Rumah subsidi masih menghadapi banyak tantangan, apakah benar demikian?
Di setiap tahun selalu saja ada berbagai persoalan yang kami hadapi. Tahun 2019 misalnya, dimana kuota FLPP habis. Dan tahun 2020 hingga saat ini, kita semua dihadapkan dengan situasi pandemi Covid-19 dan ini sangat menghambat, selain dari sisi birokrasi lain, termasuk perbankan yang masih selektif menjaring calon konsumen
subsidi. Semua ini tentu menghambat target dan pencapaian dari Program Sejuta Rumah.
Artinya, penjualan dan realisasi akad turun di tahun lalu?
Iya. Untuk realisasi penjualan, sejak Maret sudah parah dan berlanjut hingga Mei 2020. Saat itu aktivitas masyarakat dibatasi dengan adanya aturan PSBB yang berdampak pada penurunan penjualan sampai sekitar 30-40% di tiga bulan tersebut. Tetapi mulai Juni 2020, penjualan sudah mulai membaik dan bergerak naik antara 80-90%. Sampai kira-kira November dan Desember, penjualan rumah subsidi sudah mulai normal kembali.
Sementara dari akad di 2020, terjadi penurunan yang drastis. Hal ini disebabkan oleh perbankan yang menjadi lebih selektif terhadap para calon konsumen pekerja yang dirumahkan atau kehilangan lembur mereka. Sehingga mereka yang tadinya punya kapasitas bisa mencicil motor dan membayar cicilan rumah, akhirnya mengurungkan
niatnya untuk beli rumah. Tetapi, kami juga masih sedikit tertolong oleh karena masyarakat yang tadinya punya kemampuan beli rumah Rp200 jutaan ke atas, namun karena merasa terancam akibat pandemi, akhirnya mereka membeli rumah subsidi. Tetapi memang tidak banyak. Ibaratnya, tadinya ada 5 orang yang mundur beli rumah
subsidi, yang menggantikannya hanya 1 atau 2 orang dari tingkat yang lebih atas. Jadi ada semacam trickle-down effect. Sehingga, dari semua hambatan tersebut, angka realisasi akad turun sekitar 35%.
Saat ini perbankan juga masih tetap selektif berikan kredit?
Perbankan sudah berangsur mengendurkan syarat, makanya estimasi 2021 ini sudah bisa normal. Setidaknya sudah bisa sama dengan tahun 2019, namun dengan catatan kalau anggarannya juga tidak kehabisan, karena saat ini, katanya bakal kekurangan kuotanya sekitar 170.000 unit untuk FLPP. Tahun lalu saja sebanyak 175 ribuan, tetapi tahun ini pastinya sudah membaik. Jika membaik 10% saja dari tahun lalu maka sudah menjadi
190 ribuan unit.
Kemudian ada produk lainnya yakni BP2BT, seharusnya bisa dijadikan peluru untuk tetap membiayai program sejuta rumah. BP2BT ini memiliki skema yang berbeda dengan FLPP, dan juga memang tidak begitu popular.Kalau tidak ada FLPP, pengalaman seperti yang terjadi di November 2019, BP2BT ini cukup efektif untuk menanggulangi kebutuhan sekitar 30.000 unit. Jadi, program tersebut bisa terealisasi sebanyak 175.000 unit FLPP, termasuk pengembalian pokok dari sebelumnya, ditambah 30.000 unit BP2BT berarti totalnya 205.000 unit.
Ada hal lain yang masih menghambat pengembangan rumah subsidi di Indonesia?
Perbankan masih mengambil langkah-langkah safety. Kami juga terus meyakinkan pihak perbankan terhadap norma-norma yang ada, yang terjadi di 2020, harusnya ditinjau ulang di 2021 ini. Contoh, pegawai kontrak yang di tahun 2020 lalu, tepatnya di bulan April sebagai puncak dari dampak Covid-19, mereka diragukan, apakah akan diperpanjang atau tidak. Pegawai kontrak memang paling rentan, karena perusahaan dapat memperkecil jumlah gajinya, dengan memberhentikan mereka tanpa membayarkan pesangon. Karena kalau memberhentikan pegawai tetap maka perusahaan harus membayarkan pesangon dan itu membebani cash flow perusahaan. Saya yakin banyak perusahaan juga sudah
mengambil langkah pengetatan dan upaya lainnya supaya nafasnya bisa lebih panjang.
Okelah di Maret hingga Mei lalu pegawai kontrak tersebut diragukan bisa mempertahankan pekerjaannya atau tidak. Tetapi jika sampai sekarang masih bekerja di posisi yang sama, baiknya harus dipertimbangkan lagi oleh perbankan. Namun, hal ini sudah direspon oleh beberapa perbankan. Jadi pegawai kontrak atau honorer tidak perlu lagi PKS, sepanjang gajinya ditransfer. Ini menjadi suatu pembuktian yang lebih real.
Apakah perlu ada kebijakan baru dari pemerintah untuk ini?
Sementara sudah cukup, tetapi kalau mau masuk ke mikro ekonominya, sebenarnya yang namanya FLPP dan BP2BT, usulan kami yang sudah kami sampaikan ke pemerintah supaya ada periode khusus. Ini kalau dilihat sekarang terkait percepatan realisasi, mungkin bulan Juli atau Agustus kuota FLPP 2021 yang sebanyak 157.500 unit dari dana Rp19,1 triliun, diperkirakan akan habis. Kalaupun nanti masih ada, berarti itu dari hasil pengembalian pokok dari KPR-KPR subsidi yang sebelumnya.
Jadi satu hal yang bisa ditonjolkan adalah bahwa harusnya ada periode khusus, dimana nanti setelah FLPP habis, uang pengembalian pokok ini, jangan sedikit-sedikit dilepas ke pasar KPR subsidi. Baiknya diakumulasi saja, sehingga nanti ada periode khusus dari anggaran BP2BT sebanyak 32.000 unit tersebut, bisa dihabiskan dalam jangka waktu 2 bulan. Sementara dalam 2 bulan itu mungkin terkumpul 2.000-3.000 unit FLPP pengembalian pokok dananya. Ini bisa berkenan dijalankan lagi di bulan Oktober. Atau, pengembalian pokok ini diberikan hanya kepada bank-bank yang tidak melakukan BP2BT.
Sebab, jika eksis 2 program, saya khawatir ada migrasi dari program yang kurang popular. Katakanlah pada tanggal 14 April ini atau di 14 Agustus nanti, ada 8.000 berkas yang sudah diprogramkan untuk BP2BT. Kemudian mendadak ada 500 unit FLPP yang secara produk lebih diminati oleh publik. Ini nanti dikhawatirkan dari 8.000 berkas tadi sebanyak 7.000-nya pindah ke FLPP, berlomba untuk mendapatkan 500 unit tersebut. Akhirnya, nanti sebanyak 6.500-nya akan kecewa. Sebanyak 6.500 orang ini akan membuang energi dan waktu untuk kembali ke BP2BT lagi. Jadi menurut saya, lebih bagus dibikin periode yang eksklusif pada BP2BT, disaat tidak ada FLPP yang available. Karena kalaupun available-nya di bank yang non-BP2BT, itu migrasinya tetap akan terjadi, walaupun mungkin lebih kecil.
Lantas, bagaimana dengan aplikasi SiKasep, SiKumbang dan SiPetruk?
Kalau SiKasep bagus, karena aplikasi ini menjaring atau menjala peminat-peminat rumah subsidi. SiKasep buat pembeli dan pasangannya adalah SiKumbang yang merupakan daftar kumpulan para pengembang. Artinya para pengembang menyajikan proyeknya lengkap dengan kavling-kavling kosong yang masih tersedia untuk dipilih oleh para konsumen yang sudah masuk ke aplikasi SiKasep. Jadi menurut saya aplikasi ini sangat bagus. Hanya dalam pelaksanaannya kemarin, banyak terjadi kendala error dan lain sebagainya. Tetapi
pelan-pelan sudah diatasi.
Apakah tahun 2021 ini lebih baik dari tahun 2020 lalu?
Indikatornya di Januari, Februari dan Maret sudah seperti itu. Penjualan sudah normal dan akad sudah bertambah baik. Perbankan juga sudah lebih terbiasa dengan Covid-19, sudah tidak terlalu hatihati. Mereka sudah bisa lebih mengukur risiko-risiko dari dampak Covid-19 tersebut kepada para calon penerima KPR subsidi.
Berapa target pembangunan rumah subsidi oleh HIMPERRA di tahun ini?
Target kami sekitar 65.000 sampai 70.000 unit.
HIMPERRA pernah mengusulkan agar memanfaatkan dana BPJS Tenaga Kerja untuk mendongkrak penjualan hunian subsidi, bagaimana perkembangan saat ini?
Seperti sekarang di tahun 2021 ini, kuota untuk FLPP terbatas hanya untuk 157.500 unit rumah. Itu kan sebenarnya 25% dari SMF, sisanya 75% dari APBN dengan bunga 0,5%. Untuk menanggulangi kekurangan jumlah anggaran dan fakta bahwa 75% daripada pengguna jasa KPR subsidi adalah anggota Jamsostek atau pekerja pabrik, harusnya
minimal yang 75% ini, komponen yang 75% di APBN pun diperkuat oleh dana Jamsostek. Karena yang pinjam kan pembayar iuran mereka.
Katakanlah yang tadi 75% mungkin bisa menjadi 37,5% saja dari APBN. Dengan demikian jumlahnya melipat menjadi 300.000 unit. 37,5% lagi dari Jamsostek untuk menanggulangi atau 75% pengguna KPR subsidi dengan anggaran APBN itu didata kemudian di-reimburse oleh Jamsostek.
Kemudian bantuan uang muka, walaupun hanya Rp4 juta tapi itu sangat membantu, karena selama ini MBR itu rata-rata mampu mencicil, namun tidak mampu mengumpulkan uang muka secara cepat. Dengan dibantunya uang muka Rp4 juta, ini kan sangat signifikan.
HIMPERRA sudah mengantongi data penjualan di 3 bulan pertama 2021 ini?
Yang pastinya saya harus cek terlebih dahulu, sepertinya sekitar 12.000 sampai 14.000 unit.
Program atau strategi seperti apa yang akan dilakukan HIMPERRA untuk mencapai target tersebut?
Sekarang kami main di media online termasuk sosial media.
Selama pandemi ini, apakah jumlah anggota HIMPERRA berkurang atau sebaliknya?
Ada pengurangan tetapi tidak signifikan. Mungkin hanya 5%.
● [Pius]