Pembangunan infrastruktur yang massif digerakkan oleh PresidenJ okowi di berbagai pelosok tanah air juga mantul ke Surabaya.Infrastruktur adalah jangkar bagi pertumbuhan properti, dan ini juga yang dirasakan di Surabaya. Keberadaan jaringan infrastruktur dipastikan akan menumbuhkan aktivitas ekonomi baru dan pada akhirnya berdampak meningkatnya kebutuhan hunian baru di kota yang juga dikenal dengan Gerbangkertosusila, akronim dari Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan.
Baca Juga : SEGMEN MENENGAH TETAP MELENGGANG
Surabaya dan sekitarnya sebetulnya sudah ditopang keberadaan infrastruktur yang cukup memadai. Di antaranya Jalan Tol Surabaya–Gempol (Surgem), Tol Surabaya-Mojokerto (Sumo), Tol Waru-Juanda,
Tol Surabaya-Gresik, termasuk juga Tol Pandaan-Malang turut mempersingkat waktu tempuh dari Surabaya ke Malang. Bahkan Tol Trans Jawa pun punya andil besar.
Sementara dalam kota, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya juga gencar membangun infrastruktur dan membuka akses-akses baru. Di antaranya, pemasangan box culvert (beton bertulang) di beberapa lokasi, seperti di Sememi, Rejosari, dan Bongkaran. Selain itu, pekerjaan basement yang menjadi alun-alun Surabaya Bawah Tanah di gedung Balai Pemuda seluas 1.000 meter persegi. Beroperasinya alun-alun ini, membuat Jalan Yos Sudarso dengan persil di ujung Jalan Pemuda akan tersambung.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Ery Cahyadi, mengatakan fokus Pemkot pada tahun ini masih soal pembangunan infrastruktur kota. Selain pedestrian, pembangunan jalan juga dilakukan, untuk beberapa ruas. Seperti di Jalan Lingkar Luar Timur atau JLLT (Ruas Frontage Nambangan-Kyai Tambak Deres), dan Jalan Lingkar Luar Barat atau JLLB (Ruas Kelurahan Sememi Kecamatan Benowo). “Kami juga fokus ke penyelesaian dan pengembangan Jalan Raya Wonokromo (frontage), jalan akses lapangan tembak, Jalan Kauman juga pembangunan Jembatan Joyoboyo Wonokromo,” jelas Ery, seperti dikutip dari Harian Bhirawa.com.
Baca Juga : Demonstrasi Hantam Properti Hong Kong
Adapun JLLT atau juga disebut Outer East Ring Road (OERR) akan membentang sepanjang hampir 22 kilometer. Mulai dari Gunung Anyar sampai Tanjung Perak. Bahkan akan menembus Tol Waru Juanda. Jalan itu melewati tujuh kecamatan. Yakni, Kecamatan Gunung Anyar, Rungkut, Sukolilo, Mulyorejo, Bulak, Kenjeran, hingga Semampir. JLLT ditargetkan mulai beroperasi pada 2021 mendatang.
Sementara pengerjaan JLLB sepanjang 16 km juga tengah digarap oleh Pemkot Surabaya. JLLB juga melintasi beberapa kawasan hunian pengembang, seperti CitraLand dan Pakuwon. Proyek digarap bertahap. Pada tahap pertama dibangun jalan sepanjang 2,18 km meliputi Kecamatan Lakarsantri hingga perbatasan Kabupaten Gresik. Ciputra World Surabaya : Unit terakhir Sky Residence baru diluncurkan di lantai teratas dengan harga mulai Rp1,7 miliar. Tahap kedua sepanjang 6,45 km yang menghubungkan Lakarsantri hingga Raya Sememi. Sedangkan tahap ketiga, dari Jalan Raya Sememi hingga Romokalisari sepanjang 3,85 km, dan tahap terakhir Jalan Raya Sememi hingga Jalan Raya Tambak Osowilangun. JLLB ditargetkan rampung pada tahun 2020.
Sedangkan yang sudah rampung dan diresmikan secara keseluruhan pada akhir Mei 2019 lalu adalah MERR (Middle East Ring Road atau Jalan Lingkar Dalam Timur Surabaya). Jalan lingkar sepanjang 10,98 km ini menghubungkan daerah Kenjeran, Surabaya dengan Tambak Sumur, Waru, hingga Sidoarjo. Jalan ini melintasi bagian utara, timur, dan selatan Kota Surabaya serta bagian timur laut Kabupaten Sidoarjo. Jalan lingkar ini menjadi jalan penghubung antara Jembatan Nasional Suramadu dengan Bandara Internasional Juanda via Jalan Tol Waru-Juanda.
Dari sisi angkutan massal, Pemkot Surabaya telah mengoperasikan Suroboyo Bus yang ternyata cukup diminati. Sementara pengembangan Angkutan Massal Cepat (AMC) berupa trem maupun monorel juga terus dipersiapkan. Kini, pemerintah setempat juga tengah mempersiapkan adanya Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rail Transit (LRT). Ini diperjelas oleh Budi Saddewa Soediro, Director PT Adhi Karya (Persero) Tbk yang mengatakan rencananya membangun LRT di luar Jakarta seperti kota-kota besar lainnya. “Kami sedang mempelajari kemungkinan-kemungkinan itu seperti di Makassar, Surabaya, Bandung, dan Bogor,” ujar Budi, dalam satu
kesempatan wawancara dengan Property and the City.
Dengan laju pembangunan infrastruktur yang sudah selesai maupun yang dalam pengerjaan, membuat Sutoto yakin infrastruktur akan membuat Surabaya lebih nyaman, sehingga semakin menarik banyak orang untuk tinggal. “Ini tentu positif sekali untuk bisnis properti. Akan semakin banyak orang beli rumah atau apartemen di Surabaya. Dan supply semakin banyak sehingga harga menjadi lebih terjangkau,” ungkap Sutoto kepada Property and The City di ruang kerjanya di Surabaya.
Ungkapan senada datang dari Yafet Kristanto, Director ERA Indonesia untuk Jawa Timur. Menurutnya, gencarnya pembangunan infrastruktur dalam di Surabaya akan mendongkrak nilai properti, terutama di kawasan yang dilintasi. “Infrastruktur seperti JLLT, JLLB dan MERR punya dampak signifikan terhadap properti di Surabaya. Jalan tol juga ada dampaknya tapi kurang. Tol lebih signifikan untuk hunian yang berada di pinggir Surabaya, seperti di Sidoarjo atau bahkan Malang,” ujar Yafet.
Sementara Lusiani, Marketing Manager Grand Sungkono Lagoon, melihatnya lebih luas lagi yaitu dampak kehadiran tol Trans Jawa terhadap properti di Surabaya. Menurutnya, semakin singkatnya MERR : Sudah rampung dan dioperasikan seluruhnya sejak Mei 2019. waktu tempuh dari Surabaya menuju wilayah Jawa Tengah dan barat Jawa berdampak positif pada permintaan properti di Surabaya, seperti apartemen.
“Surabaya ini menjadi kota tujuan investasi, baik dari kota sekitar Jawa Timur hingga Indonesia Timur. Orang dari Jawa Tengah juga melirik investasi di Surabaya karena sangat mudah akses ke Surabaya lewat tol. Kalau weekend, banyak orang Jawa Tengah datang ke Surabaya,” ujarnya.
Grand Sungkono Lagoon adalah satu dari 7 proyek yang dikembangkan PP Properti di Kota Surabaya. Semuanya berada tak jauh dari akses infrastruktur. Seperti Grand Sungkono Lagoon yang berdekatan dengan gerbang Tol Satelit. Westown View di Jalan Raya Wiyung diapit Tol SuMo (Surabaya-Mojokerto) dan Tol Gunung Sari. Kemudian Grand Sagara di utara Surabaya yang dekat dengan JLLT.
Arvina Syawir, Sales and Promotion Dept Head Sinar MasLand (SML), ikut urun rembuk dengan melihat efek dari infrastruktur pada kenaikan harga properti di Surabaya. Menurutnya, rata-rata kenaikan harga hunian di proyek SML berkisar minimal antara 8 hingga10 persen per tahun. “Ini hanya akibat faktor internal saja. Belum dampak luar yang akan membuat proyek kami semakin meningkat nilainya, seperti lokasi, akses dan infrastruktur,” jelasnya.
Lokasi proyek-proyek SML lainnya memiliki feature infrastruktur, bahkan
bersebelahan. Seperti Wisata Bukit Mas dekat dengan JLLB dan Clover Ville dengan JLLT. Sedangkan Klaska Residence dengan frontage road yang akan diperpanjang sampai sebelah lokasi proyek. “Jadi istilahnya kita nggak ngapain aja, featured potensial peningkatan harganya pun sudah ada di depan mata,” imbuhnya.
Tak kalah strategisnya adalah Puri City yang dikembangkan oleh PT Mahkota Berlian Cemerlang (MBC) yang dikelola oleh Cowell Development. Proyek yang bersebelahan dengan Puri Emas ini bahkan diklaim berada di titik nol MERR. “Nanti setelah MERR jadi, orang-orang dari Surabaya Timur ke Surabaya Barat, otomatis mereka lewat jalan MERR,” ungkap Firdaus Fahmi. Keberadaan MERR, lanjutnya, makin menambah berkembangnya properti, baik hunian maupun komersial. Area di pinggir-pinggir MERR yang tadinya kosong, sekarang tumbuh menjadi area-area komersial maupun hunian.
Pergerakan harga tanah di lintasan MERR persisnya di Jalan Soekarno naik cukup signifikan. Sebelum dibangun MERR, bahkan rumah seharga Rp200 juta pun enggan dibeli. Saat ini, bahkan hunian seharga Rp500 juta sudah sulit ditemukan. “Kami baru transaksi tanah sekunder, lokasinya di MERR seluas 2.000-an meter persegi. Harga jual mencapai Rp20-an juta per meter persegi. Hitung saja berapa nilainya,” kata Yafet.
Meski begitu, lanjut Yafet, harga tersebut bukanlah yang tertinggi di sekitar MERR. Yafet memaparkan hasil survei harga tanah terbaru yang baru diperbaharui 1 Juli 2019 lalu. Beberapa lokasi di MERR (Surabaya Timur) sudah mencapai di atas Rp40 juta per meter persegi, seperti Kenjeran hingga Arif Rahman Hakim, berkisar Rp30- 40 juta per meter persegi, kemudian dari Arif Rahman Hakim hingga Rungkut Madya berkisar Rp25-30 juta per meter persegi.
Di wilayah Surabaya Timur, harga tanah pasar sekunder tertinggi berkisar Rp40-45 juta per meter persegi di kawasan Manyar Kertoarjo Raya. Sedangkan di Dharmahusada Raya dan Dharmahusada Indah Raya harganya sama, yakni berkisar Rp30-40 juta per meter persegi. Namun beberapa area masih menjual tanah sekitar Rp5-7 juta per meter persegi, seperti di Bumi Marina Mas, juga di Mulyosari Tengah dan Mulyosari Utara.
Harga tanah tertinggi di Kota Surabaya masih berada di pusat kota. Seperti di kawasan Darmo Raya mencapai Rp40-60 juta per meter persegi. Basuki Rachmat di angka Rp30-50 juta per meter persegi. Diponegoro mencapai Rp40-50 juta per meter persegi. Gubeng Raya harga sudah Rp40-50 juta per meter persegi dan Jalan Sulawesi harga di Rp40-50 juta per meter persegi.
Di Surabaya Selatan, harga tanah dengan kisaran Rp4-5 juta per meter persegi masih bisa dijumpai. Seperti di Medokan Ayu, Jalan Wisma Menanggal, Jemursari Utara, dan Bendul Merisi Permai, juga Bendul Merisi Timur atau Selatan. Harga tertinggi berkisar Rp25-35 juta per meter persegi di Jemursari Raya, dan Margorejo Indah (Kelas Jalan I) Raya harga di angka Rp25-30 juta per meter persegi.
Harga tanah sekunder di Surabaya Barat berkisar mulai Rp6-50 juta per meter persegi. Tertinggi berada di beberapa lokasi, seperti Jalan HR Muhammad dan Mayjen Sungkono mencapai Rp40-50 juta per meter persegi. Kemudian Kupang Indah Raya dalam kawasan Darmo Satelit Town menyentuh angka Rp30-35 juta per meter persegi. Masuk di Golf View dalam kawasan Graha Famili harga Rp30-35 juta per meter persegi. Harga yang sama ditemukan di Golf View di Bukit Darmo Golf. Di Surabaya Utara pun tanah telah berkisar mulai Rp5-25 juta per meter persegi. Seperti
di Kembang Jepun dan Pasar Besar yang dijual mulai Rp20-25 juta per meter persegi. (Pius Klobor, Hendaru)