Destinasi wisata yang sedang naik daun saat ini adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan Flores dan Komodo sebagai ikonnya. Kawasan ini semakin popular setelah dideklarasikan sebagai salah satu dari “Tujuh Keajaiban Alam Baru se-Dunia (New Seven Wonders of Nature)” pada tahun 2011.
Tidak hanya mengangkat Pulau Komodo dan sekitarnya, apresiasi tersebut juga membuat tempat-tempat wisata lain dari timur ke barat Flores menjadi makin dikenal wisatawan, baik domestik maupun asing. Hal ini terlihat dari jumlah kunjungan yang terus naik setiap tahunnya.
Khusus kunjungan turis asing, menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT, Marius Ardu Jelamu, sejak Januari hingga Juli 2016 tercatat sebanyak 14.000 orang. Angka ini meningkat 15 persen jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan pada periode yang sama tahun 2015 lalu.
Nah, tak lengkap rasanya ke NTT bila hanya berkunjung melihat komodo di Pulau Komodo dan Rinca. Danau Kelimutu di Kabupaten Ende pun wajib dikunjungi. Selain itu, masih ada lagi Kampung Bena, Wae Rebo. Boleh dikatakan, Flores menawarkan berbagai tempat wisata menarik dengan berbagai jenis atraksi dan obyek yang berbeda.
Bila Anda adalah tipikal wisatawan yang selalu mencari sesuatu yang off the beaten track atau wisata petualangan yang tak biasa dan inginnya blusukan serta nyasar, Flores menawarkan banyak jalur menarik dengan sejuta hal unik yang dapat Anda temui di sepanjang perjalanan. Kuncinya, hati dan pikiran yang terbuka, fisik yang sehat, bekal yang cukup, dan jangan pelit-pelit dengan waktu cuti Anda.
Mau tahu beberapa tempat menarik dan menantang untuk blusukan dan nyasar di Flores, mari ikutin perjalanan saya saat saya bertugas di surga tersembunyi ini.
Desa Waturaka, Kabupaten Ende
Bila Anda merencanakan ke Kelimutu, pilihan menginap biasanya di Desa Moni. Kali ini, cobalah menginap paling tidak semalam di Desa Waturaka. Terletak seperempat perjalanan ke arah Kelimutu, Desa Waturaka paling mencolok terlihat dengan hamparan sawahnya di sebelah kiri jalan. Dikembangkan dan dikelola oleh kelompok masyarakat desa adat dengan konsep eko-wisata, Anda akan ditawari menginap di rumah-rumah masyarakat lokal di sana.
Selain diberkati tanah yang subur terlihat dari berbagai jenis tanaman pangan, sayur-mayur, serta berbagai jenis tanaman dagang seperti cengkeh, kopi, dan kemiri yang tumbuh menghampar, Waturaka juga dikaruniai banyak sekali kekayaan alam lainnya.
Satu di antaranya adalah sumber air panas dan air terjun yang bisa dikunjungi dengan tingkat kesulitan yang cukup ringan, Murukeba namanya. Saat menginap di sana, saya sempatkan untuk mandi di sumber air panas di tengah sawah pada sore hari. Hmm…pengalaman pertama dan sangat luar biasa.
Oh ya, untuk blusukan sehari ke sumber air panas dan sekaligus air terjun, pastikan Anda memakai alas kaki yang nyaman dan tidak licin saat menapak langkah. Jangan khawatir dengan lintah yang biasanya lebih banyak saat musim hujan dan ke arah air terjun, cukup sediakan air tembakau untuk mengusir lintah yang telanjur menempel di anggota badan kita.
Ada pengalaman menarik saya saat kembali dari Murukeba, jalur yang ditempuh adalah jalan masuk kebun orang
desa yang ditanami kopi dan kemiri. Saya menemukan gumpalan biji kopi. Saya tunjukkan gumpalan itu ke pemandu Om Pius (sebutan akrab dan hormat untuk laki-laki dewasa), pemandu lokal, dan ternyata itulah adalah gumpalan kopi dari kotoran musang atau luwak! Akhirnya saya tahu juga seperti apa kopi luwak yang langsung “dihidangkan” oleh alam.
Danau Tiwu Sora, Kabupaten Ende
Masih di Kabupaten Ende, saya ingin memuaskan rasa ingin tahu akan mitos sebuah danau berwarna kehitaman dan dihuni oleh jenis belut raksasa sebesar paha orang dewasa. Belut raksasa ini konon merupakan penjelmaan dari nenek moyang masyarakat setempat.
Ditemani Om Goris Ngera, Kepala Desa Deturia, akhirnya saya bersama rombongan pergi ke sana. Kami berangkat dari Maumere, Kabupaten Sikka, menuju arah Kota Baru, Kabupaten Ende, jalur pantura. Inilah jalan termudah, meskipun tidak bisa dikatakan mudah karena dari pertigaan Tobilota menuju Desa Pise yang seharusnya bisa ditempuh dalam waktu dekat menjadi lama hanya karena kondisi jalan yang memprihatinkan. Dibutuhkan kehati-hatian dan kesabaran menyusuri jalur ini. Disarankan berangkat pagi hari dan mengatur janji sebelumnya untuk ojek motor menuju ke sana.
Sesampainya di Pise, istirahatlah sejenak meluruskan badan karena setelah ini, untuk menuju Desa Deturia, desa terdekat dimana Danau Tiwu Sora berada, kita akan menempuh kurang lebih empat jam perjalanan kaki. Tapi jangan khawatir, perjalanan ini akan terasa menarik karena satu jam pertama kita akan melewati sabana dan perkebunan masyarakat. Masyarakat di sini masih suka membuka kebun jauh dari pemukiman.
Satu jam berikutnya, kita akan memasuki hutan desa. Saat musim hujan, banyak sekali kita temui aliran sungai dan sumber air yang sejuknya bukan main. Kami sempat menadah di botol untuk minum di perjalanan. Saat pagi hari, berbagai jenis kicauan burung menemani perjalanan di hutan yang banyak ditumbuhi pohon kenari dan berbagai jenis pohon endemik Flores.
Keluar dari hutan, kita akan disuguhi pemandangan sabana dengan puluhan ekor sapi, kerbau, dan kuda yang dibiarkan merumput liar. Kami serasa berada di lokasi film Lord of the Rings. Indah sekali! Lepas dari sabana, satu jam perjalanan kaki menuju Desa Deturia, desa di mana berdiam suku Lio Utara.
Suku Lio adalah suku terbesar di kabupaten Ende, yang adatnya tidak diperkenankan membuat kain tenun ikat. Berada di Deturia, serasa kita berada di wilayah antah berantah karena sangat luasnya. Tidak heran karena dalam bahasa Lio, detu berarti lapangan, ria adalah besar. Deturia berarti lapangan besar.
Menuju Tiwu Sora, perjalanan ditempuh kembali selama satu jam. Bagi para tamu, sebuah upacara kecil dihelat sebelum menuju danau. Sebuah kalung dari sejenis rumput dikalungkan oleh tetua adat sebagai bentuk doa meminta keselamatan
karena Tiwu Sora dalam adat masyarakat Deturia adalah danau yang dikeramatkan. Sesampainya di Danau, kalung rumput kita lemparkan ke tengah danau.
Tentang belut raksasa, ternyata bukan mitos. Dengan upacara tertentu yang biasanya dilaksanakan setahun sekali, masyarakat memanggil belut tersebut untuk naik ke permukaan air dan menangkapnya untuk dimakan beramai-ramai.
Air Terjun Kembar Murusobe, Kabupaten Sikka
Menjelajah ke air terjun Murusobe, ada dua jalur yang bisa ditempuh. Disarankan berangkat pagi-pagi, dari Maumere menuju arah Ende, ada jalur menuju Desa Lekebai atau Feyondari. Jalur ini bisa ditempuh dengan menggunakan mobil. Saat pertama datang ke sana, tidak banyak masyarakat tahu akan air terjun Murusobe.
Namun kini, masyarakat setempat sudah cukup familiar dan tentu hal ini mempermudah para wisatawan yang akan ke sana. Tanyakan ke arah Desa Wolofeo hingga sampai ke Loke. Di desa inilah penghentian mobil terakhir, karena perjalanan selanjutnya hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki. Cukup dua-tiga jam perjalanan dengan pemandangan hijau dan alam luar biasa, sampailah kita di Desa Poma.
Disarankan untuk mampir ke rumah kepala desa untuk minta ijin sekaligus pemandu menuju Murusobe. Jangan kaget kehadiran kita akan menarik banyak orang desa, terutama anak-anak, untuk mengikuti perjalanan kita yang membuat seru blusukan ke Murusobe ini.
Setelah blusukan di Tiwu Sora, saatnya meneruskan perjalanan Anda menuju Murusobe. Perjalanan awal akan banyak ditempuh dengan menanjak sebelum masuk hutan. Tentu saja Anda memerlukan pemandu lokal untuk menembus hutan dengan jalur naik-turun yang seru menantang selama empat-lima jam.
Ada satu tempat di mana Anda bisa mengambil foto Danau Tiwu Sora dari ketinggian. Pemandangan yang menakjubkan dan juga membuat dada berdesir karena saking tingginya. Melewati titik ini, kita akan naik menuju hutan berikutnya. Inilah batas wilayah Kabupaten Ende dan Sikka berada. Menembus hutan ini, bisa ditemukan tanaman endemik Flores, di antaranya anggrek bambu dan bunga Bulbophyllum optusipetalum. Perjalanan blusukan dan nyasar di Flores, meski harus sabar dan memakan waktu, merupakan pengalaman yang sangat luar biasa.
Bagi Anda yang berminat menjelajahi Flores dan ingin informasi lebih banyak untuk tempat-tempat di atas dan juga tempat-tempat lain yang patut dijadikan blusukan, silakan kunjungi situs DMO (Destination Management Organisation) Flores di www.florestourism.com atau bertanya langsung dengan petugasnya di info@florestourism.com.