Aksi demontrasi yang berbulan-bulan bergejolak di Hong Kong berpotensi menghantam industri properti negeri ini. Pasalnya, upaya pemerintah Hong Kong menyediakan tempat tinggal warganya tertunda akibat perhatian pemerintah disibukkan dengan upaya meredam demontrasi. Seperti diungkapkan dalam laman website www.scmp.com, gejolak tersebut akhirnya menimbulkan ketidakpastian pasar yang membuat investor berpikir dua kali. JP Morgan Chase & Co khawatir, harga rumah di Hong Kong dapat anjlok hingga 30 persen, sementara harga sewa bisa anjlok hingga 40 persen.
“Selain itu, perang dagang antara Amerika Serikat dan China pun memaksa para investor untuk menahan diri dan melihat situasi hingga gejolak ini terlihat mereda,” terang laporan JP Morgan Chase & Co seperti dikutip Bloomberg.
Sementarai itu, Direktur Eksekutif Hong Kong-APEC Trade Policy Study Group, David Dodwell, seperti dikutip dari South China Morning Post, berpendapat krisis properti justru sedang mengintai Hong Kong dari sisi keterbatasan lahan. Perhatian pemerintah terhadap keterbatasan lahan sedang berkurang karena teralihkan ke penanganan aksi demonstrasi.
“Seharusnya pemerintah tetap mengkaji proses lelang dan jual beli lahan, menentukan standar minimum tempat tinggal untuk mencegah developer membuat flat minimal dengan harga selangit, serta memastikan tempat tinggal yang dibangun memiliki standar untuk adanya lift dan akses pengguna kursi roda,” kata David Dodwell. ● (Harini Ratna)