MARYONO DIREKTUR UTAMA PT BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk.
Dipercaya kembali memimpin PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. di periode kedua, membuktikan kemampuan Maryono mengelola Bank BTN sebagai bank pembiayaan perumahan. Salah satu indikatornya yakni saat di periode pertama, Maryono mampu meningkatkan aset Bank BTN dari peringkat ke-10 pada awal kepemimpinannya menjadi peringkat ke-6 per Juni 2017. Ini menambah keyakinan Maryono dengan visi Bank BTN harus menjadi bank pembiayaan perumahan yang terdepan dan memberikan pelayanan dengan level world class service.
Bagi bankir professional, pernah memegang berbagai bank bisa menjadi pengalaman yang berharga. Tantangan di setiap bank pasti ada. Tetapi pria kelahiran 62 tahun silam ini selalu mampu membawa bank-bank yang dipimpinnya, seperti ketika menjadi Direktur Utama Bank Mutiara. Kepiawaiannya memimpin bank yang terekam dalam jejak karir Maryono pun berlanjut di Bank BTN. Tidak heran bila jebolan Sarjana Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang, ini dipercaya untuk kembali menjadi nakhoda Bank BTN. Apa yang akan dilakukan Maryono di periode kedua memimpin Bank BTN, berikut petikan wawancaranya dengan Property and the City di ruang kerjanya.
Terpilihnya kembali sebagai Direktur Utama Bank BTN bisa dinilai karena berhasil di periode pertama. Kebijakan apa di periode pertama yang dianggap berhasil ?
Pertama, ini sebagai amanah. Kedua, sebagai kepercayaan dari owner dalam hal ini shareholder kepada kami. Ketiga, mungkin melihat dari hasil kinerja, apa yang kami hasilkan selama satu periode yaitu, menaikkan aset BTN. Pada waktu saya pertama masuk ke BTN, aset BTN di ranking 10 secara nasional perbankan. Sekarang sudah masuk ranking 6. Saya kira ini suatu lompatan. Dalam 4 tahun belakangan ini menunjukkan pertumbuhan baik dari kredit maupun laba. Padahal, dalam situasi (ekonomo-red) yang sangat tidak bersahabat. Kita bisa lihat ekonomi global.
Tetapi kita bisa mempertahankan pertumbuhan secara sistem dan peningkatannya jauh di atas pertumbuhan rata-rata industri perbankan. BTN juga bisa menurunkan kualitas NPL yang semakin hari semakin menurun. Ini mungkin yang dilihat sebagai salah satu kinerja keuangan kita. Di samping itu ada perbaikan-perbaikan dari sisi kualitas, seperti kualitas dari risk management, good corporate governance, dan complaint dari masyarakat. Ini semua menunjukkan suatu perbaikan.
Sampai kita mendapatkan penghargaan dari Asia Scorecard, bahwa BTN mempunyai suatu most improvement di tingkat regional di dalam implementasi good corporate governance. Ini suatu kebanggaan, BTN yang mungkin sebelumnya dikatakan sebagai bank yang perlu perbaikan-perbaikan. Termasuk mendapatkan ARA 2015 yaitu suatu penilaian report financial yang bergengsi dimata perusahaan-perusahaan di Indonesia, khususnya di perusahaan yang go public. Kita mendapatkan award untuk juara 1. Mungkin ini juga termasuk yang dilihat kinerja kita oleh shareholder. Ketika menjadi dirut Bank BTN di periode pertama, problem terbesar apa yang dihadapi ?
Ada beberapa problem yang saya hadapi, yaitu menyangkut NPL (non performing loan-red), masalah bisnis proses, dan masalah SDM. Secara pelan-pelan selama periode pertama saya perbaiki NPL. Artinya, sudah kita turunkan. Kemudian bisnis proses sudah kita perbaiki, misalnya, yang sangat signifikan setiap keputusan approval kredit sekarang menganut prinsip di dalam risk management. Ini yang paling utama.
Untuk SDM secara rutin kita lakukan perbaikan, misalnya, dengan melakukan training untuk meningkatkan skill, meningkatan sales. Selain itu, kita juga melakukan penilaian karyawan dengan berbasis kinerja. Menggunakan remunerasi yang berdasarkan basis kinerja. Kita juga memberikan reward and punisment. Inilah yang membuat SDM kita makin baik. Apalagi kita sudah melakukan perubahan budaya kerja.
Seperti apa perubahan budaya kerja di Bank BTN ?
Dulu memang sudah punya budaya kerja, kemudian kita lakukan perbaikan. Budaya kerja ini kita ambil dari budaya-budaya kerja yang sudah ada di BTN, Kemudian kita kolaborasi dan susun. Yang terbaru juga berasal dari orang-orang BTN. Sehingga muncul suatu rangkuman budaya kerja yang disebut SIIPS, yang bisa diartikan sebagai sinergi, inovasi, inisiatif, profesional dan straight excellent.
Apa yang akan ditingkatkan di periode kedua memimpin BTN?
Kita kembangkan BTN menjadi lebih besar, ingin BTN asetnya masuk lima besar. Visinya tetap menjadi bank pembiayaan perumahan terkemuka.
Ada kesan di masyarakat dalam soal kecepatan pelayanan bank pemerintah lebih lambat dibandingkan dengan bank swasta. Apa seperti itu?
Mungkin masyarakat banyak yang belum tahu, Presiden Joko Widodo punya keinginan agar BUMN menjadi tiang negara di dalam menggerakan roda perekonomian. Disamping itu, bagaimana BUMN tidak hanya menggerakkan bisnis tetapi bisa meratakan perekonomian yang ada di Indonesia. Dengan memberikan konsentrasi kepada rakyat kecil. Kesannya BUMN ini disetarakan dengan birokasi yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Padahal, BUMN sekarang berbeda jauh.
BUMN sekarang berbasis pada kinerja. Semua proses bisnis kita perbaiki dengan suatu proses yang betul-betul mengacu kepada bisnis murni. Yang membedakannya adalah shareholder dari BUMN adalah pemerintah. Artinya, BUMN tidak semata-mata hanya mengambil keuntungan, tetapi juga berbakti kepada bangsa dan negara. Istilahnya BUMN hadir untuk negeri.
Sebagai pimpinan BTN, apa keluhan yang bapak tangkap dari konsumen?
Konsentrasi BTN memang di pembiayaan perumahan, bank hanya memberikan pembiayaan baik dari sisi supply maupun demand. Tetapi bukan semata-mata menyangkut perumahan kemudian menjadikan semua kewenangan ada di bank. Kewenangan itu, misalnya, masalah perizinan, developer, konsumen yang terkait dengan pihak lain. Yang paling banyak terjadi adalah masalah sertifikat. Sertifikat ini banyak menjadi complaint dari konsumen. Untuk itu, kita akan mengadakan kerjasama dengan menteri BPN atau ATR, misalnya, kalau KPR subsidi bisa diberikan kemudahan, yaitu kalau sudah lunas bisa langsung diberikan sertifikat. Sehingga bisa memberikan kepastian hukum dan keamanan dari end user. Tetapi bukan berarti kita menyalahkan kementerian (BPN-red). Dari awal kita mengutamakan bagaimana sertifikat ini sebagai dasar utama untuk pencairan kredit. Ini yang akan kita perbaiki.
Bagaimana dengan kecepatan proses pengajuan KPR di BTN, apakah tidak ada keluhan di masyarakat?
Memang ada, ini dari sisi pelayanan dalam proses pengajuan KPR. Saya sudah melakukan perbaikan-perbaikan. Saya minta agar proses ini menggunakan elektronik yaitu menggunakan e-loan. Di samping itu kita juga memberikan fasilitas kemudahan berupa portal porperti. Para pemohon bisa melakukan proses pengajuan KPR melalui portal. Sehingga bisa men-down load 24 jam. Tetapi bukan berarti kita melakukan approval di tengah malam.
Banyak pelayanan-pelayanan yang sudah kita perbaiki. Termasuk proses reguler yang disebut 1:5:1, artinya satu permohonan bisa diproses dalam waktu 5 hari keja dan proses pencairannya dalam waktu satu hari. Tetapi ini juga banyak complaint dari konsumen, seperti sudah 2 minggu mengajukan belum juga diputus. Saya dengar ini, tidak ada masalah. Mungkin perlu kita jelaskan kalau kita komitmen dengan 1:5:1, artinya dokumennya lengkap sesuai dengan standar bank.
Selama standar bank belum terpenuhi, kami tidak bisa memroses, karena bank harus taat asas, taat pada ketentuan-ketentuan regulator. Misalnya, kita perlu konfirmasi dari Bank Indonesia, apakah debitur ini lancar atau tidak. Ini perlu sebagai syarat awal yang harus dipenuhi. Jadi, jangan semua kelambatan disalahkan kepada bank karena kita bekerja saling terkait. Ini yang perlu diketahui masyarakat. Tetapi bank tetap akan memberikan penjelasan dan sosialisasi. Apapun kita akan memberikan pelayanan yang terbaik.
Kalau semua persyaratan sudah terpenuhi tetapi belum juga selesai, tentu akan kami tegur staf kami. Kita akan tegas kalau kita punya staf atau anak buah yang tidak bisa memberikan pelayanan yang terbaik. Saya istilahkan di non-jobkan.
Apakah di periode kedua ini akan mengambil kebijakan yang sama seperti periode pertama?
Kita tidak ingin BTN hanya sebagai bank. Kita mempunyai satu visi bahwa BTN harus menjadi bank pembiayaan perumahan yang terdepan dengan memberikan suatu pelayanan yang levelnya world class service. Sebetulnya saat ini kita sedang melakukan transformasi yang akan berakhir di tahun 2022, dan bisa dilanjutkan pada periode berikutnya. Sekarang kita konsentrasi bagaimana BTN bisa masuk sebagai bank yang produk-produknya digital banking. Digital banking yang selama ini ada dari sisi transaksi pembayaran dan pelayanan. Kita tidak ingin sebatas ini. Akan lebih luas lagi memberikan layanan semua transaksi baik dengan nasabah maupun dengan mitra menggunakan elektronik.
Untuk sampai ke sana butuh SDM yang kuat. Bagaimana dengan SDM di BTN?
Ya, SDM sangat penting. Alhamdulillah, SDM sudah kita siapkan 3-4 tahun ini kita mulai melakukan recruitment. Sehingga komposisi karyawan kita hampir 60 persen generasi muda. Dengan generasi muda ini kita perbaiki dan tingkatkan skill mereka. Baik dalam profesionalisme, sales skill, risk management skill. Ini semua kita lakukan. Kedua, kita akan perbaiki dengan membuat SDM bisa lebih sejahtera, jenjang karirnya, remunerasinya. Ini yang akan kita lakukan ke sana.
Saat ini sudah berjalan?
Sudah. Permasalahan dan langkah-langkah yang harus kita lakukan mulai dari soal SDM, IT sudah kita perbaiki. Kita sekarang sudah punya produk-produk digital banking. Baik internet banking, sms banking, portal properti. semuanya merupakan proses untuk menuju digital banking.
Apakah setiap kebijakan pemerintah terhadap pembiayaan perumahan, BTN yang paling merasakan imbasnya?
Bisnis BTN adalah perumahan yang merupakan salah satu program Presiden Joko Widodo yaitu bagian dari Nawa Cita, seperti mempercepat program 1 juta rumah. Pemerintah mengeluarkan kemudahan-kemudahan untuk melaksanakan program ini, misalnya, kemudahan dalam mendapatkan perizinan, kemudahan mendapatkan subsidi KPR yang anggarannya setiap tahun makin meningkat. Jadi, sangat memberikan pengaruh pada BTN. Sebagai contoh KPR subsidi BTN meningkat luar biasa dengan adanya program Nawa Cita ini.
Kalau ada kebijakan yang kurang friendly, apakah BTN paling merasakan dampaknya?
Kalau itu terkait dengan perumahan pasti akan memberikan pengaruh yang besar pada BTN. Ada kebijakan-kebijakan pemerintah yang dibuat tidak memberikan dampak secara langsung pada BTN, tetapi mempunyai pengaruh secara tidak langsung. Ini juga ada, misalnya, pemerintah membangun infrstruktur dampaknya besar sekali. Bisa secara langsung membantu BTN, karena dengan adanya infrastruktur seperti jalan tol, akan peningkatan demand rumah-rumah yang ada di pinggir tol, dan demand ini tidak ditemukan sebelum ada tol itu.
Sekarang Anda berapa tahu harga tanah dan harga rumah yang ada di pinggiran jalan tol antara Jakarta sampai Tegal yang baru selesai. Itu luar biasa pembangunan rumah-rumah baru. Siapa yang menyangka sekarang muncul rencana pembangunan hunian TOD (transit oriented development-red) yang ada di stasiun. Dulu tidak ada. Tapi sekarang permintaan hunian TOD luar biasa.
Soal pemangkasan FLPP apakah BTN paling merasakan?
KPR subsidi tidak perlu dipermasalahkan apakah menggunakan FLPP atau SSB (Subsidi Selisih Bunga-red). Kenapa, karena untuk mendapatkan fasilitas FLPP dan SSB kriterianya sama. End user-nya tidak ada bedanya. Sebetulnya pemerintah memberikan alternatif kepada end user, apakah akan menggunakan FLPP atau SSB. Tetapi secara unit tidak mengalami perubahan. Jadi, end user tidak perlu resah karena semuanya sama, suku bunga tetap5 persen, uang muka 1 persen. Baik itu FLPP maupun SSB. Jumlah unitnya juga tidak berubah, malah bisa meningkat.
Kenapa kita katakan meningkat, karena kalau FLPP yang dibantu adalah pokoknya. Sementara SSB yang dibantu bunganya. Sehingga kalau pemerintah mengeluarkan Rp120 juta , kalau FLPP hanya bisa membantu 1 unit. Tapi kalau SSB dengan Rp100 juta bisa membayar sepuluh kali lipat atau 20 kali lipat. Artinya, bantuan kepada masyarakat secara unit bisa lebih banyak. Sebetulnya memilih FLPP atau SSB ada di masing-masing bank. Mungkin tahun depan BTN akan memilih FLPP lagi karena tahun kemarin BTN juga memilih SSB. Pembiayaan tahun kemarin 80 persen lewat SSB. Jadi, sebetulnya ini hanya pembayaran alternatif, bank tinggal memilih. Jadi, bukan nilainya yang dipangkas. Yang penting unitnya tidak dipangkas.
Menteri BUMN mendorong agar karyawan BUMN yang belum punya rumah mengambil KPR di bank pemerintah. Apakah ini bisa disebut bantuan dari pemerintah?
Inilah yang saya katakan sekarang BUMN sudah berubah. Sekarang BUMN sudah bersinergi. Salah satu sinerginya adalah kerjasama dengan BTN, misalnya, bagaimana pegawai BUMN yang ingin mengambil rumah lewat KPR di BTN. Dengan kita memberikan KPR kepada pegawai BUMN, bisnis kita makin berkembang. Kita katakan BTN berkembang ke depan karena kita tidak hanya konsentrasi di subsidi tapi juga yang non subsidi. Sehingga segmentasi kita akan menjadi lebar. Kalau segmentasinya menjadi lebar, artinya bisnisnya semakin banyak. Volumenya juga makin banyak. Inilah yang bisa mempercepat peningkatan aset dari BTN.
Tidak banyak pengembang yang mau membangun rumah FLPP. Apa yang bisa dilakukan BTN untuk mendorong para pengembang mau membangun rumah FLPP?
Begini, tidak semuanya ditimpakan kepada BTN. Artinya, BTN memang integrator tapi dari sisi pembiayaan. Baik di pembiayaan kontruksi maupun di KPR. Tetapi untuk bisa mempercepat ini BTN tidak tinggal diam. Untuk itu BTN menjalin kerjasama, baik dengan BUMN karya, yang fokus pada perumahan, kerjasama dengan asosiasi-asosiasi perumahan, seperti REI, Apersi, perumnas.
Termasuk BTN menciptakan suatu pendidikan untuk mencetak developer-developer pemula yang disebut Housing Finance Center (HFC). Sudah berjalan dan kita sudah mencetak kurang lebih 1400 calon developer. Ini kerjasama dengan ITB. Jadi kita tidak tinggal diam.
Sebagai pimpinan BTN bagaimana meyakinkan karyawan BTN bahwa visi Bapak layak diikuti?
Ini menyangkut kapabilitas dan leadership. Kita ciptakan budaya kerja yang penuh disiplin. Ketika kita ciptakan role model, seperti direksi atau kepala cabang jadi role model. Sehingga memberikan dampak dan motivasi yang bisa menggerakan seluruh karyawan-karyawan BTN. Kita sudah ciptakan yang namanya reward dan punishment. Ini penting kita lakukan, serta kita praktikkan dan menunjukkan suatu perbaikan-perbaikan.
Dan visi itu sudah berjalan?
Saya lihat sekarang sudah berjalan semuanya, mulai dari direksi sampai kepala cabang. Tinggal kita melakukan motivasi-motivasi bagaimana pencapaian target bisa sesuai.
Sering keliling ke daerah?
Pasti, bukan hanya hari kerja. Hari sabtu dan minggu pun keliling. Ini hal biasa. Saya selalu bertemu dengan pegawai-pegawai kita, termasuk konsumen BTN. Kita berikan penjelasan bahwa BTN sekarang sudah berubah. Kita punya masa depan. Karyawan juga kita motivasi. Kadang-kadang ketika saya dijemput dengan mobil, belum satu menit duduk di dalam mobil, sudah saya tanya, target kamu berapa, berapa jumlah kredit, berapa NPL, berapa laba kamu. Ini pasti saya tanya ke mana saya datang. Kadang-kadang karyawan agak bingung ditanya. Padahal saya baru duduk di mobil. Mereka harus siap menjawab. Kalau jawabannya agak grogi, kelihatan bahwa orang tersebut tidak menguasai. Hahahaha ……
Sebagai bankir dengan posisi direktur utama di sebuah bank, apakah ini puncak karir atau masih ada puncak lain yang harus dicapai?
Saya kerja itu nothing to lose, yang penting kerja dengan ikhlas. Semua kita anggap sebagai amanah. Saya tidak punya mimpi menjadi dirut di bank. Saya ikuti saja.
Kenapa?
Karena saya punya keyakinan kalau saya bekerja dengan baik, tulus, orang lain akan melihat, oh, ada orang seperti ini. Orang lain yang akan menentukan, bukan saya yang menentukan karena saya sebagai pekerja, dan itu mulai dari awal saya masuk di bank sampai sekarang.
Dulu cita-citanya ingin menjadi bankir atau kebetulan saja?
Hahaha …. . Dulu waktu SMA sebetulnya ingin menjadi dokter. Tapi nyatanya jadi bankir. Yang penting saya bekerja dengan keras, tulus, dan hasilnya bisa dirasakan masyarakat banyak. Sebetulnya cita-cita menjadi dokter berangkatnya dari filosofi ini. Kalau menjadi dokter bisa menyembuhkan orang. Kalau orang sakit menjadi sembuh, itu menjadi kepuasan batin saya. Kalau sekarang menjadi bankir, karyawannya sejahtera, nasabahnya lancar semua, itu kebanggaan saya juga. Sama juga tapi dari sisi yang lain.
Sekarang kesejahteraan karywan BTN oke?
Insyaallah, kesejahteraan karyawan BTN sekarang ada peningkatan. Dikatakan sejahtera semua saya kira belum karena ini suatu proses.
Pernah bekerja di berbagai bank, mana yang paling berat dirasakan?
Yang paling berat tentu di Bank Mutiara. Di Bank Mutiara sama dengan kita diminta untuk melaksanakan fit and proper yang kelas dunia. Karena di dunia tidak ada fit and proper seperti di Bank Mutiara, hahaha……..
Apa pengalaman yang bisa diambil dari memimpin Bank Mutiara?
Banyak sekali. Di situlah kita bisa melihat kalau tidak hati-hati, tidak taat asas, kalau tidak mudah percaya dengan orang. kita juga banyak tahu di sana (Bank Mutiara-red) orang bekerja hanya diperintah oleh atasan.
Banyak (di Bank Mutiara-red) pengalaman yang bisa kita petik. Bukan hanya kejadiannya, tetapi karena pada waktu saya di sana, ditemukan ada permasalahan-permasalahan. Sehingga permasalahan itu sekarang bisa kita jadikan pegangan. Bahwa kita masuk di manapun, bagaimana agar permasalahan seperti di (Bank Mutiara-red) tidak muncul. Kita tahu masalah, tahu solusi, maka bisa kita selesaikan.l