sebenarnya banyak yang kurang memahami dalam hal pengelolaan tagihan. Kalau langsung ke developer sebetulnya konsumen harus lebih selektif, karena ada banyak kasus konsumen sudah mencicil ke developer, tapi developer-nya menghilang. Kalau dengan bank dapat dimitigasi karena developer-nya pasti sudah diseleksi dengan ketat. Sebetulnya banyak manfaat kalau melalui bank dibandingkan langsung lewat developer, seperti dari kontrol penyelesaian bangunan dan dokumen, serta jangka waktu dengan bank bisa sampai dengan 25 tahun. Pastinya kalau bank sudah kerjasama dengan developer, kita evaluasi developer tersebut terutama untuk performance dan legalitasnya. Tidak mungkin kita kerjasama dengan developer yang legalitasnya tidak ada dan tidak memiliki pengalaman dalam bidang properti.

Saat ini BTN bekerjasama dengan developer untuk membuat sosialisasi dan penawaran kepada konsumen yang cash bertahap agar bersedia pindah ke bank dengan fasilitas KPR/KPA. BTN memiliki produk yang namanya KPR Simple, yaitu kita mengambil alih cicilan ke developer menjadi ke BTN dengan syarat yang mudah. Kita tidak minta data-data keuangan konsumen, yang penting sudah setahun pembayaran cicilan lancar dengan developer, kita ajak pindah ke BTN. Biasanya ke developer mencicil antara tiga sampai lima tahun. Kalau kita tawarkan KPA bisa sampai 15 tahun atau KPR bisa sampai 25 tahun. Pasti angsuran lebih ringan. Mereka yang sudah mencicil ke developer satu tahun dipindahkan ke BTN pastinya angsuran lebih murah dan ringan. Kita tidak melakukan analisa kredit yang panjang lagi. Sepanjang data iDebt bagus, bisa langsung mendapatkan fasilitas KPR/KPA.

Apakah sudah banyak yang pindah ke BTN?

Sudah banyak. Ini sebetulnya membantu developer agar perputaran cashflow-nya lebih cepat. Kedua, membantu konsumen membuat cicilannya jadi lebih ringan. Konsumen bisa membeli properti lainnya karena jangka waktu kreditnya panjang sehingga kapasitas mengangsurnya menjadi lebih tinggi.

Betulkah konsumen mencicil lewat pengembang, salah satunya karena khawatir tidak lolos BI checking kalau lewat bank?
Kalau di perbankan wajib melihat karakter konsumen, salah satunya dengan melihat iDebt calon konsumen dengan pasangannya. Biasanya mereka bermasalah di kartu kredit, misalnya, annual fee tidak terbayar sehingga menyebabkan kredit bermasalah. Rata-rata yang sering macet adalah kartu kredit atau kredit konsumtif lainnya. Biasanya bank memberikan kebijakan kepada calon debitur untuk melunasi terlebih dahulu kewajiban atas kredit bermasalah tersebut. Jadi, bukan berarti kesempatan mengajukan KPR tertutup.

Kita minta lancarkan terlebih dahulu urusan di bank tersebut. Kalau tidak lancar, kita tidak boleh memberikan kredit kepada konsumen yang bermasalah. Akhirnya ada konsumen yang lari ke developer karena ada masalah kewajibannya di bank yang bisa tidak lolos iDebt. Jadi, bagi konsumen kadang memilih cash bertahap melalui developer dirasa lebih mudah, karena tidak perlu melewati pengecekan iDebt.

Menurut BI bank-bank pelit menurunkan suku bunga, apa penyebabnya?

Hahaha….. Arahan dari pemerintah supaya suku bunga kredit single digit. Sebetulnya bank sudah single digit, BTN saja sudah ada yang 8 persen. Kalaupun bunga dana turun memang tidak otomatis langsung turun. Sumber dana perbankan banyak, misalnya, dari deposito perbankan. Bunga deposito tidak bisa langsung turun karena harus tunggu jatuh tempo dulu. Deposito ada yang penempatan tiga bulan, empat bulan, enam bulan, bahkan dua belas bulan. Jadi, ada gap waktu, tidak bisa langsung turun. Sehingga secara total cost of fund memang tidak otomatis dapat turun.

BI pasti tahu alasan kenapa suku bunga bank tidak secara otomatis turun sesuai suku bunga acuan BI. Ini pekerjaan rumah buat perbankan bisa menurunkan suku bunga. Kita harus pintar-pintar mencari dana murah. Sekarang bank bersaing bukan hanya mencari dana saja, tetapi dana murah. Dana murah itu adalah dana masyarakat dalam bentuk tabungan atau giro. Jadi, bank bukan hanya menjual kredit murah tetapi juga mencari dana murah. Kalau mencari dana mahal gampang, yang susah mencari dana murah. Kalau deposito relatif masih mahal.

Program low cost adalah program BTN di 2018. Tabungan dan giro harus lebih bagus. Untuk giro kita “serang” developer karena developer adalah mitra kita. Kita ingin semua transaksi developer dan mitra lainnya harus melalui BTN, termasuk debitur KPR BTN, misalkan untuk bayar listrik, PAM, beli tiket. Untuk itu, transaksi di BTN harus bisa digital semua. Di 2018, kita terus meningkatkan layanan digitalisasi untuk dapat meningkatkan dana murah.
Hasilnya bagaimana?
Bertahap terus mengalami peningkatan karena mencari dana murah tidak semudah membalikkan tangan, terus terang BCA memiliki kemampuan mencari dana murah karena salah satunya adalah keunggulannya di bidang IT. Kita juga ingin digitalisasi semua. Sehingga tanpa diminta pun orang akan menaruh dana di BTN. Ini yang sedang kita create ke sana. Kita bertahap tidak bisa langsung mengalahkan BCA. Intinya semua bank sama bergerak mencari dana murah. Jadi, persaingan di dalam mencari dana murah juga tidak gampang. Kami mencoba meng-create minimal debitur BTN sendiri yang jumlahnya 6 juta debitur. Minimal yang 6 juta ini melakukan transaksi di BTN, mulai dari bayar telepon, listrik, beli tiket, SPP sekolah, perguruan tinggi. Ini yang kita manfaatkan dan terus tingkatkan.

Sejak kapan Anda di Bank BTN?

Saya lulusan IPB jurusan ilmu tanah. Setelah lulus sempat kerja di satu bank swasta nasional. Kemudian bergabung ke BTN pada tahun 1991. Jadi sudah 27 tahun di BTN sampai sekarang.

Apa yang membuat Anda mampu bertahan 27 tahun di BTN?

Lingkungan kerja pastinya karena mungkin bank BUMN jadi lingkungan kerja sangat kondusif. Tantangannya juga besar. Selain itu, selama di BTN sudah mengalami kerja di berbagai tempat yang berbeda-beda, seperti di kredit, treasury dan Kantor Cabang. Jadi, senang karena tantangannya berbeda-beda. Sempat ditempatkan di berbagai cabang mulai dari cabang kecil sampai yang besar sudah pernah pegang. Ini memberikan tantangan dan jurus yang berbeda-beda. Jadi, tetap menarik buat saya selama 27 tahun di BTN. Kecuali selama 27 tahun bekerja di tempat yang sama, saya bisa bête.

SURYANTI AGUSTINAR, SENIOR VICE PRESIDENT NON SUBSIDIZED MORTGAGE AND CONSUMER LENDING DIVISION BANK BTN

Bank lain tidak ada yang mengajak Anda bergabung ?

Kalau mau jujur ada tetapi rasa kekeluargaan di BTN cukup tinggi sehingga cinta ke BTN sudah menjadi “Cinta Mati”. Kerja itu masalah hati. Kita dihargai atau tidak. Kalau di sini dihargai, kenapa mesti ke bank lain. Dari segi penghasilan bisa saja sama dengan bank lain, tetapi soal lingkungan belum tentu sama. Kebetulan saya pernah kerja juga di bank lain sebelum di BTN. Saya merasa suasana kekeluargaan dan persaingan di sini beda. Tidak tahu kalau nanti setelah pensiun karena dua tahun lagi saya memasuki MPP (masa persiapan pensiun-red). Setelah pensiun bisa kita pertimbangkan, hahaha… .
Anak zaman milenial katanya cenderung pindah-pindah tempat kerja. Bagaimana Anda meyakinkan anak buah agar betah di BTN?
Tidak bisa dipungkiri kalau anak zaman milenial sudah banyak masuk ke BTN. Anak buah saya sekarang mana yang tua, tidak ada lagi. Saya selalu melibatkan mereka sehingga mereka juga merasa dihargai. Apalagi anak-anak zaman milenial pintar-pintar. Kasih kesempatan kepada mereka untuk berinovasi. Mereka saya pancing kalau target sekencang ini apa strateginya. Kasih masukan kepada saya, bagaimana mencapai target dan apa inovasinya. Saya kasih tantangan kepada mereka, dan dari anak-anak muda ini bisa muncul ide-ide yang agak gila, tetapi tetap saya akomodasi ide mereka ini.

Ternyata kalau mereka dilibatkan dan “diorangkan” mereka senang. Mereka merasa anak baru tetapi bu Yanti sudah melibatkan dan dimintai pendapatnya. Kalau tidak seperti ini, mereka merasa tidak nyaman dan akan keluar. Kemudian sistem karir harus jelas. Kalau tidak, mereka sudah bête. Sistem program karir di BTN diperbaiki terus. Sistem penggajian juga sudah melihat pasar karena mau tidak mau larinya ke uang juga. Apalagi anak milenial, posting fotonya ada dimana, makan di restoran mana difoto kemudian di upload. Kita tidak bisa hindari, memang di situlah dunia anak zaman milenial.

Saya juga meyakinkan mereka bahwa pertumbuhan BTN bagus sehingga tidak salah memilih kerja di BTN. Setiap hari Senin saat budaya kerja saya selalu katakan kepada anak-anak yang baru, kamu tidak salah memilih BTN yang kinerjanya bagus. Potensi ke depan, dengan backlog yang 11 juta, masih besar pangsa pasarnya yang bisa kita garap. Tetapi kalau cuma ngomong saja, karir tidak jelas, sistem penggajian yang tidak jelas juga. Nanti dibilang cuma omong doang alias omdo. Mereka akhirnya hengkang juga.

Ada jeleknya juga anak zaman milenial yaitu kurang hormat sama senior. Kalau zaman saya dulu ketemu yang senior mengucapkan salam, misalnya, selamat pagi. Anak-anak sekarang sudah nggak lagi. Akhirnya kita yang menyapa dulu, “selamat siang” baru mereka membalas. Itulah anak sekarang, tetapi kalau kita diamkan juga, sopan-santunya malah makin kurang. Maka kita ajak dan libatkan mereka. Agar kita yang senior menjadi panutan mereka.

Bagaimana supaya mereka tertantang ?

Saya minta mereka untuk berpikir dan kerja cerdas agar mereka terus berinovasi. Saya membuat sistem yang kondusif sehingga semua dapat berinovasi, selalu menanyakan strategi terbaik yang dapat digunakan, kemudian saya minta untuk koordinasi dengan Kantor Cabang dan juga mitra kerja sehingga mendapatkan masukan untuk perbaikan saya. Kalau ada kantor cabang yang pertumbuhannya tidak bagus, saya minta lihat kenapa tidak tumbuh, ada kendala apa. Kasih masukan dan apa strateginya untuk mengejar target tersebut. Mereka senang mendatangi kantor cabang, terjun ke lapangan, melihat data potensi di satu daerah tempat cabang BTN. Ini menantang buat mereka dan kita butuh mereka karena pintar-pintar.
Apakah perlu keahlian untuk memenej anak-anak milenial?

Tetap leadership dan jam terbang, hahaha… 27 tahun gitu, loh ! Kalau perusahaan tidak bisa mengelola mereka dengan baik, pasti mereka akan hengkang. Apalagi kalau penawaran di luar lebih bagus. Siapa sih yang tidak tertarik dengan penawaran bagus. Kita beri mereka kesempatan sekolah S-2 misalnya setelah tiga tahun di BTN. Tentu secara kinerja bagus, dapat rekomendasi dari atasannya, dan syarat lainnya serta tentunya jenjang karier dan lingkungan kerja yang kondusif untuk bisa berinovasi yang dibutuhkan oleh mereka.

Setiap April kita memperingati Hari Kartini. Menurut Anda apakah perempuan sudah mendapatkan posisi yang strategis di bank-bank?

Kebetulan saya ketua Mortgage Bankers di Perbanas, wakil ketua juga perempuan dari BCA. Berarti dipercaya dong. Apalagi di BTN yang core business-nya perumahan, kalau ditaruh perempuan di divisi mortgage berarti diapresiasi oleh manejemen. Di beberapa bank lain ternyata juga dipercayakan kepada perempuan. Di posisi dewan direksi dan komisaris juga sudah ada perempuan. Jadi, tidak kalah juga dengan yang laki-laki.
Sekarang jumlah karyawan laki-laki dan perempuan di setiap bank sudah tidak jauh beda. Bahkan, untuk di bagian teller dan customer service lebih banyak diisi perempuan. Kita berharap porsi perempuan ditambah di berbagai posisi yang strategis di bank. Namun dari perempuan sendiri harus bisa menunjukkan bahwa kita mampu dan betul-betul professional. Jangan kita minta porsi ditambah tapi kemampuan tidak mensejajarkan dengan laki-laki.
Kalau mau jujur ada perempuan yang bekerja hanya ingin membantu suami. Tidak terlalu mengejar karir yang penting kerja saja. Ada yang berpikir seperti ini karena kalau mengejar karir pasti dituntut harus bekerja secara maksimal untuk perusahaan. Kalau laki-laki karena kepala keluarga pasti dituntut untuk berkarir. Ada juga perempuan yang memang ingin mengejar karir. Saya ingin wanita lebih banyak lagi di berbagai bidang. Dokter sudah banyak yang wanita. Hampir semua bidang sudah ada diisi wanita. Walaupun belum terlalu banyak. Di daerah-daerah masih banyak tugas wanita yang hanya melahirkan dan menjaga anak saja, tidak ada kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian. Kalau di kota-kota sudah tidak ada masalah, perempuan telah diberi kesempatan untuk maju.

Pimpinan perempuan biasanya lebih sensitif ketika melihat anak buahnya. Apakah Anda juga memperhatikan hal-hal di luar pekerjaan?

Sepertinya begitu. Perempuan jauh lebih peka. Kadang-kadang yang habis putus pacar nangis, saya tahu , hahaha… . Saya bilang, sudah cari lagi yang lebih cakep, begitu saja bingung. Hal-hal sepele ini saya perhatikan juga. Kalau saya beri tugas, kerjanya lambat. Saya tahu pasti ada sesuatu yang dipikirkan. Mungkin kalau pimpinannya laki-laki, beda. Kalau perempuan, keibuannya keluar. Anak-anak butuh tempat curhat juga. Saya kasih kesempatan untuk curhat, asal jangan di jam kerja. Anak-anak ini butuh sentuhan-sentuhan lain. Sentuhan ini yang harus kita berikan. Ada yang ulang tahun kita berikan sekadar kue, mereka sudah senang. Sebulan sekali kita karaoke. Kadang kalau kita ngomong kerjaan saja, mereka bete juga.

Ada saja yang datang curhat ke Anda?

Ada. Ini sebetulnya bentuk pembinaan juga. Jam terbang saya’kan lebih tinggi. Apalagi saya sudah lama berkeluarga dan anak saya juga sudah besar. Bisa melihat kegalauan mereka. Tidak hanya yang belum menikah, yang baru menikah juga ada yang curhat, saya kasih wejangan. Ada karyawan yang isterinya baru hamil mengeluh soal isterinya. Inilah salah satu keberuntungan punya pimpinan perempuan. Kalau pria mungkin kurang peka. Perempuan bisa dibilang perkasa, kerja keras bisa, sentuhan-sentuhan keibuan ada yang tidak dimiliki laki-laki.

Anda sendiri mendorong karyawan perempuan untuk lebih maju di BTN?

Ya, seperti itu. Kalau yang perempuan kerjanya tidak bagus saya lebih marah. Saya katakan diberi kesempatan di BTN harusnya berusaha untuk bisa lebih bagus. Apalagi yang belum menikah, saatnya menunjukkan kinerja yang performance karena belum ada gangguan. Ini bukan gender, tetapi saya ingin mereka maju karena pada dasarnya perempuan mampu dalam bekerja tidak kalah dengan yang laki-laki. Tentu dengan plus-minus.

Kalau Anda pensiun, apakah ingin penggantinya juga wanita?

Hahaha…. Kalau bicara gender inginnya perempuan lebih banyak lagi di posisi strategis. Tetapi kita lihat lagi BTN tantangannya makin besar. Jadi, pilih yang terbaik saja. Tetapi yang terbaik itu perempuan juga banyak, hahaha…. .

Sebagai seorang wanita karir bagaimana mengatur pekerjaan kantor dan keluarga di rumah?

Di bilang mudah juga tidak. Kebetulan anak saya satu, perempuan. Jadi lebih gampang mengelolanya. Kuliah di UI teknik sipil internasional. Saya nunggu punya anak agak lama, sampai delapan tahun. Dulu saya fokus kerja terus. Alhamdulillah diberi satu anak. Mungkin karena anak hanya satu jadi tidak repot-repot banget. Suami juga pengertian, kalau saya keluar sabtu-minggu, suami yang di rumah. Kalau suami ada tugas di hari libur, saya yang di rumah menemani si kecil. Dukungan suami mutlak untuk karir. Kalau suami tidak dukung, berat bagi wanita. Pulang malam dari kantor, bisa dimarahi kalau tidak didukung. Kalau suami kita kerja, bisa mengerti. Tetapi kalau tidak mengerti dunia kerja, agak repot kalau isterinya kerja sampai pulang malam.

Bagaimana Anda mendidik anak di rumah. Apakah masih model mengarahkan?

Tetap diarahkan, walaupun anak zaman sekarang. Tetapi intinya dia suka dengan pilihannya, misalnya, pilihan sekolah dan saya pilihkan sekolah yang terbaik. Dari anak masih kecil saya tidak pernah bilang kamu harus dapat ranking di sekolah. Saya tidak pernah tanya ranking berapa, yang penting asal jangan tidak naik kelas. Karena ke depannya saat masuk ke dunia kerja tidak dilihat ranking berapa di sekolah, yang penting banyak teman dan bisa bekerja sama, jadi intelektual dan emotion harus bagus. ●

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles