Keberadaan TOD dan jalur-jalur transportasi massal di pusat Kota Bangkok dan Suku bunga KPR rendah mendorong harga properti di pusat kota naik hampir dua kali lipat dari harga properti di pinggiran kota atau di dekat area perbatasan. Menurut harga rata-rata, sewa bulanan apartemen 1 kamar di pusat kota Bangkok bisa mencapai sekitar 13,7 ribu baht (sekitar Rp6,3 juta). Di kawasan yang tak dilalui moda transportasi massal, harga sewa bulanan apartemen 1 kamar adalah 8,4 ribu baht (sekitar Rp3,8 juta).
Baca juga : MINIMALIS DENGAN FASILITAS OKE
Demikian juga dengan harga jual apartemen di pusat Kota Bangkok bisa lebih dari dua kali lipat dibandingkan apartemen di area pinggiran Kota Bangkok. Apartemen di pusat Bangkok dijual seharga 111,9 ribu baht (sekitar Rp51,3 juta) per meter persegi. Sementara harga per meter apartemen di luar pusat kota sekitar 55,9 ribu baht (sekitar Rp2,5 juta).
Suku bunga yang diberikan bank di Thailand selama 18 bulan terakhir bertahan di angka 5,73 persen. Suku bunga KPR yang relatif terbilang rendah ini menyebabkan pasar properti di Thailand terus menggeliat sepanjang enam bulan pertama 2018. Ini terlihat dari jumlah transaksi tanah dan bangunan meningkat 5,1 persen ke angka 539,64 miliar baht (sekitar Rp248 triliun) dibandingkan periode yang sama pada 2017.
Dengan ekonomi yang terbilang stabil, para pengembang di Bangkok berani membangun kondominium. Dalam enam bulan pertama 2018, jumlah pembangunan kondominium baru di Bangkok meningkat 118 persen, menjadi 30.809 unit dibanding periode yang sama pada tahun 2017. Hanya saja kondisi ini tidak serta merta mendorong warga asing membeli properti di Bangkok. Pasalnya, Thailand menerapkan kebijakan melarang warga negara asing membeli tanah. Kepemilikan kondominium pun dibatasi tidak boleh lebih dari 40 persen dari jumlah keseluruhan investasi dalam satu apartemen.
Salah satu cara untuk masuk dalam geliat properti di Thailand adalah dengan membeli satu bangunan utuh (kecuali tanah). Bisa juga dengan menyewa tanah dengan termin 30 tahun yang bisa diperpanjang untuk 30 tahun berikutnya. Bagi para investor, Thailand memberikan akses kepemilikan tanah. Pemerintah mempersilakan siapa pun yang berinvestasi sebesar 40 juta baht (sekitar Rp18,3 miliar) untuk membeli tanah hingga 1 Rai atau 1.600 meter persegi.
Sebagai ibu kota negara, Bangkok menghasilkan 543.708 baht PDB per kapita sepanjang tahun 2016. Jumlah ini memenuhi 52 persen PDB Thailand pada tahun tersebut. Secara umum, pendapatan Bangkok berasal dari sektor pariwisata dan turunannya seperti kuliner, oleh-oleh khas Bangkok dan minuman beralkohol. Sektor lain tetap memberikan kontribusi besar untuk perekonomian Bangkok, seperti otomotif, spare part kendaraan, garmen, semi konduktor, dan produk elektronik.
Neraca perdagangan Bangkok tumbuh berkat penjualan ke kota lain di Thailand, termasuk yang diekspor ke Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Bangkok juga erat kaitannya dengan pertumbuhan kualitas SDM, terutama tenaga muda terampil. Sebanyak 21 persen penduduk usia 15+ tahun di Bangkok mengenyam pendidikan tinggi dan memiliki perhatian tinggi pada peningkatan kualitas layanan bisnis. (Harini Ratna)