Dalam sebuah konsep pemasaran kita kenal dengan istilah saat mulai berinteraksi dengan produk Anda, melihat customer journey yaitu perjalanan konsumen produk Anda, melakukan pemesanan, sampai benar-benar melakukan transaksi.Bila kita cermati kondisi di tengah pandemi saat ini, saat pertemuan tatap muka dibatasi, maka saluran distribusi pemasaran yang paling mungkin dapat menjangkau pasar konsumen adalah melalui digital marketing. Disruption teknologi semakin cepat terjadi saat pandemi,sejalan dengan perubahan perilaku yang sangat dinamis. Hampir semua pengembang saat ini melakukan migrasi pemasarannya ke saluran digital. Mulai dari campaign melalui media sosial Facebook,Instagram, Google Ads, Tiktok, Youtube, dan lainnya. Namun apakah benar dengan digital marketing semuanya akan beres? Bila tujuannya untuk menjangkau pasar lebih luas, jawabannya mungkin ya.
Namun itu saja tidak cukup. Ketika calon konsumen melihat informasi melalui online, maka tentunya produk properti tidak dapat disamakan dengan produk-produk lain. Bila kita ingin membeli asesoris, peralatan-peralatan, sampai barang elektronik misalnya, mungkin
kita bisa langsung membelinya melalui e-commerce tanpa harus melihatnya, meskipun ada risiko barang tidak sesuai tampilannya.Namun berbicara properti maka pertimbangannya akan sangat kompleks. Hampir tidak ada proses transaksi properti yang dilakukan
secara online sepenuhnya. Sebelum calon konsumen menentukan pilihan propertinya, pastinya mereka berkeinginan untuk dapat melihat, merasakan, bahkan menyentuh langsung produk properti pilihannya. Artinya penjualan properti tidak dapat sepenuhnya
diserahkan pada digital marketing. Jadi bila menganggap digital marketing adalah segalanya dengan budget yang besar, maka hal tersebut adalah salah besar
Nah, kita coba dudukan persoalan yang ada karena yang salah bukan digital marketing-nya. Digital marketing adalah tools untuk melengkapi dan memperkuat strategi pemasaran sebuah produk secara utuh. Digital marketing sangat membantu para pengembang
untuk dapat memperkenalkan produknya secara luas, bahkan sangat luas dibandingkan pemasaran konvensional. Namun digital marketing hanya titik awal dari customer journey untuk meningkatkan market awareness. Selebihnya banyak faktor yang membuat calon konsumen memutuskan untuk membeli propertinya. Jadi melakukan digital marketing tidak sebatas mem-posting sebuah iklan, melainkan harus terstruktur terkait tema, desain, pemilihan kata sampai calon konsumen tertarik untuk datang ke lokasi. Selanjutnya bukan menjadi tanggung jawab digital marketing lagi bila ternyata konsumen tidak
jadi membeli. Betul demikian? ●Sumber: Ali Tranghanda C E O Indonesia Property Watch
