C“Marketing is not a battle of products. It’s a battle of perceptions.” — Al Ries & Jack Trout
Issue resesi saat ini menjadi momok setiap pengembang, setelah sebelumnya industri properti juga alami perlambatan yang cukup lama karena terdampak pandemi. Hal tersebut diyakini pula bersemayam mendalam dibenak para calon konsumen atau investor, sehingga beberapa pengembang beserta proyek dan produk (tertentu) ikutan mengalami perlambatan daya serap di pasar.
baca juga, CROWD EFFECT
Hal ini menuntut para pengembang untuk membangun strategi pemasaran untuk lebih optimal, mulai dari menyiapkan kemasan produk lebih baik, mensketsakan program penjualan yang lebih ciamik untuk meningkatkan daya pikat, dan menambah ruang promosinya dengan media sosial serta mengoptimalisasi peran para agen pemasar dengan stimulan insentif yang aduhai.
Sesungguhnya, bila kita membedah alam besarnya, ada situasi dan kondisi makro yang lebih baik dan lebih ideal untuk dikisahkan. Membuat alur cerita dengan kebenaran seutuhnya, dengan kaidah yang selaras dan relevan terkait erat dengan perkembangan dan perubahan di Tanah Air. Bila itu semua kita mampu meramunya akan menjadi sebuah cerita yang sangat berdampak dan meningkatkan daya pikat, selain pada akhirnya tetap perlu adanya tambahan dari program gimik penjualan.
Harapan awalnya adalah proyek dan produknya mendapatkan kesempatan untuk lebih mudah dikenal dan diingat di pasar. Melalui membangun alur bercerita yang lebih terstruktur dalam membangun image, perspekstif dan persepsi yang lebih ideal. Dengan mengkatagorikan proyek dan memposisikan ulang dengan gambar baru yang lebih pas, mengkomunikasikan produknya sesuai peluang dan kebutuhan pasar saat ini, serta menjelaskan unit yang ditawarkan memiliki nilai pembeda secara ekspektasi dan kebutuhan.
Bagaimana caranya mengisahkan proyek dan produk kita agar lebih menarik dan berdampak? Apakah ini bisa berlaku untuk semua jenis produk? Siapa saja yang harus menceritakan kisah ini? Sebelum menjawab pertanyaan- pertanyaan tersebut mari kita mulai kerangkakan bagaimana menyusun rangkaian cerita dengan mengoptimalisasi segala momentum yang ada.
Ini boleh kita istilahkan formula 3P, sebagai pondasi dasar dalam membangun dan mengembangkan sebuah cerita untuk mengisahkan proyek dan produk kita yang mungkin biasa aja, agar bisa terlihat lebih luar biasa. Formula 3P tersebut adalah kiat- kiat mengisahkan tentang Potensi, Peluang dan Pembeda.
POTENSI SEBAGAI DAYA UNGKIT
Bagaimana mengisahkan sebuah potensi sebagai daya ungkit. Seperti kita ketahui bahwa industri properti terkadang dikaitkan dengan isu atau berita negatif yang melemahkan, seperti kondisi saat ini dikatakan sebagai tahun resesi, jelang pemilihan umum menandakan situasi tidak stabil dan masih banyak hal lainnya. Dalam menceritakan tentang cerita proyek kita, ini menjadi tugas utama untuk mencari cara menepis dan mengeliminasi isu-isu tersebut.
Strateginya adalah kebalikannya dengan cara menebarkan berita positif tentang kondisi makro tentang perkembangan Indonesia terkini, perkembangan pembangunan daerah yang masih terus membangun dan perekonomian yang terus bertumbuh. Semisal berbagi cerita
potensi akibat dampak dari hadirnya infrastruktur yang membuat setiap daerah sudah bisa saling terhubung, dan juga kemudahan kemudahan
lainnya karena hadirnya prasarana pelengkap pendukung daerah dan kota, semisal karena ada transportasi baru seperti LRT atau MRT, atau pelabuhan dan bandara.
KITA HARUS MAMPU MEMBANGUN KESADARAN DALAM MENGHANTARKAN SEBUAH KUNCI PESAN. SEPERTI KONDISI SAAT INI YANG KITA ALAMI, TERNYATA TANPA DISADARI KITA TIDAK PERNAH LEPAS DARI GADGET KITA. KITA MENERIMA INFORMASI SANGAT DERAS DAN CEPAT, DI SETIAP SAAT DAN DI SETIAP WAKTU.
Di dalam menceritakan potensi yang berkaitan dengan kondisi makro, tujuannya awalnya adalah membukakan kesadaran awal di calon konsumen tentang ada situasi dan kondisi makro yang lebih baik. Di sisi lain adalah proses dan niatan untuk mengedukasi calon konsumen,
minimal mereka mendapatkan tambahan wawasan dan pengetahuan, sehingga mereka bisa melihat dari sudut pandang atau bingkai baru dan bisa menjadi cerita bersambung.
PELUANG SEBAGAI POSIBILITAS PASAR
Beberapa komunikasi gaya lawas adalah menyamaratakan proyek sendiri dengan proyek pengembang lainnya, atau ternyata secara tak sengaja menganut faham komunikasi ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi). Itu boleh-boleh saja tetap dipergunakan, namun hanya sebagai salah satu cara atau perangkatnya saja, tetapi strategi ATM polosan sepertinya sudah kurang tepat untuk mengisahkan nilainilai proyek kita yang tampak sama aja dengan proyek lain. Kita mesti lebih jeli dan bangga mengetahui bahwa proyek kita memiliki nilai-nilai terbaik yang lebih tepat dan pas untuk dikisahkan.
Beberapa contoh yang bisa dikisahkan sebagai berikut, namun kita lebih dahulu mampu membedah produk secara detail, menggali peluang nyata sesuai dengan posibilitas pasarnya. Semisal kita mulai membahasakan sebuah apartemen dengan format bercerita investasi hunian atau peluang sewa nyata, atau kawasan TOD dengan format bercerita tentang interkoneksi bisnis dan kehidupan masa depan. Dan masih banyak contoh menarik lain yang bisa diangkat dan dikisahkan, kembali lagi fokus membangun kisah yang selaras dan relevan dengan posibilitas pasar.
Tahapan ini adalah untuk membangkitkan rasa minat calon konsumen, sehingga mulai masuk dalam proses mempengaruhi calon konsumen agar proyek atau produk kita bisa menjadi salah satu preferensi, selanjutnya akan menjadi pengakuan diri mereka dalam memutuskan
pilihan.
PEMBEDA SEBAGAI KUNCI PESAN
Hal-hal seperti apa yang bisa mudah diterima dan diingat dalam benak konsumen? Seperti kita ketahui bahwa jaman digital ini semua orang mudah mengakses dan mencari informasi lebih dalam tentang produk kita. Semua orang dari berbagai kalangan, tingkatan usia dan beragam profesi. Kita mesti selami ini sebagai bagian proses memprofil target peselancar dan penikmat konten kita serta calon konsumen.
Kita harus menentukan format narasi dan standar visual yang tepat untuk menciptakan pesan pembeda yang akan kita kreasikan. Kita harus mampu membangun kesadaran dalam menghantarkan sebuah kunci pesan. Seperti kondisi saat ini yang kita alami, ternyata tanpa disadari kita tidak pernah lepas dari gadget kita. Kita menerima informasi sangat deras dan cepat, di setiap saat dan di setiap waktu. Namun kita tidak pernah tahu informasi apa yang masih teringat, untuk itu kita memerlukan sesuatu pembeda sebagai kunci pesan.
Tahapan akhir ini, pesan pembeda membuat kemungkinan atau kecenderungan bahwa seorang calon konsumen akan melakukan keputusan pilihan. Saat konsumen mampu memaknai pesan pembeda, akan menjadi sebuah kunci keyakinan, dan mengambil keputusan untuk melakukan pembelian.
Penutup, bila ketiganya kita mampu gabungkan untuk mengkreasikan cerita merek berdampak, yang dikisahkan dengan memanfaatkan sebuah momentum besar yang sedang berjalan. Karena industri properti tidak lepas dari situasi dan kondisi makro, tetapi pilihlah potensi baik yang nyata untuk membukakan cakrawala pemikiran calon konsumen. Dan juga untuk membangkitkan emosi melalui peluang yang paling memungkinkan, serta pesan pembeda untuk selalu diingat dalam mengambil keputusan pembelian dan akan menjadikan sebuah cerita baik bersambung dari mulut ke mulut. Ujung dari kesemua ini untuk meninggalkan persepsi baik di dalam benak calon konsumen.