Memasarkan properti itu gampang-gampang susah. Tapi saya yakin tidak ada properti yang tidak bisa dijual. Semua bisa dijual jika waktunya tepat, harganya sesuai, dan tahu pasarnya dimana. Harga murah tidak selalu laris dan harga mahal tidak selalu susah untuk dijual.
Baca :JATUHNYA PENJUALAN BELUM TENTU TIDAK ADA PERMINTAAN
Di dekat kantor saya terdapat kantin yang selalu ramai saat jam makan siang. Jenis Makanannya pun beragam dari hanya sekadar warung mie bakso, warteg, ikan bakar, pecel lele, pecel ayam, sampai rumah makan. Pastinya kelas warteg harganya sedikit lebih rendah dari rumah makan. Walaupun sekelas warteg tapi rasanya cukup enak dan bersih.
Beberapa kali saya amati… Meskipun harga makanan warteg relatif lebih murah dibandingkan yang lain, namun tidak menjamin jumlah pengunjung yang datang juga banyak. Meskipun mungkin tidak terlalu berbeda jauh, namun yang datang ke rumah makan pun ternyata banyak juga. Saya pun berusaha mencari tahu apa yang menyebabkan rumah makan ini bisa dikunjungi cukup banyak pengunjung. Menu yang disajikan ternyata tidak hanya sekadar masakan warteg tempe, tahu, sayur, telur, dan lainnya. Selain masakan seperti pada umumnya, mereka juga menyiapkan telur dadar dengan rasa yang berbeda, udang dan cumi dengan bumbu yang khas, ada kepala ikan kakap, sampai sop iga. Harganya pasti lebih mahal. Dan mereka berani memberikan sesuatu yang berbeda meskipun hasilnya menjadi lebih mahal dan kebetulan pasarnya memang ada di sana.
Baca : Proses Tidak Akan Mengingkari Hasil
Sampai pada kesimpulan bahwa harga murah belum tentu lebih laris, apalagi berada di lingkungan dengan pasar segmen menengah atas. Harga murah akan sesuai bila ditempatkan di pasar yang juga berada di segmen menengah bawah. Benar demikian? Karenanya studi pasar akan sangat penting untuk dapat memberikan gambaran yang tepat dalam menentukan harga sebuah properti dalam satu kawasan pasar tertentu.
Ali Tranghanda
C E O Indonesia Property Watch
