Talk Show dengan tema “The Rising Momentum” dipandu oleh Najwa Shihab menghadirkan narasumber pelaku industri properti, baik swasta maupun BUMN, termasuk pihak perbankan / dok. Property and The City.
Ajang apresiasi dan penghargaan terbesar di bidang properti baru saja digelar. Acara bertajuk “Golden Property Awards (GPA) 2017” ini merupakan yang kedua setelah pertama tahun 2015 lalu. Pada perhelatan GPA dua tahun lalu, Indonesia Property Watch dan Majalah Property and The City berhasil menghadirkan tiga begawan properti dalam satu panggung, yakni DR (HC) Ir. Ciputra (Founder Ciputra Group), Mochtar Riady (Founder Lippo Group), dan Trihatma K. Haliman (Chairman Agung Podomoro Group). Kehadiran ‘tiga naga’ ini juga menjadi torehan sejarah baru dalam berbagai ajang properti di Indonesia. Dan dalam acara tersebut ketiganya diapresiasi penghargaan seumur hidup, “Lifetime Achievement”. Bahkan Ir Ciputra dan Mochtar Riady berkenan memberikan pencerahan soal potensi dan peluang pasar properti di tanah air.
Baca Juga: Mereka yang Menerima Penghargaan Seumur Hidup di GPA 2015
Di tahun ini, tepatnya Senin, 11 September 2017 lalu, di Dian Ballroom, Hotel Raffles, Ciputra World, Jakarta, kembali digelar apresiasi yang sama. Kali ini, Indonesia Property Watch dan Majalah Property and The City berkolaborasi bersama Bank Tabungan Negara (BTN) memberikan apresiasi kepada pelaku properti, dari kelas bahwa hingga atas, dengan label, “BTN Golden Property Awards 2017”.
Dalam acara yang dihadiri sekira 500 tamu dan undangan ini pula, kembali tercipta sejarah baru dalam dunia properti. BTN Golden Property Awards 2017 menghadirkan pelaku ternama, sosok inspiratif dalam industri ini. Diantaranya yang mendapatkan penghargaan seumur hidup dalam event tersebut, yakni Soetjipto Nagaria (Founder Summarecon Agung), Hendro Gondokusumo (Founder Intiland Development), dan Alexander Tedja (Founder Pakuwon Group).
Tidak hanya itu, BTN Golden Property Awards 2017 dengan tema, “The Rising Momentum” ini juga menggelar talk show, sebuah acara yang juga jarang terjadi dalam ajang serupa, apalagi menghadirkan narasumber para inspirator dan pelaku utama dunia properti. Acara yang dipandu langsung oleh Najwa Shihab tersebut menghadirkan Hendro Gondokusumo; Setyono Djuandi Darmono, Pendiri dan Chairman Jababeka Group; James Riady, CEO Lippo Group; Maryono, Direktur Utama Bank BTN; dan Tumiyana, Direktur Utama PT Pembangunan Perumahan (PP Persero).
“Saya terbiasa membawakan acara talk show politik dan hukum, terbiasa berbicara dengan politisi yang kerap kali berlebih-lebihan memaksudkan kepentingannya atau terkadang sangat kentara menyembunyikan maksudnya. Karenanya hari ini saya senang sekali datang dan belajar tentang salah satu industri yang paling penting di negeri ini yang kerap kali dipandang sebelah mata, dianggap tidak akan bisa menggulirkan perekonomian,” ujar Nana, panggilan Najwa Shihab, mengawali sesi tersebut.
Terkait tema acara tersebut, CEO Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda memaparkan, berdasarkan riset IPW sejak 2015 penjualan properti di Jabodebek (Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi) Banten sebagai benchmark mengalami penurunan drastis hingga minus 26% lebih. Namun memasuki triwulan II/2016, ternyata trennya sudah mulai naik.
Baca Juga: Mochtar Riady: Karawang-Bekasi, Shenzhen of Indonesia
“Saat itu, saya dengan team menyampaikan, kalau sampai triwulan III 2016 terjadi peningkatan lagi, secara statistik ini semestinya menjadi titik balik,” ujar Ali menjawab pertanyaan Nana.
Dan benar trennya naik di triwulan III, lanjut Ali, tetapi tren naik tersebut terjadi di jumlah unit sedangkan dalam nilai penjualan, relatif ada penurunan. Menurut Ali, kondisi tersebut memungkinkan bahwa pasar sifting ke segmen yang lebih rendah. Dan tren ini terus naik sampai di awal triwulan I/2017.
“Sebetulnya tanda-tanda kebangkitan sudah ada. Di awal tahun ini sudah mulai banyak pengembang properti yang me-launch proyeknya, kemudian dari para investor juga sudah ada optimisme,” katanya.
Meski begitu, pasar menengah atas kembali mengalami hambatan ketika semakin banyak isu sensitif pada Pilkada DKI Jakarta lalu yang mengakibatkan pasar menengah atas menahan. “Sehingga kami harapkan sampai akhir semester II/2017, pasar properti relatif akan kembali bangkit lagi mengikuti siklus tren naik,” terang Ali.
Optimis
Penerima penghargaan seumur hidup atau Lifetime Achievement: Soetjipto Nagaria (Founder Summarecon Agung), Hendro Gondokusumo (Founder Intiland Development), dan Alexander Tedja (Founder Pakuwon Group) / dok. pius
Optimis akan momentum kebangkitan properti juga disampaikan pelaku industri properti, sebagaimana dikatakan Hendro Gondokusumo. Kata dia, pengembang harus bisa berinovasi menampilkan produk yang berbeda, karena kini masyarakat sudah semakin teliti dalam berinvestasi.
“Sebenarnya ada uang di masyarakat, hanya mereka lebih teliti apa yang akan mereka investasikan. Tentunya mereka akan melihat kualitas bangunan tersebut, termasuk konsep dan desainnya. Dan kami sudah merasakan dalam bisnis kami di Intiland dengan penjualan yang semakin meningkat,” katanya.
Senada dikatakan Setyono Djuandi Darmono, kreativitas menjadi kunci bagi pelaku properti untuk dapat menciptakan pasar baru. Sebagaimana proyek Meikarta, sebut Darmono merupakan ide brilian dalam menggaet pasar potensial yang ada.
“Potential demand di Indonesia luar biasa besar, apalagi dengan backlog sebesar 11,3 juta rumah. Tapi kenapa properti tidak begitu tumbuh baik padahal demand begitu besar? Jadi perlu ada kreativitas,” terangnya.
Ide menggebrak seperti Meikarta, lanjut Darmono, juga harusnya bisa dilakukan di daerah-daerah baru, tidak hanya menumpuk di Pulau Jawa atau kota besar saja. Menurutnya, optimisme sebetulnya bisa diciptakan lebih bagus, sebagaimana ada pepatah, ucap Darmono, yang mengatakan bahwa project hanya jadi kalau Tuhan sudah mengizinkan, bumi sudah menyambut, dan manusianya sudah harmonis.
“Nah, sekarang ini saatnya. Karena Tuhan mengizinkan sebenarnya adalah timing. Timing saat ini sudah bagus sekali, dan ditambah lagi pertumbuhan ekonomi kita juga salah satu yang paling tinggi di dunia. Bumi berkaitan dengan demand yang begitu tinggi. Jadi kita semua harus optimis,” tegasnya.
Setali tiga uang, James Riady menegaskan, nature dan sikap para pengusaha adalah harus selalu optimis, sekalipun dalam situasi sulit dengan berani turun gunung dan melakukan terobosan.
“Saat ini ada defisit 11 juta lebih rumah. Mereka punya pendapatan dan ingin membeli rumah, tetapi harga rumah tidak terjangkau,” katanya.
Saat ini Lippo Grup telah melakukan berbagai gebrakan dan terobosan, salah satunya dengan menyediakan hunian terjangkau melalui proyek Meikarta. Harga rumah dipasarkan mulai Rp127 juta atau sekitar Rp6,7 juta/m2.
“Ini adalah sebuah terobosan dan saya yakin ada banyak kelompok lain yang akan mengikuti arah yang kami tampuh. Jadi jangan ada orang yang menghambat orang biasa itu bisa memiliki rumah,” tambah dia. [Pius Klobor]