Propertyandthecity.com, Jakarta – Ancaman krisis ekonomi akibat wabah Covid-19 harus dilihat sebagai sesuatu yang serius. Apalagi wabah yang berasal dari China ini belum ketahuan kapan berakhirnya, sementara korban positif terus bertambah. Bayang-bayang krisis tahun 2008 yang memukul bisnis properti seperti sudah di depan pelupuk mata. IMF sendiri mengatakan saat ini dunia sudah memasuki krisis ekonomi, dan bisa lebih buruk dari krisis tahun 2008. Para pengembang sudah menghela nafas panjang menghadapi situasi sekarang. Ishak Chandra, President and CEO Triniti Land, tidak membantah kondisi saat ini akibat wabah Covid-19 bisa membuat Indonesia mengalami krisis ekonomi.
Baca: Hadapi Corona, Ini yang Dilakukan Intiland
“Saya rasa seperti itu, apalagi kalau kasus Covid-19 tidak bisa selesai dalam dua bulan ini, sudah dipastikan krisis akan terjadi. Saya malah melihat kasus sekarang di 2020 lebih berat daripada tahun 1998. Karena saat ini, kita sudah “slow growth” atau “setengah krisis” sejak 4 tahun terakhir,” ujar Ishak kepada Property and the City.
Dengan kondisi seperti ini yang berpotensi menuju krisis ekonomi, Ishak berharap pemerintah harus segera mengeluarkan suatu kebijakan yang lebih extrim. Kebijakan yang bukan hanya membereskan masalah yang timbul akibat wabah Covid-19, tetapi juga untuk menaikkan permintaan yang sedang menurun. “Salah satunya mungkin dengan membebaskan BPHTB, PPH ataupun Pembebasan PPN untuk semua pembelian properti baru selama 6-12 bulan kedepan,” ujar Ishak.
Ishak juga berharap ada stimulus dari bank yang bisa diberikan kepada konsumen maupun pengembang dalam menghadapi ketidakpastian saat ini dan beberapa bulan ke depan. Untuk konsumen, salah satunya bisa memberikan bebas cicilan sampai 6-12 bulan ke depan. Sedangkan untuk kredit konstruksi, bisa juga dalam bentuk memberikan pembayaran hanya bunga saja di luar principal. “Jikalau situasi lebih jelek lagi, mungkin restrukturisasi pinjaman yang lebih besar harus dijalankan demi menyelamatkan supaya tidak default,” ujarnya.
Dalam kondisi seperti ini, lanjut Ishak, prinsipnya bagi pengembang adalah lebih “prudent atau hati-hati” dalam mengembangkan proyek baru. Bisa menjaga pengeluaran atau biaya operasi yang minimum. Pasalnya, situasi sekarang akan berlanjut sampai akhir tahun, bahkan sampai tahun depan. Sedangkan untuk konsumen mencegah kredit macet KPR atau KPA ke bank yang mengakibatkan buy back ke bank harus diantisipasi. Untuk itu komunikasi antara developer dengan bank-bank partner harus terus dijaga untuk mencari Jalan keluar bersama.
Baca: Jakarta Garden City Beri Diskon Langsung Hingga Rp800 Juta
Mengantisipasi dalam 3 bulan ke depan, Ishak menyarankan pengembang melakukan konsolidasi internal, efisiensi, menjaga komunikasi dengan customer, kredit dan semua stakeholder. Termasuk restructuring hutang jika memberatkan. “Menjaga semangat dan tetap optimis jangan hanya menunggu nasib dan pada akhirnya berdoa semoga Tuhan memberikan kekuatan dan kemudahan untuk kita semua dalam menghadapi masalah ini,” kata Ishak Chandra. (Hendaru)