Propertyandthecity.com, Jakarta – Di penghujung tahun 2016 tepatnya di Bulan Desember, Property and the City berkesempatan mewawancarai Pinpin Bhaktiar founder Entrepreneur Cinta Indonesia (ketika itu masih bernama Entrepreneur Club Indonesia) di salah satu ruangan di PPM School of Management. Dari sekian banyak pertanyaan, salah satu yang muncul adalah apa yang melatarbelakangi dirinya mendirikan Entrepreneur Club Indonesia (ECI).
Dalam ceritanya ketika itu, grup WhatsApp (WA) ECI yang diperkenalkan pada Bulan November 2014, berawal dari spontanitas Pinpin membuat grup WA bernama My Friend dan disusul Developer Club. WA My Friend sebagai ajang berkumpul teman-teman dari bangku SD sampai kuliah. Kebetulan waktu itu dirinya sedang melanjutkan ke jenjang S-3, dan membutuhkan penelitian dan riset. Salah satunya mencari 300 pengembang sebagai responden untuk riset . “Susahnya luar biasa mencari responden. Dari sinilah saya terpikir untuk membuat WA Developer Club, isinya para pengembang yang saya kenai, ” ujar Pinpin.
Baca: Disruption Technology Menjadi Lebih Cepat
Dalam perkembangannya grup WA Developer Club berubah menjadi Entrepreneur Club Indonesia (ECI). Pergaulannya yang luas dan networking Pinpin ke semua kalangan, membuat anggota grup WA ECI terus bertambah dari tahun ke tahun. “Yang kita miliki dari grup WA ini yaitu networking dan semangat pertemanan. Ditambah lagi ECI merupakan wadah dan perkumpulan yang bersifat informal,” ujar Pinpin.
Tidak heran kalau ECI yang logonya dibuat oleh Sunil Tolani (Founder Calibrework dalam perjalanannya mendapat dukungan dari berbagai pihak dengan anggota yang terus bertambah. Anggota WA ini mulai dari developer, pelaku korporasi properti, konsultan properti, pengamat properti, ekonom, broker properti, pemasar. Hal penting yang membuat WA ECI terus hidup adalah selalu menjadi ajang diskusi dan pembahasan berbagai persoalan, kebijakan, masalah-masalah yang kerap dihadapi pengembang dan yang terkait dengan bisnis properti. Bila ada kebijakan yang baru dikeluarkan pemerintah, biasanya langsung dilempar ke forum dan mendapat berbagai tanggapan, kritik maupun masukan dari anggota grup WA ini. Diskusi antar anggotanya berlangsung hangat, informatif dan cair.
Termasuk saat ini ketika wabah Covid-19 sedang melanda dunia termasuk Indonesia, ECI hadir dengan diskusi-diskusi mengundang para pakar, developer, pengamat. Pembahasannya bagaimana ekonomi Indonesia menghadapi situasi memburuknya ekonomi. Diskusi pertama lewat online ini, digelar bersama Andy K Natanael (founder Projek) dan Dr Joni Pangestu (Akademisi PPM), institusi lainnya termasuk dari Indonesia Property Watch.
Baca: Kolaborasi Pelaku Bisnis Properti Hadapi Covid-19
Dilanjutkan dengan diskusi-diskusi lainnya mengundang pakar-pakar yang ahli di bidangnya seperti Hermawan Kartajaya, Prof Bramantyo Djohanputro, Prasetya M Brata, Jamil Azzaini, Ongky Hojanto, Budi Satria Isman, Andreas Nawawi, dan berbagai pakar lainnya. Sampai hari ini diskusi-diskusi akibat dampak Covid-19 masih terus digelar lewat online dengan mengundang pakar-pakar bisnis, marketing, akademisi, pelaku bisnis, motivator.
ECI juga menjadi tempat bertanya para anggotanya terhadap suatu kebijakan, bisnis, aspek hukum yang terkait dengan properti. Semua anggota grup WA ini akan menjawab dengan senang hati karena cintanya pada ECI. Semangat pertemanan ini bahkan dilanjutkan dengan melakukan kopi darat, biasanya melanjutkan diskusi yang pernah berlangsung di grup WA ECI. Kopdar perdana diinisiasi oleh Rizky Diansyah (Founder DDW Organizer). Kopdar kedua lebih formal meskipun terjadi juga secara spontan yang diinisiasi oleh Prof Roy Sembel Dean IPMI Business School.
Semangat yang tinggi dari anggota grup WA ini yang didorong pertemanan dan selalu update dengan berbagai persoalan, sampai memunculkan ide agar ECI juga hadir di daerah-daerah. Mungkin ini bentuk kecintaan pada ECI. Menurut Pinpin, ide itu sudah diusulkan sejak tahun 2014, tetapi ia khawatir nantinya ECI hanya akan menjadi formalistik seremonial. “Sementara ini asyik saja dulu hadir secara informal begini, semoga menjadi strategic silaturahim,” ujarnya.
Dalam berbagai kesempatan, Pinpin, selalu mengingatkan anggota WA ECI yang sekarang tidak kurang dari 800 orang, agar tidak masuk ke unsur SARA, politik praktis, pornografi. Interaksi dan postingan di grup juga dilakukan secara bijaksana mengingat profil anggota ECI yang rata-rata para pemimpin yang produktif. Postingan dan interaksi yang secukupnya saja. Semua anggota ECI paham betul soal ini.
Bahkan, ketika panas-panasnya pilpres di tahun 2019 yang sangat ekstrim memperlihatkan dua kubu calon presiden, ruang ECI bersih dari perseteruan politik dan lebih memilih hadir dengan diskusi-diskusi properti. Ini mungkin yang membuat anggotanya nyaman tetap berada di sini. Sementara bila ada anggotanya yang memasarkan produk propertinya di grup WA ini, yang mungkin karena lupa atau terlalu cinta dengan ECI, Pinpin langsung mengingatkan, WA ECI tidak melakukan hard selling. “Untuk hard selling ECI memiliki grup khusus,” ujar Pinpin.
ECI yang sudah berjalan 6 tahun kini sudah memiliki jejaring berkisar 800-an. Semua anggota grup diundang langsung oleh dirinya yang dikenal semua secara pribadi. Mereka terdiri atas tokoh, pakar, para guru besar, entrepreneur, dan para pemimpin bisnis. ECI juga telah melakukan sinergi dengan PPM School of Management, HIPMI, JCI, IMA, YBP, BM, TDA, ASPIRASI, Universitas Syiah Kuala Aceh, dan berbagai pihak lainnya.
Baca: Hadapi Pandemi Corona, Pengembang Harus Atur Strategi Baru
Kemarin tetap pada hari Jumat, 10 April 2020, ECI mengganti namanya dari Entrepreneur Club Indonesia menjadi Entrepreneur Cinta Indonesia. Menurut sang founder, pergantian nama ini berdasarkan inspirasi postingan Facebook Prof Riant Nugroho pakar kebijakan publik yang perduli kepada pengembangan entrepreneurship di Indonesia. Menurut Pinpin, postingan Prof Riant menjadi inspirasi sekaligus visi yang sangat baik untuk ECI. .
Dalam perjalanannya yang ke-6 tahun, Pinpin berharap ECI tetap dapat menjadi forum silaturahim yang baik dan berkontribusi strategis terhadap pengembangan entrepreneurship. Agar hadir Indonesia yang kokoh, harum dan berkarakter. (Hendaru)