...

DEVELOPER BERLOMBA PACU PROYEK HIJAU

Tanggap Lingkungan

Perusahaan pengembang properti Sinar Mas Land juga berinisiatif menerapkan prinsip lingkungan, sosial, tata kelola atau environment social governance (ESG) dalam operasional bisnisnya sebagai solusi jangka panjang untuk tantangan sosial-lingkungan. Tak hanya tentang tata kelola lingkungan dan sosial, developer juga mengklaim diri berorientasi pada principle of governance, planet, people, and prosperity. Hal ini secara gamblang dipaparkan dalam diskusi panel bertajuk “Dampak ESG Terhadap Sektor Properti: Sinar Mas Land Kembangkan Produk Ramah Lingkungan”, yang digelar oleh Sinar Mas Land di BSD City, Serpong, Tangerang (Banten), Rabu (2/8/2023).

baca juga, ASK & IT IS GIVEN

“ESG menjadi hal yang penting untuk kami semua. Kami selangkah lebih maju dibandingkan perusahaan properti lainnya sebab dari tahun 2012 kami sudah menerapkan konsep green meskipun belum kapitalis. Masih sederhana, hanya tanam pohon. Tapi ke depan bukan hanya itu, banyak sekali inisiatif-inisiatif yang harus kami jalankan dengan memperhatikan ESG untuk meningkatkan probabilitas bisnis dan menggerakan
konsumen agar peduli dengan lingkungan hidup,” kata Hermawan Wijaya, Direktur PT Bumi Serpong Damai (BSDE) Tbk.

Sementara itu M. Reza Abdulmajid, Chief Risk & Sustainability Officer Sinar Mas Land, juga mengklaim, pihaknya sudah lama mengacu konsep
ESG, khususnya penerapan kawasan hunian yang ramah lingkungan (green development) berbasis internet.

“Kami tidak bisa mengesampingkan prinsip ESG karena berhadapan dengan investor, tenan dan lainlain. Requirement ini dimulai dari corporate yang lebih aware, bahkan mereka sudah punya check list sebelum deal dengan gedung kami, seperti policy ESGnya bagaimana. Kalau tidak siap kami bisa kehilangan market,” ungkap Reza.

Dalam setiap proyek Sinar Mas Land menerapkan empat pilar utama ESG. Yaitu, best in class real estate berupa bangunan rumah yang berkualitas dilengkapi fasilitas hidup dan transportasi publik, climate change and the environment yaitu pembangunan hunian green sebagai bentuk tanggap lingkungan sekitar, sustainable communities mencakup pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan keterampilan dan akses terhadap sumber daya, serta educational patronage upaya perusahaan membuka akses pendidikan seluasluasnya untuk masyarakat di sekitar pengembangan proyek.

Ia menyampaikan, salah satu implementasi konsep itu adalah pengembangan kota baru (township) BSD City (6.000 hektar) dan gedung-gedung perkantoran di sejumlah wilayah di Indonesia dengan tata kelola lingkungan yang baik, yang memudahkan penghuni beraktivitas secara efektif, efisien dan hemat energi, karena semua mudah dijangkau dengan aneka moda di satu kawasan. “Kami harus punya program yang terukur, salah satunya dengan melakukan rating dari ESG, bahkan sejak tahun 2022 sudah kami jadikan corporate KPI. Ini menjadi komitmen perusahaan,” imbuh Reza.

Modal di Depan

Mengikuti pemulihan ekonomi pasca pandemi, bisnis real estate juga membaik kendati tidak sekencang tahun 2010-2015. Bisnis real estate tetap perlu mengantisipasi situasi buruk itu dengan mengusahakan aneka siasat untuk bisa tetap berjualan. Ini disebabkan para pemilik duit yang selama pandemi ramai-ramai menaruh dananya di perbankan dan pasar uang, atau membeli produk properti yang memiliki prospek menjanjikan sebagai investasi, kini mulai melirik menggelontorkan uangnya di sejumlah bisnis baru.

Contohnya, pesatnya pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia saat ini membutuhkan kapasitas pusat data terpasang yang mumpuni. Dengan populasi masyarakat Indonesia lebih dari 270 juta jiwa, kapasitas data center Indonesia saat ini baru 0,6 watt per kapita atau rerata agregat sekitar 167 megawatt. Jauh lebih rendah dibandingkan Jepang yang dengan populasi 126 juta jiwa memiliki kapasitas data center sekitar 15 watt per kapita. “Ini merupakan sebuah potensi yang sangat menjanjikan. Belakangan banyak investor masuk untuk mengoptimalkan peluang digitalisasi,” ucapnya.

Di sisi lain, Reza menyebut segmen milenial mulai mempertimbangkan produk properti ramah alam. Kalau dulu yang disukai lokasinya dekat atau mudah dicapai dari berbagai tempat favorit mereka, mulai dari tempat makan, belanja, fasilitas olah raga, hangout, dan lain-lain, kini ‘green’ masuk dalam pencarian fitur wajib rumah tinggal yang diincar kalangan ini. “Mereka willingness to pay more for green products,” tandasnya.

Untuk itu, Sinar Mas Land rela merogok kocek lebih untuk merancang rumah tinggal atau bangunan komersial ramah lingkungan. Kota baru BSD City, misalnya. Kota dikonsep seefektif dan se’green’ mungkin agar tetap mampu memberikan penghidupan yang layak dan ramah bagi semua warganya tanpa menurunkan kualitas lingkungan hidup mikro dan makro. “Sekitar 3 sampai 5 persen cost di awal bertambah untuk menghadirkan green. Tapi dari sisi biaya maintenance perhitungannya lebih kecil. Pembayaran listrik bulanan lebih rendah. Secara jangka panjang operational cost kita menurun,” kata Reza.

Kendati modal di awal besar, namun pengembang sudah sepantasnya berperan banyak dan aktif menciptakan kota berkelanjutan, karena real estate adalah kegiatan yang mengkonversi lahan terbuka menjadi perkerasan atau bangunan sekaligus memunculkan permukiman dan pusat-pusat pertumbuhan baru. Kontribusi emisi karbon dari sektor bangunan lebih besar dibanding industri dan transportasi. Emisi karbon adalah penyebab utama pemanasan global yang berdampak paling buruk terhadap lingkungan hidup.

“Kami komitmen dengan ESG. Tidak hanya lingkungan tetapi juga dari sisi ekonomi dan social life. Rencananya, dalam waktu dekat kami akan menghadirkan satu cluster green development yang nanti attach juga ke KPR green,” sambung Hermawan.

Sinar Mas Land sendiri, demi tetap mensyiarkan betapa krusialnya isu sustainable development, sudah mulai mensortir dari sisi hulu seperti memilih supplier bahan bangunan yang sudah bersertifikat hijau, hingga menekankan energy saving kepada para karyawan saat berkegiatan di lingkungan kantor. Saat ini nilai ESG perusahaan di angka 15,09.

“Kami targetkan 20 persen supplier bahan bangunan harus bersertifikat green. Gedung komersial kami sudah pakai, hasilnya sekitar 13 persen dapat mengurangi emisi karbon sejak 2022. Tahun 2034 target kami mampu mengurangi penggunaan listrik hingga 56 persen,” pungkas Reza.