...

GUANGDONG THE PEARL RIVER DELTA CITY

Guangdong yang mempunyai arti ‘hamparan luas di timur’ adalah salah satu provinsi di Negeri Tiongkok. Guangdong merupakan  provinsi paling padat penduduknya. Kota Guangzhou di provinsi  Guangdong merupakan pusat ekonomi paling penting bagi Cina. Peningkatan populasi di Guangdong sejak tahun 2014 mencapai  107.240.000 jiwa.

Guangdong memiliki PDB tertinggi di antara semua provinsi di Tiongkok. Provinsi ini menyumbang 12% output ekonomi nasional. Kota ini menjadi pusat  produksi dari berbagai perusahaan lokal maupun asing. Di Guangdong ada festival terbesar Cina yang disebut  Canton Fair. Populasi campur terjadi secara besar-besaran melalui migrasi besar-besaran dari utara selama periode kekacauan politik. Guangdong merupakan tanah leluhur bagi sebagian besar rakyat  China yang merantau ke luar negeri.   

Tahun 1850-an, terjadi pemberontakan Taiping yang dipimpin Hong Xiuquan. Guangdong adalah kota pusat anti Manchu dan anti imperialis. Tokoh Oposisi modern China adalah Sun Yat-sen, yang juga berasal dari Guangdong.

 

Geografi

Provinsi Guangdong menghadap selatan di sebelah laut Cina Selatan. Guangdong memiliki luas daratan mencapai total 4.300 km (2.700 mil) dari garis pantai. The Pearl River Delta yang terletak di provinsi ini merupakan wilayah yang mengelilingi muara Sungai Mutiara (Pearl River) ke Laut Tiongkok Selatan. Wilayah ini merupakan salah satu wilayah terpadat di dunia dan merupakan salah satu pusat pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang sering dianggap sebagai megakota yang sedang berkembang pesat.

Di sebelah timur laut, Guangdong berbatasan dengan Provinsi Fujian, Jiangxi. Sedangkan dari utara berbatasan dengan Provinsi  Hunan. Di bagian barat berbatasan dengan daerah otonom kota Guangxi. Sedangkan Hong Kong dan Macau berada di batas selatan Guangdong. Kota-kota yang terdapat di sekitar Pearl River Delta diantaranya ialah Dongguan, Foshan, Guangzhou, Huizhou, Jiangmen, Shenzhen, Shunde, Taishan, Zhongshan dan Zhuhai. Kota-kota lain di provinsi ini termasuk Chaozhou, Chenghai, Nanhai, Shantou, Shaoguan, Zhanjiang, Zhaoqing, Yangjiang dan Yunfu. Guangdong memiliki iklim subtropis. Musim dingin di Guangdong sangat pendek.

 

Ekonomi

Tahun 2014, produk domestik bruto (PDB) adalah $1.104 triliun. PDB Guangdong merupakan tertinggi di China sejak tahun 1989 yang menyumbang 10,66 persen dari PDB China. Guangzhou merupakan ibukota Guangdong yang mengkhususkan diri dalam memproduksi berbagai komponen elektronik serta memasok kebutuhan elektronik

konsumen lokal. Selain itu Kota Guangzhou sangat terkenal dengan kulinernya yang mempunyai reputasi di berbagai penjuru dunia.

Guangdong tidak hanya eksportir terbesar Cina, tetapi juga merupakan kota importir terbesar di Cina. Namun juga merupakan salah satu provinsi terkaya di Cina. Sebagian besar miliarder Cina tinggal di Guangdong.

Statistik resmi pemerintah menempatkan Guangdong sebagai provinsi terpadat ke 4 di China dengan jumlah penduduk lebih dari 110 juta. Banyak pendatang dari provinsi lain masuk ke Guangdong karena saat itu ekonomi Guangdong sedang booming dan permintaan tenaga kerja yang sangat tinggi.

 

Properti

GUANGDONG THE PEARL RIVER DELTA CITYMenarik, memprediksi masa depan properti beberapa kota di China pasca penetapan Zona Perdagangan Bebas (Free Trade Zone/FTZ). Provinsi Guangdong, yang berbatasan dengan Hongkong, berusaha mengembangkan daerah Qianhai yang berdekatan dengan Shenzhen sebagai kota terkaya China dalam hal pendapatan perkapita.

Pemerintah kota Guangdong terus membuat kebijakan memikat untuk menarik perusahaan-perusahaan keuangan, menjaring perbankan dan industri lainnya untuk masuk ke Qianhai. Bila dibandingkan dengan kota lapis pertama China lainnya, pasar properti Shanghai jauh tertinggal di belakang. Harganya kalah dibandingkan Beijing sebagai kota termahal untuk saat ini. Shanghai mencatat pertumbuhan 8,9 persen dalam 12 bulan terakhir hingga September 2013. Sementara Beijing meroket dengan 26,9 persen, Guangzhou 24,8 persen dan Shenzhen 21,2 persen.

Harga baru properti perumahan naik 4,9 persen dari  tahun ke tahun, Biro Nasional Statistik Cina di awal tahun 2016 melaporkan harga properti di 62 kota meningkat sejak bulan Februari 2016. Itu terjadi karena ledakan di pasar real estate di minggu-minggu setelah liburan Tahun Baru Imlek di bulan Februari, pemotongan pajak properti, dikombinasikan dengan aturan yang lebih longgar dalam pembayaran uang muka dan pinjaman perumahan. Ini semua sebagai penyebab gejolak pembelian properti di beberapa kota. Harga di Shanghai dan kota selatan Shenzhen terus naik tajam, dengan harga naik masing-masing mencapai 3,6 persen dan 3,7 persen masing dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Berdasarkan kebijakan baru kependudukan di Cina (program dua anak),  pemerintahan China sudah mengantisipasi peningkatan total kelahiran baru dari 16 juta ke 19 juta pada 2016. Penambahan populasi dari program dua anak diperkirakan bakal menciptakan permintaan tambahan untuk perumahan. Dengan melihat ukuran rumah tangga rata-rata yang mencapai angka 3,02 dan rasio kepemilikan hingga 70 persen, bakal ada permintaan baru sebanyak 4,4 juta unit tiap tahunnya atau sekitar 440 juta meter persegi termasuk untuk permintaan peningkatan, penggantian, dan investasi.

Dari sudut pandang pasar properti, permintaan perumahan sangat didukung kelahiran baru dengan penyerapan tahunan mencapai angka 50 persen. Dampak dari kebijakan dua anak itu diharapkan mampu menumbuhkan permintaan perumahan sebanyak 8 persen tiap tahunnya. Pada tiga kuartal pertama, penjualan rumah di 25 kota teratas China telah meningkat 28,6 persen dan 15,3 persen di masing-masing kota tersebut.

Shenzhen di Provinsi Guangdong, China bagian Selatan telah menaikkan persyaratan deposit untuk beberapa pembeli rumah. Hal itu merupakan serangkaian kebijakan yang bertujuan untuk mendinginkan pasar properti di kota-kota besar di China dan mengatur penjualan properti dan investasi yang lebih baik, demikian sebagaimana dikutip dari laman Channel NewsAsia di Jakarta,Rabu (30/3/2016).

Pasar perumahan China menjadi lesu pada semester kedua tahun 2015 setelah melambat selama lebih dari satu tahun, namun rebound yang kuat pada harga penjualan properti di kota-kota terbesar di negara ini telah memicu kekhawatiran akan terjadinya gelembung properti.

Shenzhen telah menjadi pasar properti terpanas di negeri ini, dengan harga naik hampir 57 persen pada bulan Februari dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Otoritas Shenzhen juga telah memerintahkan langkah-langkah kuat terhadap risiko keuangan di sektor properti. Pemerintah kota telah melarang lembaga keuangan, termasuk perusahaan pembiayaan internet dan perusahaan kecil yang menawarkan pinjaman marjin untuk pembeli rumah, di mana lembaga pinjaman memungkinkan individu untuk meminjam uang untuk keperluan investasi tersebut.

Shanghai dan Shenzhen mengeluarkan serangkaian kebijakan untuk mengendalikan harga properti yang bergelombang. Shanghai dan Shenzhen telah memimpin di antara kota-kota besar Tiongkok dalam mengumumkan putaran baru pembatasan untuk mendinginkan harga rumah, tetapi analis menyarankan untuk meningkatkan pasokan lahan agar menyeimbangkan penawaran dan permintaan. Pasar properti di China mengalami kenaikan signifikan, terutama dengan adanya kebutuhan perumahan. Hal ini tentunya membantu meningkatkan harga.

Seperti dilansir CNBC, Selasa (21/6/2016), data yang dikelurkan pemerintah tercatat pada akhir pekan lalu, harga properti di 70 kota besar di China tumbuh 6,9 persen pada Mei, atau naik dibandingkan bulan sebelumnya 6,2 persen.

Tercatat harga properti di kota-kota utama mengalami pertumbuhan signifikan, seperti Shenzhen 53,2 persen, Shanghai 27,7 persen dan Beijing 19,5 persen. Sementara itu, harga properti di kota seperti Nanjing dan Hefei naik lebih dari 20 persen, mengalahkan pertumbuhan di Beijing. Meskipun ada kekhawatiran terjadi bubble di beberapa kota, namun kenaikan harga properti tersebut mencerminkan permintaan yang riil.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini