Beranda Property Professional Tak Sengaja Nyemplung di Properti

Tak Sengaja Nyemplung di Properti

0

Ignatius Untung, Country General Manager Rumah123.com

 

“Pilot? Masinis? Wah kamu kok cita-citanya mau jadi sopir. Buat apa sekolah kalau mau jadi sopir?”

Sedikit menyindir, ucapan kakak sepupunya itupun terekam hingga terbawa dalam perenungannya. “Sopir? Iya juga ya? Nyetir pesawat atau kereta kan sama juga jadi sopir,” gumamnya.

Niat si bungsu menjadi pilot dan masinis pun kandas. Namun kemudian, pikirannya pun beralih pada sosok dokter yang sigap mengobati dan melayani pasien. Dan keinginannya itu pun kian menggebu ketika terbujur sakit. Hampir setiap hari bocah yang akrab disapa Untung ini bertemu dengan dokter yang setia melayaninya.

Namun lagi-lagi niatnya itu kandas ketika menginjakkan kakinya di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Dia lebih fokus pada kegemarannya bermain musik (band) ataupun menulis. Waktu luangnya diisi untuk bekerja di sebuah perusahaan periklanan sembari menjalankan hobi bermain band, bahkan hingga performance di beberapa acara kafe di Jakarta.

“Begitu lulus SMA saya bilang ke bapak saya mau kuliah ke musik. Sebenarnya bapak saya tidak setuju tapi dia tidak langsung melarang. Maka dia cuma bilang, boleh tapi kalau bisa kuliahnya dobel di perguruan tinggi lain yang lebih umum. Saya sanggupi,” kisah pria pemilik nama lengkap Ignatius Untung ini kepada Property and The City, beberapa waktu lalu.

Namun kali ini, Untung tak lagi beruntung. Selembar soal ujian tes masuk di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta yang berisi not balok benar-benar menjadi hambatan besar. Ya, pria kelahiran Jakarta 12 Mei 1979 ini sama sekali tidak bisa membaca notasi musik tersebut.

“Saya ke sini mau jadi pintar. Buat apa saya mendaftar kalau saya sudah bisa baca not balok ini?,” sedikit kesal dia melontarkan tanya itu pada petugas di loket pendaftaran. “Ya, standar kami sudah begitu. Kalau mau, silahkan ikuti saja dulu bimbingan tes masuk ISI,” jawab petugas itu lantang. Pupuslah sudah harapan Untung untuk mendalami musik di kota ‘gudeg’ itu.

Plan B, meski tak direncanakan sebelumnya, Untung mendaftar ke bidang advertising, kegiatan lain yang pernah di jalankan semasa di SMA. “Sebenarnya saya pernah mendaftar UMPTN ke beberapa universitas, Psikologi UGM dan Komunikasi UNPAD. Tapi keduanya tidak lulus, malah belakangan diterima di Advertising UGM. Akhirnya saya jalani,” ceritanya.

Paruh waktu Untung pun bekerja di sebuah perusahaan periklanan. Hingga akhirnya menjalankan magang di sebuah perusahaan periklanan yang saat itu berkantor di Pasar Baru, Jakarta Pusat. “Dan secara tidak sengaja saya menemukan bahwa ternyata kerja di periklanan itu keren,” katanya singkat.

Seakan menemukan passion-nya di bidang pekerjaan yang mengandalkan ide dan kreativitas ini, Untung pun start dari kesehariannya mencari gagasan dan memikirkan ide-ide cemerlang akan semua iklan yang hendak ditayangkan. Hingga akhirnya berbuah pada beberapa penghargaan yang diterima Untung bersama timnya, seperti iklan terbaik dari Citra Pariwara hingga iklan terbaik di tingkat Asia Pasifik, pernah mereka raih.

Meski begitu, Untung tak lantas happy lantaran iklan terbaiknya itu tidak berdampak pada peningkatan penjualan kliennya. Akhirnya dia memilih untuk pindah ke divisi strategic planning yang lebih fokus pada strategi pemasaran. Lagi, persoalan serupa terjadi. Untung pindah ke bagian klien sebagai ujung tombak yang akan membantu para klien memasarkan produknya tersebut. Di sini, Untung mendalami dan menemukan berbagai hal, baik tentang distribusi maupun penjualan.

“Setelah itu saya mulai ketagihan. Saya pikir memang mungkin saya harus bekerja di area dimana saya bisa menghasilkan ide dan bisa mewujudkan ide itu. Akhir tahun 2013 saya nekat keluar dari EF (English First) dan pindah ke blanja.com (JV eBay & Telkom), meski dengan gaji yang lebih kecil,” ungkap pemegang gelar MBA Marketing dari University of Liverpool ini.

Untung dipercayakan sebagai Head of Marketing & Merchandising yang bertanggung jawab untuk pemasaran, pengembangan merek, penjualan, hingga PR. Untung percaya bahwa di perusahaan barunya itu dia dapat mewujudkan apa yang diinginkannya. Apalagi di media online, semuanya dapat dikerjakan dalam waktu singkat. Untung pun jatuh cinta dengan media dot com tersebut.

“Jadi buat saya yang paling penting dari semua itu adalah kreativitas dan komitmen,” tegas bungsu dari lima bersaudara ini.

Nyemplung di Properti

Berusaha memang bukanlah sebuah pilihan, tapi keniscayaan sebagai manusia. Properti bagi Untung pun sebuah hal yang teramat jauh, pun dari benaknya. Bahkan dia tak begitu peduli akan keuntungan besar yang bisa didapatkan dari bisnis ini.

“Awalnya memang saya tidak pernah berpikir bahkan tidak mempedulikan tawaran keuntungan dari dunia properti ini. Namun belakangan saya baru menyadari ketika rumah pertama saya bisa terjual dengan keuntungan hingga 300 persen hanya dalam waktu 2,5 tahun,” ungkapnya. “Tuhan memang punya rencana lain,” ucapnya singkat.

Ceritanya, ketika itu proyek part time yang dikerjakan mendapat keuntungan besar. Untung bingung mau dikemanakan uang tersebut. “Saya orangnya nggak bisa nabung. Waktu itu saya sudah tinggal di apartemen 45 m2 di Kelapa Gading.

“Saya diskusi dengan istri dan keputusan kami beli rumah,” ceritanya. Waktu itu Untung lebih tertarik di daerah BSD bahkan sudah booking fee Rp5 juta untuk sebidang tanah kavling berukuran 156 m2. Namun niat membangun rumah pun urung dilaksanakan, lantaran sebagian tanah sudut itu harus disisakan sebagai GSB (Garis Sempadan Bangunan). Selain itu, atas saran temannya yang ahli feng shui bahwa lokasi yang tepat bagi Untung dan keluarga adalah di Kelapa Gading atau di Tebet.

Untung pun membeli sebuah rumah tua di Kelapa Gading, tahun 2009 lalu. Awalnya rumah tersebut dijual dengan harga Rp 525 juta, namun ditawar hingga Rp475 juta. “Saat itu saya punya uang Rp275 juta, langsung saya DP (uang muka –red). Sisanya saya ajukan Kredit Pemilikan Rumah (KPR),” ceritanya.

Namun karena keluarga membutuhkan uang, rumah yang sempat dikontrakan tersebut pun akhirnya terjual pada 2014 dengan harga mencapai Rp1,4 miliar. “Saya tanya ke orang sekitar, ternyata harga rumah sudah di atas Rp 1,2 miliar. Akhirnya saya jual rumah tersebut tahun 2014, setelah saya renovasi sedikit dengan biaya sekitar Rp 70 juta.”

Harga rumah melambung tinggi, sebut Untung dikarenakan kawasan yang menjadi langganan banjir tersebut sudah terbebas banjir setelah dibukanya BKT (Banjir Kanal Timur).

Sadar akan keuntungan besar tersebut, Untung pun membeli sebuah apartemen berukuran 105 m2 di Kelapa Gading. Pada akhirnya, kedua apartemen tersebut dijual kembali dan Untung memilih untuk membeli sebuah rumah tua di daerah Kampung Ambon, Rawasari, dimana masa kecilnya dihabiskan di situ. “Rumah orang tua saya juga di sekitar situ,” katanya.

Sadar atau tidak, proses yang telah dilalui itu ternyata punya pengaruh pada tawaran kerja selepas resign dari Kaskus Networks, 2015.

Meski menerima beberapa tawaran menarik dari perusahaan lain, pada akhirnya pilihan Untung jatuh pada Rumah123.com, Juli 2015 lalu. “Saya berpikir bahwa banyak hal menarik yang bisa saya lakukan di sini. Jadi memang nggak sengaja kecemplung di properti,” tegas Untung yang masih terobsesi untuk bekerja di Disney Company – media dan hiburan terbesar.

Hidup itu buat dinikmati jadi kalau kita bisa jalankan semuanya dengan happy maka itu sangat bagus sekali. Jadi kalau kita bikin orang jadi bahagia, itu buat saya adalah sebuah pekerjaan yang paling mahal,” tutupnya. [pius klobor]

Website | + posts

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini