Berada di sisi benua Eropa dan Asia, Istanbul mewariskan banyak bangunan bersejarah pada masa jayanya. Inilah kota yang menjadi tujuan wisata di Turki
Masyarakat Indonesia yang selesai menjalankan ibadah umroh ke Tanah Suci Mekah, biasanya saat kembali ke tanah air mampir dulu ke Turki selama beberapa hari. Maklum, tidak sedikit biro travel umroh yang sekaligus menawarkan paket wisata ke Turki, tepatnya ke Kota Istanbul yang menjadi tujuan wisata favorit. Belum lagi pelajar-pelajar Indonesia yang banyak menuntut ilmu ke Turki. Tidak heran kalau kemudian Turki begitu familiar di masyarakat Indonesia.

Kota Istanbul adalah kota terpadat di Turki dan menjadi kota terbesar di Eropa dan kota terbesar ke enam di dunia. Istanbul juga menjadi pusat perekonomian, budaya dan sejarah negeri Turki. Tetapi yang membuatnya terkenal adalah Kota Istanbul sebagai kota lintas benua di Eurasia yang membentang melintasi Selat Bosporus di antara Laut Marmara dan Laut Hitam. Sebagian sisi Eropa menjadi pusat perdagangan dan sejarah, sementara itu sepertiga penduduknya menempati sisi bagian Asia. Kedua sisinya memiliki keseluruhan populasi sekitar 14 juta penduduk.
Kota Istanbul adalah kota yang penuh dengan sejarah. Awalnya kota ini bernama Bizantium yaitu pada tahun 660 SM. Pada tahun 330 Masehi kota ini berganti nama menjadi Konstantinopel. Pada masa itu Konstantinopel menjadi kota perkembangan agama Kristen yang dipimpin oleh Kekaisaran Romawi sampai 1453 M. Tahun 1453 M kota ini dikuasai oleh Ustmaniyah atau Ottoman yang kemudian mengubah kota menjadi kubu pertahanan Islam. Sampailah tahun 1930 kota ini dinamakan Istanbul setelah Ankara ditunjuk sebagai ibukota Turki modern.
Dengan banyaknya penguasa-penguasa besar di Istanbul pada zamannya, membuat kota ini dipenuhi bangunan-bangunan dengan gaya arsitektur yang mengikuti zamannya. Gaya bangunan yang paling terkenal dihasilkan dari era Birantium dan era Utsmaniyah. Termasuk beberapa bangunan bergaya romawi yang sedikit di pugar ala Bizantium. Seperti bangunan yang paling terkenal di Istanbul, yaitu Hagia Sophia yang dibangun pada masa romawi ini memiliki bentuk kubah yang ukirannya sudah diperbarui bergaya Bizantium. Bangunan yang dulunya sebagai gereja, kemudian berubah fungi menjadi masjid pada zaman Utsmaniyah, dan sekarang di lestarikan sebagai museum.
Ekonomi
Istanbul memiliki keragaman ekonomi industri yang menghasilkan beberapa komoditas seperti minyak zaitun, tembakau, kendaraan, dan elektronik. Kota ini lebih berfokus pada industri bernilai tambah tinggi, sektor manufaktur yang bernilai sedikit rendah hanya menyumbang 26 persen dari PDB Istanbul, namun menyumbang empat perlima dari total ekspor kota ini. Dengan Produk Domestik Bruto (PDB) 301,1 miliar dollar AS, Istanbul menempati peringkat 29 di antara seluruh perkotaan di dunia pada tahun 2011. Sedangkan PDB per kapita dan produkrivitasnya jauh lebih besar dari rata-rata nasional sebesar 70 pesen dan 50 persen berturut-turut. Hal ini dikarenakan fokus terhadap aktivitas-aktivitas benilai tambah tinggi. Istanbul juga menyumbang dua perlima dari seluruh penerimaan pajak negara. Hal tersebut mencakup penerimaan pajak dari 37 miliarder yang berbasis di Istanbul.
Kota Istanbul juga memilki satu-satunya Bursa Efek Negara Turki, yaitu Borsa Istanbul yang pada awalnya Bursa Efek Istanbul didirikan sebagai Bursa Efek Utsmaniyah pada tahun 1866. Saat ini hanya terdapat Borsa Istanbul yang tergabung dari beberapa Bursa Efek, seperti Bursa Efek Istanbul, Bursa Emas Istanbul, dan Bursa Derivatif Turki. Pada abad ke 19 hingga abad ke 20 seluruh perekonomian kota dan perekonomian terpusat pada lokasi di Bankalar Caddesi (Jalan Perbankan) di Galata, termasuk gedung Borsa Istanbul. Namun, ketika tahun 1995 terjadi kebakaran pada Bank Turki, kantor pusat Bank Turki dipindahkan ke pusat bisnis modern Istanbul di Levent dan Maslak. Sedangkan Borsa Istanbul pindah ke Distrik Sariyer hingga saat ini.
Transportasi

Istanbul memiliki transportasi publik yang sudah sangat modern dan kompleks. Semua transportasi darat di Istanbul saling terhubung dengan sistem transit oriented development dan menggunakan satu sistem pembayaran, yaitu Istanbulkart yang dipergunakan sejak tahun 2009. Istanbulkart menggantikan sistem pembayaran elektronik yang lama, yaitu Akbil yang sudah digunakan dari tahun 1995.
Istanbul juga memliki jalan bebas hambatan yang diberi kode 0.1 hingga 0.4. jalan tol dengan kode 0.1 yaitu lingkar dalam kota yang melintasi Jembatan Bosporus. Kode 0.2 adalah lingkar luar kota yang melintasi Jembatan Bosporus kedua, yaitu daerah Fatih Sultan Mehmet yang terhubung hingga ke barat menuju Edirne. Kode 0.3 dan 04 arah timur menuju Ankara, jalur ini juga terhubung dengan Rute Eropa E80, yaitu jalan tol Trans-Eropa.
Transportasi publik di Istanbul terdiri dari Trem, Metro, Bus Rapit Transit (BRT), Tunnel, Kereta Internasional, dan kapal laut. Trem di Istanbul beroperasi mulai tahun 1872 yang awalnya ditarik menggunakan kuda, seiring zaman Trem beroperasi menggunakan listrik. Trem sempat menghilang dari transportasi Kota Istanbul, kemudian hadir lagi di tahun 1990-an dengan jalur yang diperbanyak, yaitu jalur nostalgia dan jalur modern. Hingga saat ini Trem menjadi moda transportasi di Istanbul yang dapat mengangkut penumpang sebanyak 265.000 setiap harinya.
Transportasi tunnel di Istanbul menjadi jalur rel bawah tanah yang tertua kedua di dunia setelah Metropolitan Railway di London. Panjang jalur tunnel mencapai 573 meter. Ada penambahan jalur di tahun 2006 ke arah Taksim dan Kabatas. Metro di Istanbul memiliki lima jalur, yaitu M1, M2, M3, dan M6 berada di sisi Eropa Istanbul dan M4 berada di sisi Asia Istanbul. Dan beberapa lainnya seperti jalur M5, M7, dan M8 sedang dalam konstruksi. Bis Rapit Transit yang dikenal sebagai Metrobus melintasi jembatan Bosporus dengan jalur-jalur khusus menuju terminal akhir. Mertobus dapat mengangkut penumpang sekitar 2,2 juta penumpang setiap harinya.
Salah satu transportasi Internasional yang ada di Istanbul adalah kereta api yang mulai beroperasi pada tahun 1889. Kereta api internasional ini melayani jalur antara Bukares dan Stasiun Terminal Sirkeci. Stasiun Terminal Haydarpasa beroperasi di tahun 1908 yang berfungsi sebagai jalur akhir kereta api Baghdad. Namun kedua stasiun tersebut terpaksa diberhentikan operasinya karena sedang ada pembangunan proyek Marmaray sejak tahun 2012 yang hingga saat ini belum dioperasikan kembali.
Penggati dari moda transportasi kereta api di Istanbul dicover oleh bus antar kota. Untuk bandara udara Istanbul memiliki dua bandara internasinal, yaitu Bandar Udara Internasional Ataturk yang berada di sebelah barat 24 kilometer dari pusat kota. Dan Bandar Udara Internasional Sabiha Gokcen terletak di sebelah tenggara 45 kilometer dari pusat kota.
Pariwisata

Istanbul adalah primadona tujuan wisata negeri Turki karena letak geografisnya yang memotong dua benua sekaligus, yaitu benua Eropa dan benua Asia. Bangunan yang paling terkenal di Istanbul dan menjadi landmark kota yaitu Masjid Sultan Ahmet atau yang lebih terkenal dengan sebutan Blue Mosque. Masjid yang terletak di kawasan Sultanahmet, Istanbul ini dibangun oleh Sultan Ahmet I yang rampung pada tahun 1617. Dengan arsitektur bergaya tradisional Ottoman, masjid ini memiliki banyak kubah dengan enam menara yang mejulang tinggi. Interior desain yang tidak kalah menawannya yang dihiasi sekitar 20.000 keping mosaik biru di bagian dalam kubahnya dan terdapat 260 jendela kaca di seluruh dinding masjid dengan yang indah.
Sebelum berdirinya Blue Mosque terdapat juga bangunan bersejarah yaitu Museum Hagia Sophia yang dibangun pada tahun 537 Masehi sampai 1453 Masehi. Museum ini sudah beberapa kali berganti fungsi dari awal berdirinya yang awalnya berfungsi sebagai gereja katedral pada tahun 537 Masehi hingga 1453 Masehi. Kemudian sempat dijadikan masjid pada masa kekaisaran Ottoman di tahun 1453 hingga 1931 Masehi, Hagia Sophia mengalami sedikit perubahan pada interior bangunannya yang sebelumnya berornamen salip dan berlukiskan Bunda maria juga malaikat-malaikat. Ornamen tersebut ditutup oleh atribut Islam. Pada tahun 1935 bangunan ini diambil alih oleh pemerintah dan dijadikan museum hingga saat ini.
Wisatawan juga dimanjakan dengan pusat perbelanjaan yang berada di Kota Istanbul, dari yang bersejarah hingga yang modern. Seperti Grand Bazaar adalah salah satu pasar tertutup yang sudah ada sejak tahun 1461. Pasar ini diperkirakan sebagai pasar tertutup terbesar dan tertua di dunia, meliputi 61 jalan dan 30.000 toko yang dapat menarik pengunjung 250.000 hingga 400.000 pengunjung perharinya. Sedangkan pusat perbelanjaan modern pertama kali ada pada tahun 1987 di Istanbul, yaitu mal Galleria Atakoy berlokasi di Atakoy. Setelah itu disusul dengan mal-mal lain dibangun, seperti mal Akmerkez dan mal Cevahir Istanbul.
Pajak
Peraturan perpajakan di Istanbul mengacu pada pajak nasional yang juga berlaku di kota-kota lain di Turki. Pemungutan pajak penghasilan dikenakan pada penduduk asli maupun pendatang melalui pemotongan penghasilan di masing-masih perusahaan mereka bekerja. Jatuh tempo pajak di Istanbul pun sudah teratur setiap tanggal 35 Maret dan berakhir di bulan Desember tiap tahunnya. Pembagian presentase pajak dikenakan pada wajib pajak yang memiliki penghasilan tetap dengan rincian sebagai berikut, penghasilan wajib pajak sebesar 1 lira Turki hingga 13.000 lira Turki, yaitu setara dengan Rp 3.062 hingga Rp 39 juta, dikenakan 15 persen pajak dari total pendapatannya.
Baca juga:
yang memiliki penghasilan tetap dengan rincian sebagai berikut, penghasilan wajib pajak sebesar 1 Lira Turki hingga 13.000 lira Turki, yaitu setara dengan Rp 3.062 hingga Rp 39 juta, dikenakan 15 persen pajak dari total pendapatannya.
Penghasilan sebesar 13.001 lira Turki hingga 30.000 lira Turki, yaitu Rp 39 juta ke atas hingga Rp 91 juta dikenakan 20 persen pajak. Wajib pajak dengan penghasilan 30.001 hingga 110.00, yaitu Rp 91 juta ke atas hingga Rp 336 juta dikenakan pajak sebesar 27 persen dari total penghasilan. Dan wajib pajak yang memiliki penghasilan diatan 110.0001, yaitu Rp 336 juta ke atas akan dikenakan pajak sebesar 35 persen.
Istanbul juga menerapkan beberapa poin yang tidak dikenakan pajak. Hal tersebut terdiri dari, kendaraan infentaris kantor yang peruntukannya untuk bisnis saja. Premi pada perusahaan Turki untuk anggaran medis pegawai juga tidak dikenakan pajak. Selain itu juga bagi warga negara asing yang bekerja di Istanbul namun disewakan tempat tinggal dan diberi uang makan dari perusahaan tidak dikenakan pajak hingga waktu yang ditentukan, contohnya seperti pekerja tambang yang berada di lepas pantai. Dan ekspatriat yang menggaji karyawannya dengan hasil yang dia miliki bukan dari hasil selama di Turki juga tidak dikenakan pajak.
Properti
Istanbul memiliki total 14 juta penduduk yang tersebar di sisi Eropa dan sisi Asia dari Istanbul. Properti di Istanbul pun memiliki perbedaan harga sesuai dengan sisi mana properti tersebut berada. Kebanyakan properti yang ada di istanbul dinilai dengan mata uang dollar AS dan euro. Seperti jenis apartemen yang berada di sekitar wilayah Beylikduzu, sisi Eropa Istanbul berkisar dari 91.000 dollar AS hingga 114.300 dollar AS, jika dirupiahkan sekitar Rp1,2 miliar hingga Rp1,6 miliar.
Apartemen di wilayah Umraniye, sisi Asia Istanbul dihargai sekitar 92.900 dollar AS hingga 205.600 dollar AS, yang setara dengan Rp1,3 miliar hingga Rp2,9 miliar. Sedangkan untuk di wilayah Eseyurt, sisi Eropa Istanbul harga apartemen kisaran 41.400 dollar AS hingga 60.500 dollar AS, setara dengan Rp585 juta hingga Rp856 juta.
Kesediaan lahan tanah di Istanbul sudah sangat langka, sehingga keberadaan rumah dan villa pun menjadi eksklusif di sana. Villa berada di wilayah pinggir pantai seperti di dekat Bosporus. Harga villa di sana berkisar 1,5 juta euro hingga 4,4 juta euro, yaitu setara Rp24 miliar sampai Rp73 miliar. Namun untuk harga tanah di Istanbul masih berfariatif, hanya tinggal beberapa wilayah saja yang masih tersedia lahan diperjual belikan.
Seperti di daerah Arnavutkoy, sisi Eropa di Istanbul harga tanah berkisar 150 lira Turki per meter persegi hingga 585 lira Turki per meter persegi, yaitu setara dengan Rp454.000 ribu per meter persegi hingga Rp 1.700.000. sedangkan untuk harga tanah di daerah Sariyer, sisi Eropa di Istanbul rata-rata 1.100 lira Turki per meter persegi, yaitu setara dengan Rp 3.328.000 per meter persegi. ● (Harini Ratna/ Dari Berbagai Sumber)