Pasar properti meskipun mengalami tekanan selama masa pandemi, namun minat masyarakat untuk membeli properti tidak sepenuhnya hilang. Tergerusnya daya beli membuat sebagian masyarakat untuk menahan atau membatalkan pembelian propertinya. Namun di sisi lain sebagian masyarakat ternyata masih menyimpan potensi untuk membeli properti saat ini. Hal ini terungkap dari survei konsumen yang dilakukan Indonesia Property Watch di awal September yang melibatkan 338 responden dimana sebesar 68,09 persen masih berminat untuk membeli properti saat ini meskipun pandemi masih berlangsung.
Baca juga, COFFEEING AND TRAVELING
Jenis properti rumah masih menjadi primadona yang menjadi incaran masyarakat. Sebesar 51,06 persen masih memilih untuk membeli rumah dibandingkan jenis properti lainnya. Minat pembelian tanah kavling pun relatif cukup tinggi sebesar 22,34 persen, apartemen sebesar 11,7 persen, SOHO/Ruko/Rukan sebesar 10,64 persen, dan selebihnya untuk gudang, vila, kondotel, dan lainnya.
Baca juga, Property New Game, Golden Property Awards 2021
Ali Tranghanda, CEO Indonesia Property Watch menyebutkan tren pembelian properti saat ini relatif didominasi oleh segmen menengah sampai Rp1 miliaran, namun ternyata di segmen menengah atas dan mewah pun masih menyimpan potensi pembelian. Hal ini juga terlihat dari maraknya peluncuran proyek-proyek properti yang mengincar segmen menengah ini. Meskipun demikian, Ali mengingatkan bawah saat ini tengah terjadi pergeseran pembeli ke segmen yang lebih rendah. Yang dulu ingin membeli properti seharga di atas Rp1 miliaran, sekarang diperkirakan memilih segmen harga yang lebih rendah di kisaran Rp500 juta sampai Rp1 miliar.
Hal ini terlihat dari hasil survei dimana tren harga rata-rata penjualan rumah mengalami penurunan. Begitu juga di segmen menengah yang tadinya ingin membeli Rp500 jutaan mulai bergeser ke segmen harga Rp300 jutaan. Konsumen yang tadinya mempunyai daya beli Rp300 jutaan sekarang hanya mampu membeli properti di bawah Rp300 jutaan. Namun ternyata terjadi fenomena dimana segmen yang terakhir disebutkan, mereka tidak mau membeli rumah yang terlalu murah termasuk rumah subsidi dengan berbagai alasan, yang membuat golongan ini terpaksa menunda untuk sementara waktu. Ini yang disebut golongan tanggung, ke bawah tidak mau, ke atas tidak mampu. Sedangkan pasar yang cukup terdampak adalah di segmen perumahan subsidi dimana golongan masyarakat ini mengalami tekanan daya beli yang cukup besar.
Motif pembelian properti saat ini pun beragam, sebagian besar responden atau sebesar 42,55 persen melihat saat ini saat yang tetap untuk membeli properti untuk disimpan dalam jangka panjang (investor jangka panjang). Sedangkan sebesar 22,34 persen membeli properti untuk segera di huni (end user). Hal menarik juga ternyata banyak juga pembeli yang membeli properti untuk segera dijual lagi jika harga naik nantinya (investor jangka pendek/spekulator), sebesar 18,09 persen. Selain itu motif properti sebagai tabungan untuk anakanak mewakili sebesar 10,64 persen.
Selebihnya membeli properti untuk koleksi, ikut-ikutan, dan lainnya. Hasil tersebut sekaligus menggambarkan selain properti masih menjadi primadona untuk investasi jangka panjang, ternyata pembeli end-user pun masih cukup besar. Beberapa faktor di atas harus menjadi perhatian para pengembang agar dapat menengaruhi pengambilan keputusan pembelian konsumen saat ini. ● [IPW]